Mohon tunggu...
Naura Nisrina
Naura Nisrina Mohon Tunggu... International Relations Student

Anak HI yang lagi cari tahu sukanya apa

Selanjutnya

Tutup

Music

Kapitalisme Dalam Indusri K-Pop: Studi Kasus HYBE Labels

29 April 2025   07:30 Diperbarui: 29 April 2025   07:30 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gedung HYBE Labels (HYBE))

Hal ini menunjukkan bahwa artis dalam industri kapitalistik seperti ini tidak lagi diperlakukan sebagai individu dengan kebutuhan biologis dan emosional, melainkan sebagai mesin produksi hiburan yang harus terus menghasilkan output. Dalam logika kapitalisme, produksi yang melambat berarti kerugian. 

HYBE Labels dan Strategi Kapitalisasi Popularitas

HYBE bukan sekadar agensi hiburan biasa. Setelah keberhasilan BTS secara global, HYBE melakukan ekspansi agresif, mengakuisisi label lain (seperti Pledis, Source Music, KOZ) dan membangun cabang internasional seperti HYBE America. Model bisnis mereka berfokus pada diversifikasi sumber pendapatan melalui musik, konser, merchandise, platform fan (Weverse), game, hingga investasi teknologi.

Dalam kerangka ini, artis seperti Enhypen dan Seventeen adalah salah dua komoditas berharga yang harus terus "dioperasikan" selama puncak popularitas mereka. Pasar global yang menuntut kecepatan konsumsi membuat jeda atau rehat artis menjadi sesuatu yang dianggap "merugikan" dari perspektif korporasi.

Setiap konser, album baru, fanmeeting, atau promosi komersial adalah alat untuk memaksimalkan profitabilitas. Tidak ada momentum yang boleh dibiarkan lewat begitu saja. Kapitalisme agensi artis mendorong narasi bahwa artis harus selalu tersedia, produktif, dan "relevan" tanpa mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang mereka.

Dalam sistem ini, produktivitas artis menjadi barometer utama nilai komersial mereka,

Salah satu aspek paling menonjol dari kapitalisasi ini adalah strategi penjualan merchandise. HYBE merancang dan menawarkan berbagai jenis produk kepada penggemar, mulai dari lightstick, photocard, album multiple version, apparel eksklusif, aksesori, hingga kolaborasi limited edition.

Data menunjukkan bahwa pendapatan dari merchandise HYBE terus mengalami kenaikan. Pada laporan tahunan 2023, HYBE mencatat lebih dari 40% dari total pendapatan non-musik berasal dari penjualan merchandise dan lisensi, dengan nilai mencapai triliunan won.

Pasar penggemar K-Pop yang terkenal loyal dimanfaatkan dengan baik untuk terus mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini diperkuat dengan praktik perilisan multiple version album dimana satu album dapat memiliki tiga hingga empat versi berbeda, mendorong fans untuk membeli semuanya demi melengkapi koleksi dan mendapatkan photocard eksklusif dari masing-masing member.

(Laman Merchandise Seventeen (https://shop.weverse.io/))
(Laman Merchandise Seventeen (https://shop.weverse.io/))

Harga merchandise pun bisa beragam, dari belasan hingga puluhan dolar amerika. Jika dikonversikan dalam rupiah bisa mencapai jutaan rupiah untuk satu item saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun