Mohon tunggu...
Naufal Pambudi
Naufal Pambudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mr.

Koordinator Ikatan Masyarakat Muda Madani (IMAM)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pelajaran Statistik untuk Pak Prabowo

18 April 2019   15:58 Diperbarui: 18 April 2019   16:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua periode Pilpres ini Pak Prabowo selalu komplain hasil hitung cepat, bahkan cenderung tak percaya metode survei. Benarkah hasil survei bisa dipercaya? Untuk jawab itu, kita coba bahas statistik dasar. Moga aja, Pak Prabowo baca tulisan pendek ini dan bisa mempraktikkan langsung.

Pertama-tama, Pak Prabowo silakan ambil dadu. Kalo gak tau dadu, silakan tanya para penjudi di pentas wayang kulit, mereka pasti tau barang satu ini. Kalo dah pegang dadu, silakan Pak Prabowo lempar dadu itu 1200 kali. Hasilnya, masing-masing sisi dadu akan muncul kurang lebih sebanyak 200 kali. Angka itu berasal dari pembagian jumlah lemparan (1.200 kali) dan jumlah sisi dadu (6 sisi).

Angkanya mungkin tidak 200 persis. Kl dilempar 1.200 kali, menurut statistik, kemungkinan melencengnya sebesar 2.9 persen atau sekitar 35 kali. Jadi, salah satu sisi dadu bs saja muncul 235 kali dan sisi lain bisa jadi hanya muncul 165 kali.

Nah Pak Prabowo, angka 1200 itulah yang disebut sampel. Angka 200 itu yang disebut potensi/ probabilitas/ kemungkinan/ dll. Dan angka 2.9 persen atau 35 kali itu yang disebut margin of error.

Kalo masih gak yakin dengan hasil itu, Pak Prabowo boleh nambah jumlah lemparan dadu. Misalnya, dinaikin dari 1.200 kali jadi 1.500 kali. Angka penyimpangan alias margin of error nya akan turun pak, dari 2.9 persen menjadi 2.6 persen.

Jadi, kalo dadu itu dilempar 1.500 kali, maksimal satu sisi dadu akan muncul sebanyak = (1.500: 6) + margin of error = 250 + 33 = 283. Dan sebaliknya, minimal salah satu sisi dadu akn muncul sebanyak 250 - 33 = 217 kali.

Itu teori dasar yang dah diuji dan dipercaya para ilmuwan dan praktisi di seluruh dunia loh pak. Silakan dicoba sendiri kalo gak percaya. Tapi ingat pak, yang paling penting dalam metode statistik ini bukan banyaknya sampel, tapi cara pengambilan sampel. Ini yang disebut teknik sampling.

Misalkan dalam mainan dadu tadi, harus dipastikan bahwa lemparan dadu dilakukan secara proporsional. Misal, lemparan pertama, angka 1 berada di posisi atas seblm dilempar. Lemparan kedua, angka 2 berada di posisi atas sebelum dilempar, dst. Seluruh lemparan juga perlu diatur dengan jarak dan kekuatan yang relatif sama.

Itu namanya teknik multistage random sampling, alias teknik sampel acak berjenjang, pak. Teknik ini yang paling dipercaya untuk menghasilkan angka yang valid dan representatif. Jadi intinya, teknik pengambilan samplenya harus berimbang.

Jangan tendensius pak, misal lempar dadu dipas-pasin, trus ditiup-tiup biar hasilnya sesuai harapan. Kalau teknik samplingnya tendensius alias direkayasa kayak gitu, mau sampelnya berkali-kali lipat juga tetep gak valid pak.

Kembali ke soal hitung cepat, yang katanya Pak Prabowo menang 62 persen itu. Pertanyaanku, sampel 320 ribu TPS itu teknik ngumpulinnya gimana? Pake multistage random sampling atau sembarang sampling? Pake teknik acak berjenjang atau teknik acak-acakan?

Sejujurnya, aku sangat curiga orang-orangnya Pak Prabowo itu ambil sampel hanya di TPS yang berlokasi di lumbung-lumbung suara Prabowo-Sandi. Kalau seperti itu, namanya bukan quick count pak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun