Mohon tunggu...
Naufal Al Zahra
Naufal Al Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNSIL

Dari Sumedang untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Melacak Turki Utsmani di Alam Pikiran Diponegoro

29 April 2022   17:00 Diperbarui: 10 Mei 2022   15:59 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Pangeran Diponegoro. (Sumber gambar: Wikipedia Indonesia).


Pangeran Diponegoro (1785-1855) merupakan figur yang masyhur di kalangan masyarakat Indonesia. Rasanya tidak mungkin jika masyarakat Indonesia tidak mengenal tokoh satu ini. Sebab, namanya abadi dalam nama jalan, komando militer, perguruan tinggi, maupun buku-buku sejarah Indonesia.

Pangeran Diponegoro selalu identik dengan simbol perjuangan bangsa Indonesia. Di mata masyarakat Indonesia ia adalah pahlawan dalam Perang Jawa (1825-1830) yang amat menyusahkan Belanda. Sebaliknya, di mata penjajah, pria ini bagaikan mimpi buruk karena akibat Perang Jawa, kas negara mereka nyaris habis dan usaha untuk mengalahkan kaum Paderi di Minangkabau secara terpaksa harus dihentikan.

Sekilas tentang Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro dilahirkan di Keraton Yogyakarta pada 11 November 1785 dengan menyandang nama asli Bendoro Raden Mas Mustahar yang nantinya bergelar Raden Mas Ontowiryo. Diponegoro lahir dari pasangan Sultan Hamengku Buwono III yang masih berusia 15 tahun dan selirnya yang bernama Raden Ayu Mangkorowati.

Diponegoro kecil banyak menghabiskan waktu bersama Ratu Ageng, nenek buyutnya, yang juga adalah istri Sultan Hamengkubuwono I. Ia dibawa oleh sang nenek keluar dari Keraton Yogyakarta untuk menetap di Tegalrejo, sebuah desa yang asri. Di sana, Diponegoro tumbuh dan mulai intens bergaul dengan kalangan priyayi dan santri.

Di Tegalrejo, Diponegoro tumbuh menjadi sosok yang paling religius di antara putra bangsawan yang lainnya. Hal ini dikarenakan sewaktu di Tegalrejo ia tidak memperoleh didikan ala barat dan hidup cukup berdekatan dengan empat pusat ahli hukum Islam. Selain itu, Ratu Ageng juga dikenal sebagai perempuan yang taat beragama.

Kendati hidup di lingkungan santri yang cukup jauh dari keraton, namun pikiran Diponegoro tidak terisolasi. Ia tetap menjadi seorang putra bangsawan yang cerdas, berwawasan luas, dan memiliki banyak talenta.

Sejak masih kecil, Diponegoro pernah diramalkan oleh buyutnya, Sultan Hamengku Buwono I. Ia mengatakan bahwa kelak cicitnya ini akan membuat kerusakan yang besar bagi Belanda. Menurutnya, Diponegoro akan membuat kerusakan yang jauh lebih signifikan dibandingkan yang pernah dibuat  dirinya pada masa Perang Giyanti (1746-1755).

Pangeran Diponegoro tidak begitu ambisius  menggapai pucuk kekuasaan meskipun telah diramalkan oleh buyutnya akan mengalami peristiwa yang luar biasa. Hal ini dikarenakan ia bukan anak yang dilahirkan dari seorang permaisuri.

Firasat dari Sultan HB I di atas benar-benar menjadi kenyataan. Pangeran Diponegoro muncul sebagai tokoh utama yang mengobarkan perang terhadap Belanda (baca: Perang Jawa). Perang ini disebabkan oleh pelbagai faktor yang cukup kompleks. Namun, pada intinya, perang ini dipicu oleh perubahan yang signifikan dalam tatanan kehidupan masyarakat Jawa khususnya Keraton Yogyakarta kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun