Mohon tunggu...
Healthy

Eritroblastosis Fetalis Dapat Ditangani?

23 November 2017   20:01 Diperbarui: 23 November 2017   20:13 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo para pembaca setia kompasiana! Bertemu lagi dengan saya Natasha. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas dan menyampaikn opini saya mengenai topik "Sebagian orang percaya bahwa eritroblastosis fetalis adalah kelainan yang tidak bisa ditangani tetapi sebagian orang menganggap kelainan ini bisa ditangani". Sebelumnya mari kita mengetahui dasarnya terlebih dahulu.

Darah merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri atas sel-sel darah, keping darah, dan matriks yang berbentuk cairan. Darah tersusun dari plasma darah, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit). Komposisi plasma darah adalah sekitar 55%, sedangkan komposisi sel darah dan keping darah adalah 45%.    

Plasma darah adalah cairan berwarna bening kekuningan yang mengandung 92% air, 7% protein plasma, 1% bahan cadangan makanan. Ada tiga jenis protein plasma yang utama yaitu albumin yang memiliki jumlah terbanyak sekitar 55%-60% yang berperan untuk menjaga tekanan osmosis koloid darah, Globulin sekitar 35% yang terdiri dari alfa dan beta globulin yang berfungsi sebagai molekul pembawa lipid, hormon, dan substrat lainnya yang disintetis di hati, gamma globulin yang berfungsi sebagai antibodi yang disintetis di jaringan limfoid, Fibrinogen sekitar 4% berperan pada mekanisme pembentukan darah yang disintetis di hati.   

Sel darah merah berbentuk seperti cakram dengan lekukan pada bagian sentralnya (bikonkaf) dan dibungkus oleh membran yang elastis. Jumlah eritrosit pada laki-laki sekitar 4,2-5,4 juta/mm3. Jumlah eritrosit pada wanita sekitar 3,8-4,8 juta/mm3. Umur eritrosit adalah selama 120 hari. Sel darah putih pada manusia umumnya berjumlah 5000-10000 sel/mm3. 

Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam sitoplasma leukosit dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit berjumlah sekitar 63% dan dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan warna yaitu neutrofil berwarna merah muda yang berjumlah sekitar 60%, eosinofil berwarna jingga kemerahan yang berjumlah sekitar 1% sampai 3%, basofil berwarna keunguan hingga hitam yang berjumlah kurang dari 1%. Agranulosit berjumlah sekitar 37%  dibedakan menjadi 2 yaitu limfosit dan monosit. Limfosit sendiri dibagi menjadi dua yaitu limfosit B dan limfosit T .

Keping darah atau trombosit berjumlah 150000 sapai 400000 butir sel/mm3darah, bentuknya tidak beraturan tidak berwarna, mudah pecah. Berperan dalam pembekuan darah, berumur 5 sampai 9 hari.

Golongan darah adalah klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Antigen dapat berupa protein, polisakarida, atau molekul lainnya yang dapat merangsang pembentukan antibodi dalam plasma darah. Antigen disebut juga aglutinogen, antibodi disebut juga aglutinin. 

Eritrosit mengandung 2 antigen yaitu antigen A dan antigen B. Aglutinogen A mengandung enzim glikosil transferase, sedangkan aglutinogen B mengandung enzim galaktosa. Antibodi di dalam plasma akan bereaksi terhadap kedua antigen ini yang dapat menyebabkan aglutinasi atau penggumpalan eritrosit.

Sistem penggolongan darah dibedakan menjadi dua yaitu sistem ABO dan sistem Rhesus. Sistem ABO dilakukan berdasarkan ada tidaknya aglutinogen tipe A dan B pada permukaan eritrosit serta aglutinin tipe A dan B di dalam plasma darah. Golongan darah A berarti memiliki aglutinogen A dan aglutinin B (anti B). Golongan darah B berarti memiliki aglutinigen B dan aglutinin A (anti A). Golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B, tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O aglutinogen kosong dan aglutinin A dan B.

Penggolongan darah sistem Rhesus berdasarkan ada tidaknya aglutinogen RhD pada permukaan sel darah merah. Antigen RhD berperan dalam reaksi imunitas tubuh. Individu yang memiliki antigen RhD memiliki jenis golongan darah Rh+, sedangkan individu yang tidak memiliki antigen RhD memiliki jenis golongan darah Rh- tidak memiliki aglutinin RhD pada plasma darahnya, tetapi akan memproduksi aglutinin anti RhD jika bertemu dengan darah Rh+.

Contoh kasus: pasien memiliki golongan darah B- sudah pernah transfusi B+ dua kali selama hidupnya, jika pasien tersebut memerlukan transfusi lagi, golongan darah apa yang paling baik untuk pasien melakukan transfusi yang ketiga kalinya?. Jawabannya pasien harus mendapatkan donor yang ketiga adalah golongan darah B-.          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun