Mohon tunggu...
Natalia Kristiani
Natalia Kristiani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Prodi Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada: Layaknya Adegan Drama untuk Memenuhi Nilai Bahasa Indonesia

15 November 2020   14:17 Diperbarui: 15 November 2020   14:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Goffman, mengikuti konsep dramaturgi dari salah satu filsuf yaitu Kenneth Duva Burker yang mengenalkan konsep bahwa kehidupan sosial setiap individu merupakan tindakan yang tidak lepas dari drama.

Kenneth Duva Burker meyakini….

Hidup bukan seperti drama tetapi hidup sendiri adalah drama.

Begitu pula dengan kandidat dan masyarakat sendiri. Masing-masing dari kita mempunyai peran. Kandidat dengan segala topengnya, mereka berinteraksi dengan masyarakat untuk menarik perhatian, mengambil tindakan seakan-akan paling simpatik dengan rakyat kecil, menggaungkan visi dan misi mereka yaitu generasi milenial seakan-akan mereka mengerti permasalah milenial, sayangnya, yang mereka gaungkan tidak sesuai dengan yang mereka sampaikan. Mereka menyampaikan kepada generasi yang baby boomer dan bukan pada milenial seperti visi dan misinya.

Jika, masyarakat dianalogikan sebagai aktor, maka hal yang paling cocok adalah sebagai aktor pendukung. Masyarakat mengambil tindakan untuk mengikuti alur si tokoh utama (re: kandidat) seakan-akan masyarakat senang dan mendukung apa yang dilakukan oleh tokoh utama. Di lain sisi, para masyarakat pun bisa menjadi penonton dari situasi pilkada pada tahun ini, melihat bagiamana hingar bingar pilkada yang terus berjalan tanpa memikirkan perkembangan kesehatan yang semakin terus menerus menurun akibat adanya covid 19.

Dari konsep dramaturgi tersebut, Goffman membagi bahwa dalam interaksi terdapat bagian depan atau Front Stage bagian pertunjukan yang memperlihatkan bagaimana para aktor bermain dengan baik, memperlihatkan ekspresi muka dengan sangat emosional,  banyaknya properti yang dipakai untuk mendukung aktor utama tersebut tampil, gesture tubuh yang sangat lihai dan masih banyak lagi yang diperlihatkan oleh aktor utama untuk memberikan kesan yang luar biasa kepada penonton.

Layaknya front stage, para kandidat melakukan hal yang sama. Mereka memperlihatkan kepada masyarakat perilaku mereka adalah yang  terbaik, ekspresi yang ramah ketika berbicara, memperlihatkan gesture tubuh yang mengatupkan tangan seperti Namaste untuk memperlihatkan bahwa dirinya sangat sopan kepada para masyarakat. serta, seperti yang saya sudah singgung, mereka memberikan gelas, kaos, kalender dan bisa jadi uang, hal tersebut seperti properti untuk mendukung para kandidat untuk bisa menempati posisi pertama dalam pemerintahan daerah.

Lalu ada bagian belakang atau Back Stage, bagian dimana penonton tidak tahu akan proses terjadinya bagaimana si aktor dapat berperan dengan baik. Di bagian ini, aktor mempunyai naskah atau skenario yang mereka ciptakan. Back stage, bisa memperlihatkan keaslian dari karakteristik aktor tersebut.

Begitu pula dengan para kandidat. Di bagian belakang panggung atau back stage merupakan karakter asli mereka, mereka hanya membuat topeng untuk menarik simpati para masyarakat supaya mereka terpilih, mereka tidak serius memedulikan rakyat kecil, mereka tidak serius dalam menangani permasalahan generasi milenial, mereka tidak serius dalam menangani  permasalahan lingkungan dan mereka hanya memedulikan kepentingan diri mereka sendiri.

Bagian belakang panggung para kandidat pilkada, bisa saja terungkap ketika mereka sudah terpilih di daerahnya masing-masing. Sehingga, Pilkada kali ini bisa saja saya katakan sebagai adegan drama untuk memenuhi nilai bahasa Indonesia.

Pada dasarnya, menurut Aristoteles

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun