Mohon tunggu...
Desti Natalia
Desti Natalia Mohon Tunggu... Universitas Siliwangi

Saya Merupakan Mahasiswa Semester 4 Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Payung Geulis Nailah : Warisan Budaya Tasikmalaya yang Mendunia

9 Mei 2025   14:27 Diperbarui: 9 Mei 2025   14:27 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Siliwangi Bersama Pemilik Payung Geulis Nailah (Dokumentasi Pribadi 2025) 

Jenis-Jenis Payung Geulis dan Harganya

Gambar Payung Bordir Nailah (Sumber Dokumentasi Pribadi 2025)
Gambar Payung Bordir Nailah (Sumber Dokumentasi Pribadi 2025)

Payung Geulis Nailah hadir dalam beragam jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan selera konsumen. Untuk kebutuhan dekoratif dan souvenir, tersedia Payung Geulis berbahan kertas dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp35.000 hingga Rp60.000, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan motif. Sedangkan untuk kebutuhan yang lebih eksklusif, seperti acara pernikahan adat atau pertunjukan seni, tersedia payung berbahan kain singkong dan organdi dengan harga antara Rp100.000 hingga Rp200.000. Ada pula Payung Geulis bordir dan brukat yang dilengkapi dengan ukiran pegangan khusus, dengan harga mencapai Rp300.000.

Selain itu, Payung Geulis Nailah juga memproduksi miniatur payung untuk hiasan gantung, dekorasi kafe, dan suvenir khas daerah. Produk-produk tersebut bisa dipesan dalam bentuk custom sesuai permintaan pelanggan, baik dari segi warna, motif, ukuran, maupun tambahan nama atau logo. Fleksibilitas ini menjadikan Nailah semakin diminati baik di pasar domestik maupun luar negeri.

Potensi Ekonomi: Menjadi Sumber Hidup dan Harapan

Usaha Payung Geulis Nailah bukan hanya tentang melestarikan budaya, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat sekitar. Dalam skala lokal, usaha ini telah membuka peluang kerja bagi ibu rumah tangga, lansia, dan anak muda yang ingin berkarya di bidang seni. Dengan sistem kerja yang fleksibel, banyak di antara mereka bisa bekerja dari rumah seperti menjahit, merangkai, dan melukis tanpa harus meninggalkan kewajiban domestik. Model ini mencerminkan pemberdayaan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan, di mana semua orang bisa terlibat tanpa batasan usia atau latar belakang.

Dampak sosialnya juga meluas. Generasi muda mulai tertarik pada seni tradisional berkat pelatihan yang dibuka oleh Nailah. Sekolah-sekolah bahkan mulai menjadikan kunjungan ke tempat Payung Geulis Nailah sebagai bagian dari pembelajaran budaya lokal. Tidak hanya menjadi tempat produksi, bengkel ini juga menjadi ruang edukasi, pertukaran seni, dan pelestarian identitas. Kolaborasi pun dilakukan dengan berbagai komunitas, baik lokal maupun nasional, dalam bentuk workshop melukis hingga partisipasi dalam pameran budaya.

Pemasaran dan Pencapaian Penjualan: Dari Tasikmalaya kepada Dunia 

Gambar Payung Pengantin Nailah (Sumber Dokumentasi Pribadi 2025)
Gambar Payung Pengantin Nailah (Sumber Dokumentasi Pribadi 2025)
Di balik kesederhanaannya, Payung Geulis Nailah telah menunjukkan potensi besar dalam dunia pemasaran kreatif. Produk-produknya tidak hanya diminati oleh masyarakat Tasikmalaya, tetapi juga telah menjangkau berbagai kota besar di Indonesia, seperti Palembang, Banyumas, dan Bali. Hal ini tak lepas dari strategi promosi digital sederhana yang dilakukan melalui Instagram, WhatsApp, dan jaringan reseller.

Lebih dari itu, Nailah telah berhasil menembus pasar internasional. Beberapa negara tujuan ekspornya meliputi Malaysia, Venezuela, Australia, hingga Colorado, Amerika Serikat. Pesanan dari luar negeri biasanya datang dari komunitas seni, pengusaha dekorasi, atau diaspora Indonesia yang ingin membawa nuansa budaya ke negeri rantau. Ibu Susan bahkan memanfaatkan koneksi komunitas ekspor kreatif di Bali untuk menjembatani proses pengiriman ke luar negeri.

Salah satu pencapaian lokal yang membanggakan adalah saat Payung Geulis Nailah dipercaya memproduksi 3.000 payung dalam waktu 40 hari untuk menghiasi Jalan HZ Mustofa, jalan utama kota Tasikmalaya. Deretan payung warna-warni yang digantung di atas jalan menjadi daya tarik wisata yang viral dan memperkuat identitas visual kota. Ini membuktikan bahwa produk tradisional seperti Payung Geulis bisa menjadi bagian penting dalam promosi pariwisata dan branding kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun