Mohon tunggu...
Nasywa Huda
Nasywa Huda Mohon Tunggu... Ilmu Komunikasi

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Gaji UMR Jangan Mimpi Makan Es Pisang Ijo Cendana

5 Juli 2025   16:44 Diperbarui: 5 Juli 2025   16:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Es pisang Ijo (sumber: @pisangijocendana)

Belakangan ini, tren kuliner viral di media sosial memunculkan fenomena yang menarik sekaligus menggelitik. Salah satu fenomena yang terjadi ialah Es Pisang Ijo Cendana, sebuah cemilan tradisional yang tiba-tiba harganya melonjak menjadi ratusan ribu rupiah per-porsinya. Dulu, es pisang ijo adalah makanan yang mudah ditemukan dan terjangkau oleh masyarakat umum, namun kini harganya sudah fantastis, hingga menjadi simbol keistimewaan yang jauh dari jangkauan sebagian besar orang, terutama mereka yang bergantung pada gaji UMR.

(Sumber: @pisangijocendana)
(Sumber: @pisangijocendana)

Es pisang ijo yang dulu sederhana kini bertransformasi menjadi makanan “sultan” yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang dengan kantong tebal. Makanan tradisional seharusnya menjadi bagian dari budaya yang bisa diakses semua kalangan. Namun, fenomena mahalnya es pisang ijo “Cendana” menunjukkan bahwa pandangan orang tentang makanan bisa berubah karena pengaruh trend di media sosial, sehingga makanan tradisional jadi seperti lambang gaya hidup.

Di era digital, makanan tidak lagi dinilai dari rasanya saja, tapi dari gengsi saat memamerkannya di media sosial. Ini menciptakan jurang antara mereka yang mampu mengikuti trend, dan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang hanya bisa menyaksikan dari jauh.

Hal ini tentu menjadi ironi bagi masyarakat kelas menengah bawah. Mereka yang hidup dengan gaji UMR tak mungkin ikut dalam trend ini tanpa mengorbankan kebutuhan lain yang lebih penting. Akibatnya, bukan hanya soal makanan, tetapi juga soal akses dan kesenjangan sosial yang semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Fenomena ini menunjukkan bahwa sistem pasar mengubah budaya, termasuk makanan, menjadi barang dagangan. Kalau tidak dikendalikan, makanan rakyat bisa berubah jadi barang mahal. Karena itu, pelaku usaha kuliner dan pemerintah perlu memastikan agar inovasi tetap bisa dinikmati semua orang. Makanan tradisional adalah milik bersama, bukan hanya untuk kalangan tertentu. Kalau es pisang ijo saja jadi mahal, bagaimana dengan puluhan atau ratusan makanan tradisional lainnya yang ikut jadi trend?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun