Mohon tunggu...
Nashwa Adelia Divasaputri
Nashwa Adelia Divasaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya penulis biasa penyuka sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Bukanlah Masalah

19 Januari 2024   21:02 Diperbarui: 19 Januari 2024   21:04 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan diskriminasi atau rasisme dimasa sekarang ini menjadi isu yang tidak ada habisnya. Bagaimana tidak, hingga detik ini pun masih terlihat pelaku-pelaku yang melakukan diskriminasi kepada korbannya. Tak main-main korban diskriminasi tersebut mayoritas adalah seorang wanita. Permasalahan ini tentu merupakan permasalahan yang cukup serius, pasalnya isu ini tentu merusak nilai dari Pancasila, khususnya sila ke 2 yaitu Kemanusian Yang Adil dan Beradab.

Korban dari isu ini tak hanya dari golongan wanita saja, namun golongan pria pun ikut merasakan dampak dari isu ini. Anak-anak pun ikut menjadi korban dari diskriminasi. Banyak anak yang menjadi korban diskriminasi khususnya di area sekolah ataupun area bermain. Kasus ini biasanya dikarenakan perbedaan dari warna kulit, ukuran tubuh, bahkan hingga perbedaan kondisi ekonomi keluarga dari anak tersebut. Anak yang memiliki sikap mental pem-bully adalah anak yang sejak kecil dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kasus yang terdengar di media televisi baru-baru ini. Anak tersebut tak memiliki bekal yang cukup dalam memahami pentingnya bersosialisasi dengan berbagai perbedaan yang ada di lingkungannya. Anak tersebut hanya mau bermain dengan anak lain yang setara dengan dirinya. Tentu anak seperti itu nantinya di saat dewasa akan terus memiliki sikap diskriminasi.

Di Indonesia kasus diskriminasi sudah ada sejak lama. Terlihat pada kasus pada beberapa tahun lalu yang melibatkan etnik Tionghoa dan orang Pribumi. Hal ini dikarenakan, dalam ruang lingkup orang pribumi berkembang cap buruk mengenai etnik Tionghoa. Mereka berpandangan bahwa etnik Tionghoa adalah penguasa dalam bidang ekonomi di Indonesia. Etnik Tionghoa dianggap memiliki perekonomian yang lebih tinggi dari orang pribumi. Tentu hal ini memnimbulkan kecemburuaan bagi para pengusaha pribumi. Oleh karena itu, pada beberapa tahun yang lalu terdapat kasus pembatasan bagi etnik Tionghoa untuk berdagang dan adanya kasus penjarahan pada toko-toko mereka. Kemudian munculah kerusuhan "Anti Cina" yang membuat konflik makin melebar.

Dalam hal diskriminasi suku di Indonesia pun menjadi isu yang cukup terkenal di Indonesia. Seperti isu diskriminasi yang terjadi antara suku Dayak di Kalimantan dan suku Madura yang tinggal atau merantau di Kalimantan. Hal ini karena adanya prasangka antara suku yang satu dengan suku bangsa yang lain. Akibat dari konflik ini banyak memakan korban jiwa dan kasus ini pun berlangsung selama hampir satu tahun.

Jika menelisik lebih jauh, ternyata di negara Indonesia kasus diskriminasi telah ada jauh saat Indonesia masih terjajah oleh bangsa Belanda. Diskriminasi yang terjadi di Indonesia bahkan dijadikan senjata bagi bangsa Belanda untuk memecah belah bangsa Indonesia. Mereka menyebutkan bahwa bangsa Indonesia adalah inlander (jajahan), karena mereka merasa memiliki ras yang tinggi.

Sebelum menjelajah lebih dalam lagi, sebenarnya apa itu diskriminasi? 

Diskriminasi mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang. Diskriminasi sebenarnya terjadi karena adanya kecemburuan dan ketidakadilan yang terjadi pada perbedaan suku, ras, agama, dan kepercayaan. Selain itu, diskriminasi juga berkembang ke dalam berbagai jenis diskriminasi. Seperti, diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, diskriminasi terhadap penyandang cacat, diskriminasi akibat kasta sosial, dan lainnya.

Berbagai Upaya telah dilakukan untuk menghapus kasus diskriminasi ini, namun tetap saja hingga kini masih terdengar kasus diskriminasi di media sosial. Upaya dari penghapusan diskriminasi perlu komitmen yang kuat, karena berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap kondisi sosial mereka. Upaya ini juga tak bisa secepat yang dibayangkan. Pasalnya otak manusia memang secara alami menempatkan berbagai hal dalam otaknya untuk memahami dunia ini. Misalnya anak-anak dapat membedakan antara anak laki-laki dan anak Perempuan. Namun nilai-nilai yang ada dalam otak kita itulah yang menjadi pemicu munculnya diskriminasi.

Kasus diskriminasi yang ada di masa sekarang ini lebih banyak terjadi karena adanya perbedaan gender atau kesetaraan gender. Banyak Perempuan yang mengalami diskriminasi di lingkungannya. Seperti lingkungan kerja, lingkungan Masyarakat, bahkan lingkungan rumah sekalipun. Banyak pula undang-undang yang diskriminatif membatasi hak Perempuan untuk bercerai, memiliki properti, bahkan dalam mengontrol tubuhnya sendiri. Hal ini Sebagian besar disebabkan oleh norma sosial yang menganggap perempuan dan pekerjaan dari perempuan berstatus lebih rendah dari laki-laki.

Isu ini merupakan sebuah isu global yang memerlukan perhatian khusus dari berbagai macam kalangan, baik pemerintah, LSM, Mahasiswa, maupun Masyarakat sipil. Upaya pemerintah nyatanya tak bisa mengatasi masalah diskriminatif di Indonesia ini. Penyebab utama persoalan dari isu ini adalah minimnya pengetahuan Masyarakat khususnya di kalangan remaja tentang apa diskriminatif dan tentang kesetaraan gender. Pentingnya pengetahuan tentang keseteraan gender di kalangan remaja membantu pemerintah dalam mengatasi masalah diskriminatif.

Adanya perbedaan di Indonesia tak seharusnya menjadi permasalahan yang besar terutama dalam hal diskriminatif. Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada diri seorang bangsa Indonesia, melahirkan sikap-sikap tidak bermoral yang mengakibatkan banyak konflik di negara ini. Keseteraan gender mengharuskan kaum Perempuan dan kaum Laki-laki memiliki kesamaan dan kesetaraan kondisi yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak dari manusia tersebut. Bentuk diskriminatif terhadap kaum Perempuan dapat berbentuk pelecehan seksual secara verbal, yaitu dalam bentuk perkataan kasar yang diberikan kaum laki-laki kepada kaum Perempuan. Akibat dari pelecehan seksual ini, kaum Perempuan menjadi kurang berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun