Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Hidup sebagai Sebuah Manuskrip yang Kita Lakoni

11 Maret 2025   05:55 Diperbarui: 12 Maret 2025   18:43 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi naskah skenario | Image by Pexels/Ron Lach

Salah satu naskah epik terpanjang di dunia berasal dari Bugis-Indonesia, yaitu La Galigo, dengan lebih dari 6.000 halaman melampaui Mahabharata.

Naskah ini bukan sekadar mitos penciptaan, tetapi juga menggambarkan bagaimana kehidupan manusia seolah mengikuti jalur yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh, dalam La Galigo, terdapat kutipan yang mencerminkan konsep takdir:

"Rebba sipatokkong, mali siparappek, sirui menrek tesiruino, malilu sipakaingak."

Terjemahan: "Rebah saling menegakkan, hanyut saling mendamparkan, tarik-menarik ke atas bukan saling menarik ke bawah, khilaf ingin memperingati sampai sadar" (Sikki et al., 1991).

Menariknya, dalam banyak kebudayaan lain, gagasan serupa juga ditemukan mulai dari konsep takdir dalam filsafat Yunani hingga kepercayaan di berbagai tradisi Timur bahwa setiap individu memiliki jalan hidup yang sudah tertulis.

Jika hidup memang sebuah manuskrip yang sudah ditulis sebelum kita lahir, sejauh mana kita bisa mengubah jalan ceritanya? Ataukah kita hanya menjalankan peran yang sudah ditetapkan tanpa pernah benar-benar menulisnya sendiri? 

Inilah pertanyaan yang telah diperdebatkan dalam berbagai cabang filsafat, dari determinisme hingga eksistensialisme.

Tentang Takdir dan Pilihan

Ada dua cara memahami kehidupan, yakni sebagai skenario yang sudah tersusun atau sebagai rangkaian peristiwa yang bisa kita pengaruhi. Dalam perspektif determinisme, hidup dianggap sebagai rantai sebab-akibat yang tak terhindarkan.

Tokoh seperti Pierre-Simon Laplace (1814) pernah berargumen bahwa jika seseorang mengetahui posisi dan momentum semua partikel di alam semesta, maka ia dapat memprediksi seluruh masa depan.

Ini yang kemudian dikenal sebagai determinisme Laplacean, yang pada dasarnya menyatakan bahwa kehidupan bekerja seperti sebuah mesin yang seluruh bagiannya sudah bergerak sesuai hukum alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun