Distorsi argumen terjadi ketika seseorang sengaja atau tidak sengaja mengubah, melebih-lebihkan, atau menyederhanakan argumen lawan bicara dengan tujuan membuatnya tampak tidak masuk akal atau lemah.
Distorsi ini sering disebut sebagai straw man fallacy, di mana seseorang membangun versi yang salah dari argumen lawan untuk kemudian dengan mudah disanggah.
Sebagai contoh, dalam perdebatan mengenai kebijakan lingkungan, seseorang mungkin menyatakan, "Kita harus mempertimbangkan dampak ekologis dari proyek ini." Tapi, lawan bicaranya bisa saja membalas dengan, "Jadi, menurutmu kita harus menghentikan semua pembangunan dan membiarkan masyarakat hidup dalam kemiskinan?" Pernyataan tersebut merupakan distorsi karena tidak merepresentasikan argumen awal secara akurat.
Van Eemeren dan Grootendorst (2010) menjelaskan bahwa distorsi argumen sering kali digunakan sebagai strategi retoris dalam perdebatan politik dan wacana publik untuk mengaburkan makna serta mengarahkan diskusi ke arah yang menguntungkan pihak tertentu.Â
Akibatnya, upaya mencari solusi yang rasional menjadi terhambat karena diskusi tidak lagi berfokus pada pokok permasalahan, melainkan pada interpretasi keliru yang disengaja.
Dampak Negatif Ad Hominem dan Distorsi Argumen
Baik ad hominem maupun distorsi argumen memiliki dampak negatif yang signifikan dalam berbagai konteks diskusi. Dampak-dampak tersebut meliputi:
Pertama, melemahkan etika diskusi. Kesalahan berpikir ini mengurangi kualitas diskusi karena menurunkan standar argumentasi. Alih-alih bertukar ide secara rasional, diskusi berubah menjadi ajang serangan pribadi atau manipulasi informasi.
Kedua, menghambat pemahaman dan solusi. Jika argumen didistorsi atau seseorang merasa diserang secara pribadi, individu cenderung bersikap defensif dan tidak lagi terbuka terhadap sudut pandang lain. Hal ini menghambat proses pemecahan masalah yang seharusnya bersifat kolaboratif.
Ketiga, meningkatkan polarisasi sosial. Dalam skala yang lebih luas, ad hominem dan distorsi argumen dapat memperdalam perpecahan dalam masyarakat. Ketika individu atau kelompok terus-menerus terlibat dalam diskusi yang tidak produktif, rasa saling percaya dan keterbukaan terhadap perspektif lain semakin berkurang.
Terakhir, merusak kredibilitas individu dan institusi. Diskusi yang didominasi oleh kesalahan berpikir berkontribusi pada hilangnya kepercayaan publik terhadap individu atau institusi yang terlibat. Hal ini sering terjadi dalam wacana politik, di mana serangan personal dan distorsi argumen digunakan sebagai strategi untuk melemahkan pihak lawan tanpa mempertimbangkan substansi perdebatan.
Mencegah dan Mengatasi Kesalahan Berpikir dalam Diskusi
Untuk mencegah ad hominem dan distorsi argumen, beberapa langkah berikut dapat diterapkan: