Kita tidak menolak kehadiran wisatawan atau warga asing. Tapi kita menolak menjadi penonton di rumah sendiri, ketika tanah, ruang hidup, dan budaya kita dikendalikan oleh mereka yang datang hanya sementara, lalu pergi setelah mengambil keuntungan.Pada akhirnya, pertanyaan "Bali milik siapa?" adalah refleksi dari kegelisahan kita semua. Jika tanah warisan leluhur terus-menerus melepaskan tangan ke pihak asing tanpa kendali, maka Bali perlahan akan kehilangan jati dirinya. Jangan sampai generasi mendatang hanya bisa mengenang Bali sebagai cerita, bukan lagi sebagai rumah. Sudah saatnya kita bersama-sama menjaga Bali, agar tetap menjadi milik rakyat Bali, milik Indonesia, dan milik dunia bukan hanya milik segelintir investor asing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI