Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budaya Baru Komunikasi Politik Calon Kepala Daerah

10 Juni 2016   16:06 Diperbarui: 10 Juni 2016   16:09 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamualaikum Sampang (1)

Blusukan, turun ke bawah (turba), serap aspirasi, lor-nyelor (Madura: sama maknanya dengan blusukan), gerilya, menyapa atau bisa disebut apapun namanya itulah yang sedang berlangsung di Sampang. Menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) 2018.

Fenomena "Tretan Mamak" cukup menyita perhatian rakyat Sampang. Sebab, saat ini 2 tahun sebelum Pilkada Sampang sosok bernama lengkap Moh. Hasan Jailani yang biasa disapa Mamak sudah muncul. Dia berani muncul ke permukaan di antara kasak-kusuk dan rasan-rasan; siapa yang akan jadi Bupati Sampang menggantikan Fannan Hasib.

Mamak muncul pertama kali dengan menebar poster di jalan-jalan protokol Sampang dengan jargon BANGKIT (Berdikari, Tangguh, dan Berkualitas). Poster-poster itu langsung disambut pertanyaan; sudah dekatkah Pilkada Sampang? Jawabannya, belum. Masih 2 tahun lagi.

Tapi, mengapa Mamak sudah muncul? Dia menggunakan istilah menyapa. Memanfaatkan lamanya waktu menjelang pilkada untuk turun ke desa-desa bertemu 20-30 orang di sana. Dia pakai waktu itu untuk memperkenalkan diri pada massa rakyat. Tidak peduli kelak saat pilkada massa akan memilihnya atau tidak. "Saya ingin membangun budaya baru dalam komunikasi politik," kata Mamak saat ditemui.

Mamak seperti menjawab keresahan bahwa selama ini rakyat memang tidak pernah benar-benar mengenal pemimpinnya. Tiba-tiba jadi bupati, tatkala jadi penguasa wilayah, tahu-tahu jadi penentu kebijakan, makbedunduk jadi pengelola anggaran. Rakyat tidak peduli tentang mau apa saja pemimpin atau penguasa itu. Karena rakyat tak benar-benar ikut memiliki. Rakyat tak bisa memunculkan mosi tidak percaya, karena pemimpin tidak benar-benar lahir dari antara mereka.

Secara pribadi saya anggap apa yang Mamak lakukan sebagai jalan baru memunculkan pemimpin wilayah. Komunikasi yang panjang dengan rakyat berlangsung supaya masalah kerakyatan bisa diselesaikan secara detil. Rakyat terasa dihargai, didengar, dan ada harapan semua masalah yang disampaikan bisa diselesaikan (meski belum tentu benar-benar diselesaikan).

Meski memunculkan sikap baru dalam perpolitikan daerah, jalan baru itu pantas jadi alternatif. Setidaknya untuk mengubah kebijakan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) memperpanjang masa kampanye pilkada sebagai media komunikasi politik. Kalau perlu masa kampanye diperpanjang 2 atau 3 tahun. Supaya rakyat kenal calon pemimpinnya. Agar massa kebanyakan menjadi penentu visi-misi calon penguasanya.

Assalamualaikum Sampang ini merupakan fenomena politik yang sangat menarik. (bersambung)

Penulis: Nara Akhirullah
Ketua Madura Agriculture Development (MAD)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun