Mohon tunggu...
Naomi Ramadhany
Naomi Ramadhany Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Partisipasi Politik di Era Digital: Analisis Peran Media Sosial dalam Peningkatan Keterlibatan Politik

11 Juni 2024   19:30 Diperbarui: 11 Juni 2024   19:34 8278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: penulis, 2024.

Partisipasi Politik di Era Digital: Analisis Peran Media Sosial dalam Peningkatan Keterlibatan Politik

Naomi Ramadhany, Saeful Mujab

naomipurwalaksana@gmail.com

Abstract. This article discusses political participation in the digital era with a focus on the role of social media in increasing political awareness and involvement among the public. This research uses a library method by reviewing relevant literature, journal articles and previous research reports. The research results show that social media plays a significant role in facilitating political communication, mobilizing the masses, and providing a platform for people to participate in the political process. However, there are also challenges such as the spread of misinformation and political polarization. This article suggests strategies for maximizing the benefits of social media in political participation while reducing its negative impacts.

Keywords: Political participation, Digital era, Social media, Political involvement, Use of social media, Political interaction on social media, Online politics, Increased political participation.

Abstrak. Artikel ini membahas partisipasi politik di era digital dengan fokus pada peran media sosial dalam meningkatkan keterlibatan politik di kalangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan mengkaji literatur yang relevan, artikel jurnal, dan laporan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial memainkan peran signifikan dalam memfasilitasi komunikasi politik, memobilisasi massa, dan memberikan platform bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Namun, terdapat pula tantangan seperti penyebaran informasi yang salah dan polarisasi politik. Artikel ini menyarankan strategi untuk memaksimalkan manfaat media sosial dalam partisipasi politik sambil mengurangi dampak negatifnya.

Keywords: Partisipasi politik, Era digital, Media sosial, Keterlibatan politik, Penggunaan media sosial, Interaksi politik di media sosial, Politik online, Peningkatan partisipasi politik.

LATAR BELAKANG

Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam kehidupan demokrasi. Namun, dalam era digital ini, paradigma partisipasi politik telah mengalami perubahan sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Media sosial telah memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi politik dengan memberikan platform yang memungkinkan individu untuk terlibat secara aktif dalam diskusi politik, berbagi informasi, dan mempengaruhi opini publik.

Perkembangan teknologi digital, terutama internet dan media sosial, telah membuka pintu bagi partisipasi politik yang lebih inklusif dan memperkuat suara warga dari berbagai latar belakang. Media sosial memberikan akses mudah dan cepat terhadap informasi politik, memungkinkan individu untuk mengikuti perkembangan politik secara real-time, dan memperoleh beragam sudut pandang tentang isu-isu politik yang sedang berkembang. Dengan adanya media sosial, individu dapat dengan mudah mengungkapkan pendapat dan pandangan politik mereka, baik melalui postingan, komentar, atau berpartisipasi dalam petisi online.

Selain itu, media sosial juga memainkan peran penting dalam memobilisasi massa dalam aksi politik. Melalui media sosial, individu dapat dengan cepat menyebarkan informasi mengenai demonstrasi, kampanye politik, atau gerakan sosial tertentu. Media sosial memungkinkan orang-orang untuk berorganisasi, berkoordinasi, dan memobilisasi dukungan untuk tujuan politik tertentu.

Partisipasi politik di era digital juga telah memberikan dampak pada transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Dengan adanya media sosial, individu dapat dengan mudah memantau dan mengkritisi kebijakan pemerintah, serta berinteraksi langsung dengan para pemimpin politik, partai politik, dan organisasi politik lainnya 

Namun, perlu diingat bahwa partisipasi politik di era digital juga memiliki tantangan dan risiko. Penyebaran informasi palsu atau hoaks dapat dengan mudah terjadi melalui media sosial, yang dapat mempengaruhi opini publik dan proses pengambilan keputusan politik. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengembangkan literasi digital yang baik agar dapat memilah informasi yang akurat dan dapat dipercaya 

Dalam keseluruhan, partisipasi politik di era digital telah mengalami perubahan yang signifikan. Media sosial telah memberikan akses yang lebih mudah dan cepat terhadap informasi politik, memfasilitasi diskusi politik, memobilisasi massa, dan meningkatkan transparansi dalam pemerintahan. Namun, tantangan seperti penyebaran informasi palsu juga perlu diatasi agar partisipasi politik di era digital dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif bagi demokrasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya media sosial, telah memberikan dampak signifikan terhadap partisipasi politik di era digital. Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram telah menjadi wadah bagi individu untuk terlibat secara aktif dalam diskusi politik, berbagi informasi, dan mempengaruhi opini publik. Hal ini telah mengubah cara tradisional partisipasi politik dilakukan, di mana sekarang individu dapat dengan mudah menyampaikan pandangan politik mereka kepada khalayak yang lebih luas.

Peran media sosial dalam peningkatan kesadaran politik: Salah satu peran utama media sosial dalam peningkatan kesadaran politik adalah menyediakan akses mudah dan cepat terhadap informasi politik. Melalui media sosial, individu dapat mengakses berita politik secara real-time, mengikuti perkembangan politik, dan memperoleh beragam sudut pandang tentang isu-isu politik yang sedang berkembang. Selain itu, media sosial juga memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam diskusi politik dengan orang lain, berbagi informasi dan pemikiran mereka, serta memperluas jaringan sosial politik mereka. 

Dengan adanya media sosial, individu dapat dengan mudah mengungkapkan pendapat dan pandangan politik mereka, baik melalui postingan, komentar, atau berpartisipasi dalam petisi online. Media sosial juga memberikan kesempatan kepada individu untuk berinteraksi langsung dengan para pemimpin politik, partai politik, dan organisasi politik lainnya. Hal ini menciptakan ruang partisipasi politik yang lebih inklusif, di mana individu dari berbagai latar belakang dapat berkontribusi dalam diskusi dan pengambilan keputusan politik.

Selain itu, media sosial juga memainkan peran penting dalam memobilisasi massa dalam aksi politik. Melalui media sosial, individu dapat dengan cepat menyebarkan informasi mengenai demonstrasi, kampanye politik, atau gerakan sosial tertentu. Media sosial memungkinkan orang-orang untuk berorganisasi, berkoordinasi, dan memobilisasi dukungan untuk tujuan politik tertentu.

Dalam keseluruhan, media sosial telah berperan dalam meningkatkan kesadaran politik dan keterlibatan politik individu. Dengan memberikan akses ke informasi politik yang lebih luas, memfasilitasi diskusi politik, dan memobilisasi dukungan politik, media sosial telah mengubah cara individu terlibat dalam kehidupan politik. Penting bagi kita untuk memahami peran media sosial ini dengan baik agar dapat memanfaatkannya secara efektif dalam memperkuat demokrasi dan partisipasi politik di era digital ini.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menganalisis peran media sosial dalam meningkatkan kesadaran dan keterlibatan politik. Pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah:

  1. Bagaimana media sosial mempengaruhi keterlibatan politik individu?

TINJAUAN PUSTAKA

Partisipasi politik di era digital telah mengalami perubahan signifikan sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama media sosial. Media sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi politik, khususnya bagi generasi muda pada pesta demokrasi yang dilaksanakan pada tahun 2024. Media sosial menyediakan ruang bagi masyarakat untuk ekspresi politik dan melakukan berbagai kegiatan politik hanya dalam genggaman tangan serta bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.

John Postill dalam "Digital Politics and Political Engagement" mengungkapkan bahwa konsep politik digital dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu: 

1) pemerintahan digital, 

2) demokrasi digital (masyarakat, musyawarah, partisipasi), 

3) kampanye digital (partai, kandidat, pemilihan umum), dan 

4) mobilisasi digital (kelompok kepentingan dan gerakan sosial) (Postill, 2020). Postill setuju bahwa di era globalisasi ini, perkembangan media sosial begitu cepat dan cukup efektif digunakan sebagai media penyebar informasi mengenai kehidupan politik dan dapat diimplementasikan dengan berbagai cara, seperti blogging, vlogging, atau kampanye digital lainnya.

Selain itu, "PERAN MEDIA DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK DIGITAL NATIVES INDONESIA: TINJAUAN LITERATUR TENTANG PARTISIPASI POLITIK" juga mengungkapkan bahwa partisipasi politik merupakan modal bagi terwujudnya demokrasi yang substantif bagi suatu bangsa. Hadirnya media baru dalam komunikasi politik memposisikan kajian ilmu komunikasi dan pemanfaatan media sosial menjadi sangat perlu dipahami sekaligus strategis untuk dikuasai dan diimplementasikan. Media sosial juga secara memadai mengulas pemanfaatan media baru dalam komunikasi politik, dan buzzer media sosial dalam komunikasi politik.

Dalam konteks pemilihan umum, "PERAN MEDIA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DIKALANGAN PELAJAR DI KABUPATEN BOGOR" menyoroti pentingnya peran media sosial online sebagai salah satu faktor yang dapat memberikan efek positif dalam peningkatan partisipasi politik dikalangan pelajar sebagai pemilih pemula di dalam pemilihan umum. Namun, realitasnya para politisi atau partai politik yang berkompetisi di pemilihan anggota legislatif di Kabupaten Bogor pada tahun 2014 belum optimal dalam memanfaatkan media sosial berbasis internet tersebut. Dampaknya tingkat partisipasi politik pemilih pemula dikalangan pelajar rendah.

METODE PENULISAN (KEPUSTAKAAN)

Metode penulisan artikel ini didasarkan pada studi kepustakaan. Data dan informasi yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah, buku, laporan penelitian, dan artikel berita yang relevan dengan topik yang dibahas. Analisis data akan dilakukan melalui pemilihan dan sintesis informasi yang relevan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk partisipasi politik. Media sosial, sebagai bagian integral dari era digital, telah memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan keterlibatan politik. Berbagai media sosial menjadi platform utama bagi masyarakat dalam keterlibatan diskusi politik, berbagi informasi, dan mengorganisir aksi kolektif. Hal tersebut menjadikan peran media merupakan hal yang semakin penting dalam dunia politik, terutama dalam konteks peningkatan partisipasi politik di era digital saat ini.

Media sosial berperan penting dalam meningkatkan partisipasi politik, khususnya di kalangan generasi muda. Media sosial memberikan ruang bagi masyarakat untuk berekspresi politik dan melakukan berbagai aktivitas politik yang dapat dilakukan secara instan kapanpun dan dimanapun. Artinya, kata “malas” sudah tidak ada lagi dalam dunia politik, terutama bagi generasi muda yang sangat bergantung pada penggunaan media sosial.

Hasil analisis menunjukkan bahwa media sosial memainkan peran yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran politik dan keterlibatan politik masyarakat. Berikut adalah temuan utama dari analisis tersebut:

Akses yang mudah dan cepat terhadap informasi politik: Media sosial menyediakan akses yang mudah dan cepat terhadap informasi politik, memungkinkan individu untuk melacak perkembangan politik secara real-time dan memperoleh beragam perspektif mengenai isu-isu politik. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran politik di kalangan masyarakat.

Meningkatkan Partisipasi Politik Generasi Muda: Media sosial berperan penting dalam meningkatkan partisipasi politik generasi muda, khususnya pada Partai Demokrat yang dijadwalkan pada tahun 2024. Media sosial memberikan wadah bagi masyarakat untuk berekspresi secara politik dan melakukan berbagai aktivitas politik dengan mudah dalam genggaman tangan, kapan saja dan dimana saja.

Dampak terhadap perubahan sosial di masyarakat: Media sosial mempengaruhi kehidupan sosial di masyarakat. Perubahan sebagai perubahan dalam hubungan sosial, atau perubahan keseimbangan hubungan sosial, dan segala bentuk perubahan pranata sosial yang mempengaruhi sistem sosial, seperti nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok dalam suatu masyarakat.

Pemanfaatan media sosial untuk mempengaruhi partisipasi politik masyarakat: Media sosial dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat dalam konteks pemilihan umum. Pemanfaatan media sosial dalam konteks politik berguna untuk kampanye politik guna mempengaruhi partisipasi politik masyarakat lokal, memberikan visi dan misi, serta merancang program kerja yang akan dilakukan oleh pasangan calon kuat daerah dalam pemilukada Sebagai sebuah alat.

Dampak terhadap partisipasi pemilih pemula pelajar: Media sosial online dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan partisipasi politik pelajar sebagai pemilih pemula dalam pemilihan umum. Namun, optimalisasi penggunaan media sosial oleh politisi dan partai politik masih menjadi tantangan dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik melalui media sosial antara lain:

  • Keterlibatan Generasi Muda: Generasi muda memiliki ketergantungan tinggi terhadap penggunaan media sosial, sehingga media sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan partisipasi politik mereka.

  • Digitalisasi: Digitalisasi telah memberikan peluang bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam bidang informasi dan sosial ini. Media sosial dan digitalisasi memungkinkan masyarakat untuk berpolitik kapanpun, dimanapun, dan tidak terbatas ruang dan waktu.

  • Kampanye Online: Kampanye politik semakin memanfaatkan media sosial untuk menggalang dana, mendapatkan dukungan, dan berkomunikasi dengan pemilih. Hashtag dan tren online dapat menciptakan momentum signifikan bagi suatu kampanye.

  • Literasi Digital: Perlu ada upaya untuk meningkatkan literasi digital, mengelola disinformasi, dan mempromosikan diskusi yang konstruktif di platform-platform ini

  1. Peningkatan Aksesibilitas Informasi Politik 

Platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram memungkinkan akses cepat dan luas ke informasi politik yang dimana pengguna dapat mengikuti perkembangan politik secara real-time dan mendapatkan berbagai perspektif dari berbagai sumber. Aksesbilitas ini mengurangi ketergantungan pada media tradisional dan memungkinkan masyarakat lebih terlibat dalam diskusi politik. Namun, ini juga menimbulkan tantangan terkait penyebaran informasi palsu dan bias.

  1. Peningkatan Keterlibatan Politik di Kalangan Generasi Muda

Generasi muda khususnya milenial dan Gen Z, menunjukkan peningkatan partisipasi politik melalui media sosial. Kampanye politik dan gerakan sosial sering kali dimulai dan berkembang di platform ini. Keterlibatan ini menunjukkan pergeseran dalam cara generasi muda berinteraksi dengan politik. Mereka lebih cenderung menggunakan media sosial untuk memobilisasi dukungan, menggalang dana, dan menyebarkan pesan politik.

  1. Media Sosial sebagai Platform Kampanye Politik 

Banyak politisi dan partai politik yang memanfaatkan media sosial untuk kampanye politik. Mereka menggunakan platform ini untuk menyampaikan pesan politik, berinteraksi dengan konstituen, dan mengatur acara kampanye. Penggunaan media sosial untuk kampanye politik memungkinkan jangkauan yang lebih luas dan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode kampanye tradisional. Namun, ini juga menimbulkan isu terkait etika dan regulasi kampanye digital.

  1. Pengaruh Media Sosial terhadap Opini Publik

Media sosial memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik. Pengguna sering kali terpapar pada berbagai opini dan debat politik yang mempengaruhi pandangan mereka. Media sosial berfungsi sebagai ruang publik digital di mana masyarakat dapat berdiskusi dan berdebat mengenai isu-isu politik. Namun, fenomena echo chamber dan filter bubble dapat memperkuat polarisasi politik.

  1. Aktivisme Digital dan Gerakan Sosial

Dalam temuan gerakan sosial seperti #BlackLivesMatter dan #MeToo menunjukkan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk menggalang dukungan dan meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial dan politik. Aktivisme digital memungkinkan mobilisasi massa dalam waktu singkat dan dengan biaya rendah. Ini mengubah cara gerakan sosial berkembang dan memperoleh dukungan. 

Tantangan dalam partisipasi politik di era digital mengacu pada berbagai hambatan dan masalah yang muncul ketika masyarakat mencoba menggunakan teknologi digital, terutama media sosial, untuk terlibat dalam aktivitas politik. Tantangan-tantangan ini dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitas partisipasi politik serta mempengaruhi pengalaman pengguna dalam berpartisipasi secara politik. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam partisipasi politik di era digital: 

Penyebaran Informasi Palsu (Hoaks) dan Misinformasi: Informasi palsu atau menyesatkan dapat dengan cepat menyebar melalui media sosial, mempengaruhi pandangan politik masyarakat dan menciptakan kebingungan. Hoaks politik dapat mengganggu proses demokrasi dan mengurangi kepercayaan terhadap institusi politik.  

Polarisasi Politik dan Echo Chambers: Media sosial sering kali memperkuat polarisasi politik dengan membentuk echo chambers, di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka. Algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, mengurangi eksposur terhadap pandangan yang beragam. 

Etika Kampanye Digital dan Manipulasi Data: Kampanye politik di media sosial sering menggunakan data pribadi untuk menargetkan pemilih dengan pesan yang sangat spesifik, yang dapat menimbulkan masalah etika terkait privasi dan keadilan. Manipulasi informasi dan penggunaan micro-targeting dapat menyebabkan penyebaran pesan yang tidak adil atau menyesatkan. Penggunaan data dari platform media sosial untuk menyasar pemilih rentan dengan pesan manipulatif yang dirancang untuk mengubah keputusan mereka.

Trolls dan Ujaran Kebencian: Kehadiran trolls (pengguna yang sengaja memicu perdebatan atau menyebarkan kebencian) dan ujaran kebencian di media sosial dapat mengintimidasi pengguna lain dan menghambat diskusi politik yang konstruktif. Ini dapat menciptakan lingkungan online yang tidak aman dan tidak ramah bagi partisipasi politik. Komentar-komentar provokatif atau kebencian yang menyerang individu atau kelompok tertentu berdasarkan pandangan politik mereka.

Kesenjangan Digital: Tidak semua orang memiliki akses yang sama ke teknologi digital dan internet, yang dapat menghalangi partisipasi politik yang merata. Kesenjangan digital terutama mempengaruhi kelompok masyarakat yang kurang mampu atau tinggal di daerah terpencil, yang mungkin tidak memiliki akses yang memadai ke perangkat atau konektivitas internet.

Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan strategi yang komprehensif, termasuk peningkatan literasi digital, pengembangan regulasi yang tepat, dan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan masyarakat sipil untuk menciptakan lingkungan digital yang aman, inklusif, dan informatif bagi partisipasi politik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah disajikan, dapat disimpulkan bahwa media sosial memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan kesadaran dan keterlibatan politik. Media sosial telah menjadi alat penting dalam meningkatkan partisipasi politik di era digital. Aksesibilitas informasi, keterlibatan generasi muda, penggunaan dalam kampanye politik, pengaruh terhadap opini publik, dan peran dalam aktivisme digital menunjukkan bagaimana media sosial mengubah lanskap politik. Namun, tantangan seperti informasi palsu, polarisasi, dan etika kampanye digital perlu diatasi untuk memaksimalkan potensi positif media sosial dalam politik Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memanfaatkan media sosial secara efektif dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat. 

Berikut saran/rekomendasi dari hasil dan pembahasan yang telah disajikan: 

Pendidikan Literasi Digital: Masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan untuk mengevaluasi dan memverifikasi informasi yang mereka temui di media sosial. Ini termasuk mengenali tanda-tanda hoaks, memahami bias media, dan mengetahui sumber informasi yang dapat dipercaya. Implementasi: Pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan institusi pendidikan dapat mengembangkan program literasi digital yang menyasar berbagai kelompok usia dan latar belakang.

Regulasi Kampanye Digital: Regulasi yang jelas dan transparan diperlukan untuk mengatur kampanye politik di media sosial. Ini termasuk aturan mengenai iklan berbayar, penggunaan data pribadi, dan transparansi sumber dana kampanye. Implementasi: Kerjasama antara pemerintah, platform media sosial, dan lembaga pengawas pemilu penting untuk memastikan regulasi diterapkan secara efektif.

Promosi Dialog Konstruktif: Platform media sosial perlu mengembangkan fitur dan kebijakan yang mendorong dialog yang sehat dan konstruktif. Ini termasuk menangani konten yang mengandung ujaran kebencian dan disinformasi. Implementasi: Perusahaan media sosial dapat bekerjasama dengan pakar komunikasi dan psikologi untuk mengembangkan algoritma dan fitur yang mempromosikan keterlibatan positif.

DAFTAR PUSTAKA

Putricia, Nazah Dwi, et al. "STUDI LITERATUR: PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI POLITIK GEN Z (ZOOMERS)." Retorika: Jurnal Komunikasi, Sosial dan Ilmu Politik 1.2 (2024): 74-82.

Anderson, C. W., & Rainie, L. (2014). Civic engagement in the digital age. Pew Research Center.

Bennett, W. L. (2012). The personalization of politics: Political identity, social media, and changing patterns of participation. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, 644(1), 20-39.

Chadwick, A. (2013). The hybrid media system: Politics and power. Oxford University Press.

Coleman, S., & Blumler, J. G. (2009). The Internet and democratic citizenship: Theory, practice, and policy. Cambridge University Press.

Howard, P. N., & Hussain, M. M. (2013). Democracy's fourth wave?: Digital media and the Arab Spring. Oxford University Press.

Maghrifa Kafka, Fadilan Rafa, Gunawan Santoso. Pengaruh Media Sosial Terhadap Orientasi Politik Pemilih Pemula Pada Pemilu 2024 | Jurnal Pendidikan Transformatif, Jurnal Pendidikan Transformatif, NOVEMBER 2022, https://jupetra.org/index.php/jpt/article/view/384. Accessed 11 June 2024.

Nafiza Suci Azzahri. “Politik Digital: Keterlibatan Media Sosial dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Generasi Muda Pada Pesta Demokrasi 2024.” Sekretariat Negara, KEMENTRIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA, 11 March 2024, https://www.setneg.go.id/baca/index/politik_digital_keterlibatan_media_sosial_dalam_meningkatkan_partisipasi_politik_generasi_muda_pada_pesta_demokrasi_2024. Accessed 11 June 2024.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun