Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan pergeseran besar dalam dinamika pasar logam mulia. Emas, yang selama ini dikenal sebagai aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global, kini makin sulit didapatkan. Produksi tambang yang melambat, biaya eksplorasi yang meningkat, serta melonjaknya permintaan dari sektor industri dan investasi membuat pasokan emas semakin menipis.
Tak hanya itu, kondisi geopolitik yang memanas, inflasi yang membayangi berbagai negara besar, dan kekhawatiran terhadap nilai mata uang fiat mendorong para investor memburu emas sebagai pelindung nilai. Akibatnya, harga emas terus merangkak naik, bahkan menembus rekor baru dalam beberapa bulan terakhir.
Fenomena ini juga memberi efek domino terhadap logam mulia lainnya, terutama perak. Meski selama ini sering dianggap sebagai 'emas versi murah', perak kini mulai mendapat sorotan tajam. Selain sebagai instrumen investasi, perak juga memiliki fungsi penting dalam industri teknologi, terutama dalam produksi panel surya dan perangkat elektronik. Ketika emas mulai tidak terjangkau, perak pun menjadi alternatif menarik bagi investor dan pelaku industri.
Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin perak akan mengalami lonjakan harga yang signifikan, menyusul jejak emas. Para analis menyarankan agar masyarakat mulai melek terhadap potensi logam mulia sebagai pelindung kekayaan jangka panjang.
Kini saatnya bijak membaca peluang dan memahami bahwa langkanya emas bukan hanya kabar pasar biasa, tapi sinyal besar akan perubahan ekonomi global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI