Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bagaimana Jika Tidak Bakat Menulis?

21 Februari 2024   19:18 Diperbarui: 21 Februari 2024   20:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika teringat quotes Pramodya Ananta Toer tentang menulis, bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Yang terlintas kemudian adalah, bagaimana jika tidak berbakat menulis?

Apakah yang disebut dengan bakat? Bakat dalam KBBI merupakan keahlian yang dimiliki seseorang dari lahir yang akan semakin berkembang jika terus diasah agar hasilnya maksimal. Bakat pun erat dengan pekerjaan yang kelak akan dipilih, misalnya memilih menjadi pesepak bola, pelukis, penulis, pendesain busana, dan sebagainya. Keputusan memang terserah Anda. 

Ingin  memilih bakat sebagai jaminan dalam menjalani kehidupan pada masa mendatang atau tidak?  Memutuskan bakat sebagai sarana bekerja atau sekadar pengisi waktu luang karena telah memiliki kesibukan lain yang lebih menjanjikan secara finansial? Semua bergantung yang bersangkutan, jalan mana yang dianggap nyaman. 

Selagi tak ada yang dirugikan. Pembahasan kali ini sekadar mengajak pembaca untuk menemukan bakat, karena bukan hal yang tak dapat diingkari bahwa mendapatkan rezeki berlimpah dari bakat merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan.

Berikut ini yang dirangkum dari berbagai sumber tentang trik menemukan bakat, antara lain 1. Temukanlah hal yang paling disuka dari beberapa hal yang disukai; 2. Jika sudah bekerja, temukan hal yang paling disukai dari pekerjaan tersebut dan temukan kekuatan terbesar dari kesenangan tersebut, misalnya sangat senang berkutat dengan komputer dan dengan sukarela mereparasinya jika ada kerusakan. Hal itu dapat menjadi sinyal tentang bakat, bukan? 3. Dengarkan atau tanyakan reaksi orang lain dari hasil kesibukan tersebut. Usaha tersebut dianggap sudah maksimal atau belum?

Demikian pula hasilnya, sudah bagus atau belum?  Demikian pula dengan pendapat orang lain tentang hobi kita. Ketika kita senang menyanyi tapi ada yang mengatakan bahwa kita tidak bisa dan lebih baik melukis, betulkah?  Jangan terkecoh pendapat bernada sirik dan iri. Jika ada kelompok lain yang mengatakan bahwa Anda juga dapat menyanyi sebaik melukis, bisa jadi Anda memang memiliki kecerdasan majemuk. 

Teori kecerdasan majemuk pertama kali dilontarkan oleh Howard Gardner, profesor dan psikolog dari Universitas Harvard, dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Kecerdasan majemuk tersebut meliputi  kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan knestetik, dan kecerdasan eksistensial.

Langkah keempat dalam mendeteksi bakat adalah temukan apa yang sering menarik untuk dibicarakan? Karena secara psikologis, hal yang sering dibicarakan dapat dianggap sebagai hal yang paling menarik bagi seseorang; 5. Merasakan secara lebih saksama hobi kita, apakah tidak ada hobi lain lagi yang lebih menyenangkan? 

Hobi yang membuat seolah rela tenggelam bersama waktu ketika menekuninya? Jika benar, bisa jadi memang di situlah bakat Anda; 7. Berikutnya tentu saja mengikuti tes bakat, meskipun hasil tes tidak selalu cocok 100% dengan kondisi kita, karena yang lebih bisa merasakan tentulah diri sendiri.

Yang terakhir, yaitu selalu dan selalu berlatih jika hobi tersebut memang bakat terpendam kita. Untuk selanjutnya adalah menyesuaikan dengan selera pasar, jika hobi tersebut memang ditujukan untuk menjadi sumber penghidupan. Saran untuk tidak mudah menyerah dalam menjalani proses menemukan bakat, meskipun suara-suara sumbang menghadang, adalah hal yang perlu didengarkan. 

Minat dan bakat memang tidak selalu dapat ditemukan dengan cepat. Adapula yang memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan ada yang baru merasa menemukan bakatnya ketika sudah pensiun. Keterlambatan itu pun bukan hal yang layak disesali namun wajib disyukuri, karena yang bersangkutan tentulah seolah menemukan hidup seri kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun