Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Membingungkan Lelaki

12 Maret 2021   10:16 Diperbarui: 14 Maret 2021   00:16 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Aku membacanya sekilas. Bahunya tanpa sengaja bersenggolan dengan bahuku. Darahku seakan bergolak sekejap karena sepulangku ke kampung halaman tidak lagi dapat bertemu bahkan berjalan-jalan dengan Alana.

 Devina masih berada di depan laptop.Kulirik dirinya dari samping. Jantungku kembali berdegup kencang. Untuk sesaat bayangan Alana menghilang digantikan dengan bayangan Devina yang kelak akan banyak berperan di balik layar jika aku terpilih menjadi kepala desa. Semula kepala desa lalu beranjak menjadi...

 Khayalan yang bermunculan saling berdesakan antara kebanggaan memiliki banyak anak dengan si cantik Alana dan peluang karier yang menanjak bersama Devina, membuatku kebingungan.

  Keduanya membuatku suka dan merasa dibutuhkan sebagai lelaki yang ingin menunjukkan aktualisasi diri.

  Kutoleh Devina. Ia tersenyum. Manis juga. Busyet. Kutepuk jidatku. Betapa sebagai lelaki aku telah mengecewakan iklan-iklan yang mematok kriteria kecantikan harus yang tinggi langsing dan putih seperti Alana. Toh postur tinggi langsing memang memudahkan desainer dalam berkreasi, putih pun memacu kreativitas produsen obat kecantikan. Semua demi iklan dan ternyata tidak selalu ada titik temu dengan gairah lelaki.

 Pagi itu Devina tersenyum sambil menyuguhkan secangkir kopi panas dan naluri lelakiku pun bergolak. Apalagi saat ia mengatakan telah mempersiapkan segalanya untuk debat dengan para kandidat di kantor kelurahan. Aku melirik setumpuk buku yang diletakkan di meja sampingku, "Sudah kutulis di power point, Kak."

  Hmm...aku pun bersemangat seperti semasa kuliah saat membaca bahan presentasi yang disediakan Devina. Yang terlintas kemudian adalah beberapa masalah warga yang harus didata dan ditangani 100 hari ke depan 1000 hari ke depan dan Devinalah yang banyak berperan sebagai teman curhat

  Bayangan Alana yang cantik dengan postur tubuh bak model hanya sesekali melintas. Demikian pula bayangan tentang anak-anak yang kelak mewarisi ketampananku dan Alana yang semakin melenyap tertindih aneka permasalahan warga yang memerlukan penanganan.

  Sepasang merpati itu masih berayun-ayun di depanku. Angin menebar harum melati bersama aroma tubuh Devina yang beberapa hari ini menemaniku berlatih presentasi.

  Anehnya, Alana pun tidak marah. Ia mencoba memaklumi dengan pasrah. "Aku sangat menyukai anak-anak. Andaikan Tuhan tidak menitipiku anak dalam pernikahanku kelak, aku akan mendirikan panti asuhan."

  Untuk sesaat aku kembali bimbang antara memilih Alana atau Devina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun