Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jerat Cinta

13 Februari 2021   04:03 Diperbarui: 13 Februari 2021   04:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Segitunya. Memang ia cinta padaku?"

"Huh...Kamu nggak akan bisa menghayati cinta selagi ada pemisahan pemahaman antara kata "cinta" dan "puas". Cobalah berempati pada Maya dan Mimah yang terluka karena ulahmu,"kata kakak perempuanku  setelah mencium anakku, kemudian pamit pulang.

Mimah menawarinya makan siang bersama kebetulan ia telah selesai memasak. Serantang kolak pisang dititipkan pula untuk seisi rumah orangtuaku.

  Aku mandi, bergegas ke salon untuk potong rambut. Dari kaca salon yang kapsternya genit ingin mencubit hidungku, terlihat Mimah mendorong gerobak menjajakan sayuran.

"Siapa perempuan cantik itu?" aku pura-pura tidak kenal.

"Itu mbak Mimah. Ia dulu naksir mahasiswa tampan sampai hamil lalu menikah. Suaminya depresi karena mamanya marah nggak lagi mau biayai kuliahnya dan harus putus dengan pacarnya pula. Tapi mbak Mimah memang cinta. Bukan karena gelar insinyur toh sudah gagal total dan nganggur pula. Tapi Mimah tetap tabah mengatasi urusan rumah tangga seorang diri. Salut lho. Nalurinya tajam menangkap kesempatan. Kesabarannya membuatnya berhasil menaklukkan lelaki tampan bermasa depan cerah pula. Darinya aku belajar bahwa lelaki itu bukan orang yang sulit diraih sebetulnya."

  Hebat apanya, kepasrahannya membuatku kehilangan Maya. Kecurigaan mama pada triknya membuatku tidak dikuliahkan lagi. Tqpi...kesabaran? Ya, itu kuakui. Keuletannya pun sanggup membuat kami kuliah lagi jika ada kesempatan. Gumamku dalam hati sambil berkaca. Rambutku sudah rapi. Betulkah aku tampan? Haha..mama tidak pernah mengatakannya, bahkan Maya pun tidak dengan alasan cemas aku besar kepala lalu meninggalkannya. Hanya Mimah yang selalu memanggilku "abang tampan ayo pacar2an,"Hehe dan aku terlena. Sungguh hebat dia.

  Aku pun segera keluar meraih gerobak dorong. Kutanyai hari ini dapat uang berapa? Saat ia tunjukkan ada uang rp 160.000 di dompet, aku pun memintanya masuk salon untuk facial, pedikur, manikur.

 "Biar aku yang meneruskan. Untuk selanjutnya, kamu di rumah saja. Aku yang berjualan," jawabku memerhatikan perut buncitnya   dari balik dasternya yang lusuh. Setiap hari ia melakukan semuanya tanpa keluh dan lelah. Itukah cinta?

  Bagaimanapun, ia terbukti mencintaiku dan menghargaiku, belum tentu si model Maya bisa begitu.

  Tak sekalipun ia  memarahiku kendati aku tak pernah membantunya mengatasi kesibukannya  membereskan urusan rumah dan anak setelah berjualan keliling kompleks.

 Sudah selayaknya aku menunjukkan kepada dunia bahwa Mimahlah takdirku yang tulus  dan menghargaiku, kendati berawal dari ulah isengku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun