Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Kesetaraan Gender dalam Dongeng Ande Ande Lumut

1 November 2020   23:56 Diperbarui: 28 November 2020   08:13 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka mendengar informasi itu. Seorang lelaki tampan yang belum lama tinggal di perkampungan mereka, menyampaikan informasi bahwa ia sedang mencari isteri.  Para gadis itu pun berdandan untuk mengikuti sayembara mendapatkan suami...

Itulah intro dongeng dari Kerajaan Kahuripan yang terkenal dengan judul Ande-ande Lumut. Dongeng yang mengisahkah para kleting tersebut, ada Kleting Merah, Kleting Biru, Kleting Ijo, Kleting Biru, juga Kleting Kuning sebagai tokoh utama kisah ini, sedang "unggah-unggahi" atau berkunjung ke tempat tinggal Ande Ande Lumut barangkali terpilih sebagai isteri.

Kisah ini masih sama sumbernya yaitu perjodohan politik antara putera Kerajaan Jenggala bernama Raden Inu Kertapati dengan Puteri Kadiri bernama Galuh Candrakirana setelah perpecahan Kerajaan Kahuripan yang dibagi dua oleh Raja Erlangga,  sehubungan dengan penolakan Puteri Sanggramawijaya  untuk naik taha, lalu memutuskan menjadi pertapa.

 Walaupun dijodohkan, keduanya pernah bertemu dan diam-diam sudah merasa saling suka. Akan tetapi, seorang selir yang memiliki anak gadis bernama Intan Sari tidak rela jika Galuh Candrakirana, puteri permaisuri,  dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati. Ia mengingini anaknyalah yang kelak menjadi permaisuri Raden Inu Kertapati, bukan Galuh Candrakirana.

Siasat pun diatur. Keduanya, ibu dan anak, menculik dan menyembunyikan Galuh Candrakirana bersama ibunya. Ketika Raden Inu mendapati Galuh tidak berada di istana, kemudian ditawari penggantinya yaitu Intan Sari, ia pun menolak. Ia memilih pergi mengembara mencari keberadaan Galuh dan ibunya karena sudah menduga tentu ada masalah yang menghadang perjodohan antara dirinya dengan Galuh Candrakirana.

Pada saat bersamaan, Galuh dan ibunya pun berhasil mengirimkan surat melalui burung merpati ke kerajaan, bahwa keduanya disekap selir ibunda Intan Sari. Keduanya, Intan Sari dan ibunya, melarikan diri dari istana ketika akal liciknya ketahuan. Galuh pun akhirnya mengembara pula mencari keberadaan Raden Inu setelah menerima informasi bahwa Raden Inu telah datang ke kerajaan untuk melamarnya.

Akhir kisah pun sudah dapat ditebak, yaitu Raden Inu Kertapati yang menyamar sebagai Ande-ande Lumut akhirnya bertemu dengan Galuh Candrakirana yang menyamar sebagai Kleting Kuning. Kisah pun berakhir happy ending seperti  umumnya cerita-cerita Panji.

Yang  menjadi pembahasan kali ini adalah  dalam dongeng tersebut menunjukkan bahwa wanita pada zaman Kerajaan Kahuripan telah mengalami kesetaraan gender. Selain dengan dipilihnya Puteri Sanggramawijaya, akhirnya beralih nama menjadi Dewi Kilisuci setelah bertapa, walaupun menolak naik tahta, para wanita dalam dongeng tersebut pun dikisahkan bisa dengan bebasnya menemui laki-laki untuk mendapatkan suami. Betapa para Kleting tersebut pun tidak segan-segan mendatangi tempat pemuda Ande-ande Lumut untuk melamarnya. Perilaku yang seolah bukan hal tabu, bahkan bukan masalah besar pada masa itu.

Kesetaraan gender adalah pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka yang bersifat kodrati ( wikipedia). Masih dari sumber yang sama, hal itu merupakan satu di antara tujuan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. PBB berusaha menciptakan kesetaraan dalam bidang sosial dan hukum, seperti dalam aktivitas demokrasi dan memastikan akses pekerjaan yang setara dan upah sama. Dalam praktiknya, tujuan kesetaraan gender adalah agar tiap orang mendapatkan perlakuan yang sama dan adil dalam masyarakat.

Akan tetapi, dalam kisah Ande-ande Lumut tersebut, walaupun para Kleting diizinkan "unggah-unggahi" atau melamar lelaki dalam hal ini Ande-ande Lumut, namun ada peristiwa  yang ambigu di sini. Ambigu menurut KBBI adalah bermakna lebih dari satu( sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan,dan sebagainya)

Mengapa para Kleting tersebut tidak total dalam berjuang? Dalam arti banyak yang bemanja-manja dalam upayanya meraih hati Ande-ande Lumut? Mengapa para puteri cantik yang bernama Kleting Biru, Kleting Merah, Kleting Ijo, dan Kleting Biru (atau masih ada warna-warna lainnya?) dalam berjuang tidak setangguh awal-awal mereka berdandan demi menarik perhatian Ande Ande Lumut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun