Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puberkah Rasa Ini?

26 Oktober 2020   20:32 Diperbarui: 26 Oktober 2020   20:38 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.Lifestyle kompas.com

            "Kalau alasanmu tidak menekuni hobi karena waktumu tersita  suami dan anak, lalu di mana salahmu? Jadi kamu tak pernah salah dan selalu orang lain yang salah?"

            Duh,pedas  ucapan Uni, kudoakan ia tak laku- laku,

            "Bukan begitu maksudku. Nikah itu harus kaulakukan secepatnya, Jangan terpengaruh hobi yang cuma hal sekunder. Yang penting punya suami,gitu lho..."

            Akan tetapi, setelah masa pernikahanku yang berjalan tenang- tenang saja, mengapa perhatian Roni begitu membuatku berbunga- bunga? Apalagi ia lumayan bersuara merdu dan bisa memetik gitar.  Aku menyanyi bersamanya saat ada reuni penggemar fun bike. Suamiku pun tak keberatan. Lala tetap saja cantik. Aku menyanyi bersama Roni diiringi petikan gitarnya dan entah mengapa, aku merasa berdosa pada Reti dan Uni, karena dulu pernah menganggapnya aneh.

            Satu demi satu arogansi yang mengendap menggedori relung- relung hatiku. Arogan karena merasa selalu benar, bahkan menyimpan kesal pada mereka yang tidak sesimpel aku dalam berpikir, Perasaan yang kini menyergapku tanpa ampun gara- gara Roni, padahal ia tidak setampan dan sejangkung suamiku. tapi mengapa aku begitu merindukannya?

            "Sweety,Baby,Sayang.... "

             Duh,perhatian kecil yang tak pernah diberikan suamiku setelah aku merasa bangga dengan kondisi rumah tanggaku yang tenang tenteram, kini mengacaukan logika berpikirku. Logika bahwa antara Roni dan suamiku saling kenal dan itu berdampak menimbulkan masalah besar andaikan ketahuan, Logika bahwa kami saling dimiliki seseorang dan tak mungkin bersatu. Logika bahwa serapat- rapat menyimpan bangkai pasti akan menyebar bau, bahkan nasihatku pada Vieta agar menepis rasa kasmaran pada suami orang dulu itu pun tak lagi mempan kuterapkan kepadaku.

            Hati kecilku merasakan Vieta, Reti, dan Uni menertawaiku yang pernah menasihatinya dengan segumpal kekesalan tatkala mereka mengabaikan saranku.

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun