Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tatkala Tabebuya Bermekaran

20 Oktober 2020   08:28 Diperbarui: 20 Oktober 2020   08:41 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bird,"panggilku kepada Rininta yang tengah menuju kasir. Ia pun menoleh dan kembali ke arahku,"Biar kali ini aku yang membayar,"bisikku sambil memegang pergelangan tangannya.

"Walah, pasti uang bapakmu. Enggak ah, ini uang beasiswaku masih ada,"jawabnya sambil menepis tanganku,

"Bukan. Aku tengah merintis wisata kuliner, berbentuk roti isi, yang kukerjakan bersama Hanantyo dan kawan-kawan sekelompokku. Laris manis, sampai akhirnya kami bekerja sama dengan gofood untuk itu." ia pun terkejut, lalu tersenyum lebar sambil mencubiti pipiku.

"Wah...jika usaha lancar, Kamu bisa menyusulku nih ke negeri orang. Kamu temani aku, sambil mengendalikan bisnismu yang di sini."

"Stt..dilihat orang. Malu kan?" bisikku yang membuat Hermalita menoleh, kemudian malah bergabung di tempat duduk kami sambil memindahkan es jus apokad yang telah disuguhkan kepadanya.

"Manggil pacar kok bed sih? Memangnya kasur?"godanya. Kami pun tertawa mendengar gurauannya.

"Bird,"ralatku,"Ia kan bagaikan burung. Berkicau terus. Satu paragraf omongannya bisa saja sumbernya tujuh buku. Aku kan bisa diam sambel merem mendengarkan kicaunya. Lumayan nggak baca, nanti tinggal pinjam daftar pustakanya saja,"jawabku tertawa memandang Rininta yang memonyongkan mulutnya mendengar ucapanku.

"Pantesan lengket terus. Hati-hati Kamu dimanfaatkan, Rin,"goda Lita sambil meletakkan backpacknya di kursi sebelahku.

"Jika tega, biar sajalah,"jawabnya,"Kesetiaan itu justru teruji saat berjauhan,"lanjutnya lagi sambil menikmati jus lemonnya.

Seminggu sudah hari-hariku sepi tanpa kicauan Rininta. Aku kembali memasuki warung tahu campur. Di luar dugaan, kulihat Hermalita pun berada di situ. Gaya busananya tetap seperti kemarin, namun kali ini sebelah lengannya hilang. Gaunnya menampakkan bahu terbuka sebelah.

"Itu gaun lengannya  bisakah diangkat biar bahumu tertutup?  Bikin aku ingin menyentuh bahu mulusmu, lho,"godaku sambil mendekatinya, duduk di depannya. Aku bukannya berniat tidak setia, namun makan sambil menatap cewek cantik yang duduk di depanku, apakah suatu kesalahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun