Ajaran lama disini adalah suatu sikap budaya bangsa Indonesia yang telah di ajarkan secara turun temurun namun sikap tersebut harus di hapus dari ingatan para calon teroris agar ada ruang kosong di logika mereka dan bisa di isi dengan ajaran baru yang lebih mulia.
Ajaran baru yang lebih mulia menitik beratkan agar para calon teroris ini mampu bertindak mulia di mata sang pencipta alam semesta.
Bagi para pendidik ajaran baru tersebut, memberi penjelasan kepada para pengikutnya bahwa ajaran sosial yang selama ini ada di negara kesatuan Republik Indonesia merupakan ilmu yang menyesatkan dan akan membawa para hamba Tuhan ke dalam neraka.
Ajaran sosial lama yang di laknat para guru terorisme ini juga menistakan bukan hanya terbatas dari pengetahuan dari dunia barat namun juga merendahkan pendidikan moral dari adat tradisional Nusantara.
Yang lebih gawat lagi adalah para guru terorisme ini dengan terang-terangan menuduh agama lain adalah keyakinan sesat.
Termasuk pula agama yang punya nama sama dengan agama teroris yaitu Islam.
Bagi para teroris di seperti ISIS, Jamaah Islamiah, FPI dan kelompok mirip lainnya, mereka merasa bahwa keyakinan yang mereka anut adalah agama yang terbaik di dunia dan dimata Tuhan sehingga apapun nama agama di negara ini jika ternyata tidak sepaham dengan kelompok di atas  maka para hamba Tuhan tersebut harus di musnakan walaupun korbannya beragama Islam.
Para teroris di wilayah nusantara mendapatkan pencerahan bahwa demokrasi adalah paham politik yang menyesatkan karena sikap politik tersebut pada jaman nabi Muhammad SAW tidak pernah ada. Padahal saat ini banyak penduduk di timur tengah ingin mendapatkan suasana demokrasi seperti negara kesatuan Republik Indonesia.
Para pelaku terorisme setiap saat di jejali oleh penjelasan yang mencerahkan bahwa setiap tindakan mereka adalah benar di mata Tuhan sehingga para pendukung terorisme tidak perlu lagi untuk bersikap santun versi nusantara.
Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka ditakutkan akan semakin banyak manusia Indonesia yang mengalami krisis identitas kebangsaan.
Semakin banyak pula warga Indonesia yang akan melepas sikap cinta Indonesia karena ruang kosong di logika rakyat yang selalu di suntik oleh hipnotis tentang terorisme.