"Nggak kok bunda. Kakak ambil semua mainan aku, jadi aku nggak bisa main mainan aku."
      "Adek bohong bunda."
      "Ih enggak bunda, kan kalau bohong masuk neraka."
      Anak saya yang sulung dan bungsu pasti selalu merasa benar tentang hak miliknya. Semua mainan adalah milik pribadi. Padahal mainan yang ada sebenarnya sudah di atur agar keduanya saling bisa menggunakan benda tersebut.
      Nah kalau situasi semakin panas mereka saling ejek, saling menjelekkan, saling menghina, saling berkata bohong selanjutnya terjadilah baku hantam sampai nangis terisak.
      Akhirnya saya dan istri memberikan ucapan yang ada harapan dan ada ancaman. Tujuannya mulia agar keduanya sadar dari kesalahan dan kembali berbuat yang baik yang benar.
      Walau ada rasa jengkel tetap bicara santun karena wawasan mereka masih terbatas.
      "Kakak dan adek nggak boleh ribut terus. Nanti ayah dan bunda bisa nangis darah."
      "Apa itu nangis darah ayah?" tanya si bungsu.
      "Ayah nangis sambil keluar darah dari mata ayah."
      "Ha!" sulung dan bungsu kaget.