Langit sore di Samudera Nusantara tampak tegang. Awan hitam menggantung, angin membawa bau garam yang menusuk. Armada Majapahit berbaris gagah: puluhan kapal baja berukir Garuda, layar merah-emas berkibar melawan badai.
Di geladak kapal utama, Laksamana Agung berdiri tegak, pedang warisan Kyai Naga Samudera terhunus.
"Dengarlah, para prajurit!" suaranya menggema, "Bendera tengkorak itu---lambang penghinaan terhadap kedaulatan laut kita. Demi sumpah Gajah Mada, demi samudera leluhur: tenggelamkan mereka!"
Sorak sorai membelah langit. Genderang perang ditabuh, meriam diarahkan. Dari kejauhan, kapal Thousand Sunny melaju penuh percaya diri. Di dek, Luffy dan kru Topi Jerami sudah siap menyambut.
"Serang!" teriak Laksamana.
Dentuman meriam Majapahit menggelegar, air laut memercik tinggi. Kapal One Piece menukik gesit, menghindar dengan manuver aneh yang membuat para prajurit tercengang. Zoro mengayunkan pedang, memotong tiang kapal musuh yang terlalu dekat. Sanji menendang peluru meriam hingga mental kembali. Luffy melompat-lompat bagai karet hidup, menghajar prajurit yang mencoba naik ke dek.
Pertempuran pecah. Pedang beradu, meriam meledak, panah berapi menghujani. Suara teriakan bercampur dengan gemuruh ombak. Laksamana Majapahit maju ke depan, berduel langsung dengan Luffy yang tertawa-tawa di tengah serangan.
Hingga tiba-tiba, angin membawa aroma tak asing ke tengah kekacauan itu,
"Apa ini?" gumam seorang prajurit Majapahit. "Aku mencium... sate?"
Benar. Dari dapur kapal Majapahit, asap mengepul, aroma daging kambing terbakar arang menyebar di udara. Ternyata seorang juru masak kapal, entah karena panik atau lapar, menyalakan tungku dan mulai membakar sate Madura untuk hidangan prajurit yang lelah bertemmpur..
Pertempuran mendadak tersendat. Anak buah Majapahit menoleh ke arah asap, sementara Luffy langsung berhenti menyerang, matanya berbinar.