Menutup Debu, Menutup Luka
Debu akan selalu ada. Tapi seberapa tebal dan seberapa sering ia menutup pandangan, itu bergantung pada bagaimana kita memperlakukan alam. Kita bisa menghapus debu dari meja dalam hitungan detik, tapi menghapus debu dari sejarah butuh waktu jauh lebih lama.
Mungkin yang kita perlukan bukan sekadar penghijauan simbolis atau program penanaman ribuan bibit, melainkan kesediaan untuk mengakui bahwa kita --- sebagai masyarakat --- ikut menjadi bagian dari luka ini. Dan dari pengakuan itulah kita bisa memulai perjalanan pulang, bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk alam yang selama ini berjalan bersama kita.
Bagaimana dengan Anda? Pernahkah sebuah pemandangan alam membuat Anda merasa sedang membaca kembali luka lama?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI