Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mempersiapkan Pola Pikir Untuk Masa Depan

8 Januari 2023   17:46 Diperbarui: 11 Januari 2023   03:15 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Suzanne D. Williams on Unsplash   

Dalam perjalanan profesional atau personal, kekuatan pikiran atau yang sering disebut dengan mindset akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan.

Premisnya adalah pola pikir menentukan pilihan, kemudian pilihan menentukan tindakan, dan tindakan yang akan menentukan kontribusi terhadap usaha untuk mencapai tujuan tersebut.

Semua ini dimulai dari pikiran, berita baiknya kita masing-masing memiliki kekuatan untuk memutuskan apa yang kita pikirkan.

Mindset ini penting karena sebagai manusia yang menjalani hidup secara normal pasti tanpa disadari akan membentuk “keyakinan” untuk berpikir dalam memahami setiap aspek kehidupan.

Mindset ini juga bertanggung jawab atas hasil dari cara pandang tersebut terhadap keputusan yang diambil seseorang, sekali lagi dalam konteks baik dan buruk.

Secara teoritis, mindset ini tidak terbentuk secara instan dan tiba-tiba. Alih-alih, prosesnya lama dan (mungkin) terbentuk dari pola asuhan orang tua hingga beranjak dewasa.

Artinya, mindset ini sendiri jika dilihat dari proses terbentuknya adalah sesuatu yang berkembang. Namun, banyak orang malah mempunyai mindset yang tidak tepat. Ironis.

Rata-rata orang mengambil tindakan biasanya kehilangan makna alasan kenapa tindakan tersebut dilakukan.

Namun ketika seseorang yang mempunyai mindset yang baik ketika memulai tindakan tertentu, mereka tahu persis mengapa mereka melakukannya dan hasil apa yang mereka tuju.

Hal ini penting karena jika seseorang benar-benar tahu tentang alasan dalam melakukan sesuatu, mereka dapat menjelaskan secara tepat rangkaian peristiwa yang mereka harapkan sebagai akibat dari hal itu.

Mindset yang selalu ingin berkembang ini memang sulit secara emosional dan memang melawan ego.

Ironisnya, semua orang ingin masa depan berada dalam kendali mereka. Tapi, kebanyakan orang suka berpikir bahwa kegagalan masa lalu mereka berada di luar kendali mereka, bahwa tidak ada yang salah mereka. Sungguh, sebuah ironi berpikir yang menyedihkan.

Masalahnya adalah, masalah yang kita alami di masa lalu sebagian besar sama dengan masalah yang akan kita alami di masa mendatang, setuju?

Jadi, jika seseorang berpikir bahwa kegagalan di masa lalu bukanlah hal yang harus diperbaiki, itu juga berarti kita tidak memiliki kekuatan untuk memperbaikinya. Mindset yang ngawur, bukan?

Orang yang mampu bertahan dan sukses pasti secara aktif mencari alasan mengapa mereka bisa gagal dan melupakan ego.

Saya percaya bahwa kesuksesan dan kebahagiaan adalah tentang pola pikir.

Pola pikir memengaruhi segalanya dalam hidup kita, mulai dari apa yang kita pikirkan dan rasakan hingga bagaimana kita bertindak dan bereaksi terhadap dunia di sekitar kita.

Untuk mencapai tujuan kita, pola pikir harus sesuai dengan aspirasi kita. Jika kita ingin mencapai transformasi pribadi sejati dan mengejar impian besar, maka perubahan pola pikir harus dilakukan.

Fokus pada Hal-Hal yang Penting

Salah satu cara untuk mempertajam mindset adalah fokuskan perhatian pada hal-hal yang tepat, hal-hal benar-benar paling penting.

Caranya adalah dengan mengenal apa yang penting dalam hidup dengan tujuan yang jelas. Tanyakan pada diri sendiri "Apa yang paling penting bagi saya tahun ini? Apa yang akan saya kejar? Apakah ini betul-betul penting?

Jika ingin fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup, kita harus secara sadar mengetahui aktivitas apa yang menyita waktu.

Beberapa orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan aktivitas acak yang tidak ada gunanya di masa depan dan lebih merupakan kebiasaan, tanpa pernah berpikir (dan menghentikan) apakah yang dikerjakan memang hal-hal penting dan membawa manfaat.

Photo by Paul Skorupskas on Unsplash   
Photo by Paul Skorupskas on Unsplash   

Jangan Melakukan Banyak Hal di Waktu Bersamaan

Kebiasaan melakukan banyak hal di waktu bersamaan atau multi-tasking memang sulit dihentikan.

Namun kadang-kadang dengan multitasking kita tidak bisa fokus pada satu tugas demi satu, yang akan menurunkan kualitas dari apa yang kita lakukan.

Ini akan berpengaruh secara jangka panjang dan fokus akan terbelah.

Hal ini dapat dihindari dengan menyelesaikan tugas-tugas satu demi satu dengan upaya untuk fokus hanya pada tugas yang paling penting, tanpa terganggu oleh hal-hal yang tidak penting.

Dengan melatih hal ini maka kualitas pekerjaan dan hidup akan mulai meningkat karena kita fokus pada tugas dan hal yang paling penting.

Kita Adalah Apa yang Kita Pikirkan

Photo by Miquel Parera on Unsplash   
Photo by Miquel Parera on Unsplash   

Premis dasar dari tulisan ini adalah pikiran kita menentukan siapa kita, dan akan menjadi siapa kita nantinya.

Oleh karena demikian, hanya ada beberapa keputusan penting dalam hidup yang benar-benar layak dipilih untuk dipikirkan. Dan itu akan menjadi pilihan yang layak pula.

Sebagai manusia bebas kita dapat memilih untuk mengendalikan pikiran kita atau membiarkan pikiran mengendalikan kita.

Ke mana pikiran kita membawa kita hari ini? Apakah hal yang kita pikirkan membantu kita menjadi orang yang lebih baik? Dan jika tidak, lalu mengapa kita ingin terus memikirkan hal itu?

Pikiran, tidak memiliki kekuatan, hanya ketika kita secara aktif menginvestasikan perhatian kita ke dalamnya, pikiran itu mulai tampak nyata.

Dan saat kita terlibat dengan pikiran tertentu, kita mulai merasakan emosi yang dipicu oleh pikiran ini—kita memasuki keadaan emosi baru yang kemudian memengaruhi cara kita bertindak.

Setiap pikiran yang kita fokuskan akan menimbulkan reaksi kimia di otak yang kemudian memicu emosi. Saat kita terlibat dengan emosi ini, maka akan menciptakan sinyal ke tubuh dan kita bereaksi dengan cara tertentu.

Semakin kita mengulangi pola ini, semakin meresap ke dalam pikiran kita dan menjadi kebiasaan. Inilah sebabnya kita sulit mengubah kebiasaan, terutama yang kebiasaan buruk.

Oleh sebab itu, ketika kita telah mengulangi pola pikir berkali-kali maka hal tersebut akan menjadi berakar pada siapa kita sebenarnya.

Kemudian akan membentuk pola pikir kita, memperkuat keyakinan kita, dan keyakinan kita mulai menentukan siapa kita dan realitas yang kita alami.

Sebagai penutup, jika kita mengembangkan keyakinan bahwa kita gagal, kita akan melihat setiap kesalahan yang kita buat sebagai bukti untuk menegaskan bahwa kita memang gagal.

Dan ketika kita berhasil dalam sesuatu, kita juga akan tetap menganggapnya sebagai keberuntungan. Dan begitulah cara pikiran kita menciptakan realitas.

Saat kita terus menganggap diri gagal, kita terus merasa dan bertindak dengan cara yang menegaskan kembali keyakinan bahwa kita gagal.

Lantas apa yang terjadi selanjutnya? kita diam dan jatuh ke dalam perangkap mengasihani diri sendiri.

Salam hangat saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun