Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Belajar Cara Mencari Ide Inovasi Produk Baru

31 Agustus 2021   18:04 Diperbarui: 31 Agustus 2021   19:51 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi produk | Foto oleh Pavel Danilyuk dari Pexels 

Kamu pernah makan produk dari McDonald? Salah satu waralaba terbesar di dunia, saya sangat menyukai cheeseburger-nya.

Saya pikir nyaris seluruh orang di Indonesia dan bahkan di luar Indonesia pasti pernah membeli atau setidaknya melihat logo McDonald yang sangat khas itu.

Di Indonesia sendiri McDonald menjual bukan hanya cheeseburger tapi juga ayam goreng, kentang goreng, minuman soda, es krim, sampai nasi uduk.

Beberapa waktu lalu bahkan waralaba ini sempat membuat heboh satu Nusantara karena promo produk baru mereka yaitu BTS Meal.

Produk baru ini sempat membuat antrian panjang di gerai-gerai McDonald.


Saya pribadi sempat bertanya tanya apa alasan setiap kali McDonald mengeluarkan produk maka antusiasme begitu kuat.

Salah satu alasan yang bisa saya pikirkan adalah karena McDonald selalu mempunyai inovasi dalam hal produk dan cara mengemas produk tersebut.

Dalam hal cara mengemas produk, McDonald termasuk sangat menarik dan mampu memengaruhi persepsi orang yang akan membeli produk tersebut.

Namun demikian saya melihat cara mengemas benar merupakan salah satu cara, tapi yang terpenting adalah inovasi produk itu sendiri.

Dengan inovasi produk yang tepat sasaran maka suatu produk akan mampu menjadi pilihan dan bahkan go international.

Dari premis tersebut saya kembali berpikir bahwa di masa pandemi seperti saat ini selain perusahaan fokus kepada transformasi digital namun ada baiknya kembali melihat salah satu fondasi yaitu inovasi produk.

Alasan Hal Ini Penting

Setiap tahun, puluhan ribu portofolio produk baru diluncurkan bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh negara.

Pertanyaannya adalah berapa banyak produk-produk baru tersebut yang bertahan dari pasar yang semakin ultra-kompetitif?

Menurut Profesor Sekolah Bisnis Harvard, Clayton Christensen, 95% dari produk-produk baru itu gagal.

95% produk baru tersebut gagal.

Angka ini menunjukkan betapa sangat kompetitifnya pasar saat ini, dan sekaligus menunjukkan juga seberapa agresif suatu perusahaan.

Namun menjadi agresif bukanlah satu-satunya rahasia utama untuk suatu kesuksesan perusahaan.

Di sudut yang mulai kita lupakan, inovasi produk, sebaliknya, mungkin merupakan satu dimensi yang menentukan 5% kesuksesan suatu perusahaan.

Jika produk atau solusi perusahaan sudah inovatif, perusahaan akan memiliki peluang yang jauh lebih tinggi untuk bertahan dan berkembang.

Dalam artikel ini, saya akan mengeksplorasi definisi inovasi produk, bagaimana kita bisa melihat dan mengidentifikasi apakah itu inovasi yang sebenarnya, dan bagaimana kita bisa mengukurnya.

Pertama dan terpenting adalah inovasi produk harus mewakili cara baru untuk memecahkan masalah yang dimiliki oleh banyak konsumen.

Kalau suatu produk diluncurkan tapi tidak bisa memecahkan masalah yang dialami oleh konsumen maka kemungkinan produk tersebut hanyalah sekAdar produk.

Sebagai contoh, produk-produk layanan yang diluncurkan oleh Grab dan Gojek itu mampu memecahkan masalah mengenai transportasi yang murah dan bisa membelah kemacetan Jakarta (kala itu).

Produk nasi uduk McDonald diluncurkan untuk mengatasi masalah klasik orang Indonesia yang sudah terbiasa sarapan dengan menu nasi.

Menyelesaikan masalah konsumen | Foto oleh Polina Tankilevitch dari Pexels
Menyelesaikan masalah konsumen | Foto oleh Polina Tankilevitch dari Pexels

Jadi, bagaimana inovasi produk menguntungkan perusahaan? Inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen akan memungkinkan perusahaan untuk membedakan diri mereka di pasar.

Inovasi produk dibutuhkan sebagai pembuka pintu untuk meningkatkan ekuitas merek, tingkat adopsi teknologi yang lebih cepat, dan pastinya revenue yang lebih besar.

Nah, kemudian terjadi miskonsepsi dimana banyak orang yang salah persepsi mengenai pengembangan teknologi dengan pengembangan produk.

Walaupun dua hal ini memang terkait tapi definisi dari dua hal tersebut sangat berbeda.

Dalam pengembangan teknologi, perusahaan mengembangkan berbagai pendekatan untuk mengatasi masalah dan menghasilkan, mengevaluasi, dan mengulangi ide dengan cepat melalui pembuatan prototipe dan uji coba.

Sedangkan dalam pengembangan produk, satu solusi produk yang terbaik akan dikembangkan dan diimplementasikan seefisien mungkin untuk memberikan tambahan nilai bagi konsumen.

Kedua kegiatan tersebut sama pentingnya dalam rangka menyelaraskan tujuan utama perusahaan yaitu revenue streams sebesar-besarnya.

Apa Yang Harus Dilakukan Oleh Perusahaan?

Terkadang ketika perusahaan melakukan suatu inovasi produk, perusahaan hanya fokus mendengarkan ide-ide dari konsumen.

Betul, suara konsumen memang harus tetap didengarkan. Namun sebenarnya ada sumber-sumber ide lain yang bisa digali oleh perusahaan.

Saya pikir kita banyak melihat begitu seringnya suatu produk atau jasa layanan terpaksa harus ditutup atau dihentikan penjualannya karena kurangnya penerimaan konsumen.

Namun apakah pernah terpikirkan oleh kita sebenarnya kurangnya penerimaan konsumen tersebut adalah hasil akhir dari serangkaian proses “mendengarkan” yang kurang komprehensif.

Ada beberapa sumber ide lain untuk inovasi produk yang dapat ditelusuri oleh perusahaan dalam rangka proses mendengarkan yang solid.

1. Karyawan

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah kita, rekan kerja, bos, dan pastinya manajemen.

Kenapa saya mengatakan karyawan adalah salah satu sumber ide? Hal ini karena karyawan sering mendapatkan masukan dari luar, dan kemudian informasi diterjemahkan ke dalam sebuah ide.

Gagasan ini yang harusnya dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan.

Misalnya, seorang karyawan sedang mempelajari masalah dari konsumen. Apa yang dilakukan karyawan tersebut adalah melakukan penelitian dan berbicara dengan konsumen tentang situasi yang dihadapi.

Hasil diskusi kemudian disempurnakan oleh si karyawan dan kemudian ditindaklanjuti pertemuan dengan tim internal.

Jika tim setuju dengan ide yang diusulkan, idenya akan diikuti oleh proses pengembangan.

Dengan demikian, masukan ide dari konsumen tersebut ditelaah dan dianalisis terlebih dahulu untuk disesuaikan dengan kapasitas dan arah strategi perusahaan.

2. Analisis mengenai Kompetitor

Ini adalah sumber ide yang sangat efektif. Belajar dari pesaing perusahaan. Dengan benchmarking yang efektif maka perusahaan dapat belajar dari sektor dan industri lain.

Namun tentunya ini memerlukan biaya dan waktu yang tidak mudah.

Analisis kompetitif adalah strategi di mana perusahaan mengidentifikasi pesaing utama dan menganalisis produk, penjualan, dan strategi pemasaran mereka.

Dengan melakukan ini, perusahaan dapat menciptakan strategi inovasi produk yang solid yang bisa menyaingi pesaing di masa depan.

Seperti kata pepatah, nothing is new under the sun.

Inovasi produk itu tetap penting | Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels 
Inovasi produk itu tetap penting | Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels 

3. Analisis dari Publikasi Jurnal Ilmiah

Nah, ini yang sering diremehkan padahal sebenarnya publikasi ilmiah di suatu jurnal dapat menjadi sumber inovasi produk yang tidak terbatas.

Hal tersebut karena publikasi tersebut tentunya sudah melibatkan sejumlah sampel secara ilmiah dengan segmentasi yang sudah ditentukan.

Ini penting untuk memperkecil risiko kegagalan produk baru dalam pasar, perusahaan harus menciptakan sistem Research and Development yang scientific sehingga dapat memunculkan kreativitas dan ide-ide produk baru yang inovatif, efektif dan efisien.

Kesimpulan

Karena inovasi produk adalah proses yang kompleks, maka diperlukan serangkaian praktik dan proses lintas departemen di dalam perusahaan untuk menyusun, mengatur, dan mendorong ke titik maksimal.

Dalam proses tersebut selain kapasitas teknis organisasi juga masih memerlukan kapasitas kepemimpinan yang mumpuni.

Sebagai contoh, aspirasi berani Presiden John F. Kennedy, pada tahun 1962, untuk meluncurkan produk Apollo yang dapat “pergi ke bulan” menginspirasi sebuah bangsa ke tingkat inovasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hal tersebut menjadi bukti bahwa selain hal-hal teknis di atas, visi kepemimpinan tetap diperlukan menjadi katalis yang kuat untuk memberikan stimulasi seluruh aspek di internal perusahaan untuk melakukan inovasi.

Salam hangat saya

Andesna Nanda
Mahasiswa Program Doktor Universitas Brawijaya dan praktisi perencanaan strategis

Referensi

  1. Harvard Business Review/Product development
  2. Harvard Business Review/Turn Customer Input into Innovation
  3. Harvard Business Review/The New Rules for Bringing Innovations to Market

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun