Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Bulan Madu Kedua

1 Juli 2021   08:13 Diperbarui: 9 Juli 2021   09:05 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Trần Long dari Pexels

Suara pisau berdecit-decit memotong dan mengiris sayuran dan daging dengan lincah. Jari-jemari Maya menari-nari serentak dengan gerakan pisau yang ada di tangannya.

Apartemen Maya dan Adi terletak di tengah-tengah kota. Mereka membeli sebuah apartemen dan mengambil satu unit di griya tawangnya. Entah berapa harga satu unit apartemen griya tawang itu. Bagi Adi uang tidak masalah.

Jemarinya berhenti memotong dan mengiris, Maya memandang lurus ke arah kaca. Dari posisinya, dia bisa melihat keindahan malam kotanya. Pemandangan langit waktu itu sedang merah bercampur dengan semburat biru. 

Maya menyukai pemandangan ini. Ada perasaan teduh di hatinya ketika dia melihat warna langit pada malam itu. Malam ini akan dia nikmati bersama suaminya. Begitu ujarnya dalam hati.

Suara ketel air berdesis nyaring menyadarkan Maya itu untuk berhenti memandang langit. Maya membalikkan badan menuju ke arah ketel dan mengangkat ketel air dan menaruhnya sudut meja masak.

Maya lalu menuangkan air panas mendidih itu ke cangkir dan menaruh sekantung teh ke dalamnya. Dia menambahkan satu sendok gula dan mengaduk-aduk perlahan.

Tangannya berhenti mengaduk-aduk gelas teh-nya ketika dia mendengar nada dering dari telepon genggamnya.

"Hai sayang..,"  suara yang renyah dan dia rindukan terdengar.

"Hai sayang, kamu sudah dalam perjalanan ke rumah?"

"Sayang, aku minta maaf, aku masih harus membereskan setumpuk pekerjaan di kantor." Pria tersebut menjelaskan.

"Aku akan sedikit terlambat"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun