Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita Batak dalam Perayaan Paskah Ina dan Kartini

22 April 2022   22:53 Diperbarui: 22 April 2022   22:57 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Las roham nuaeng o angka ina dibahen Debata. Ai dohot ho didodo paralat hata i

Na jolo ho tarpodom ala sopar si dohot, Nuaeng ma ho tarsunggul, tongtong ma ho dungo 

Godang do na mangambat mula na i, songon i do nang nuaeng si bolis i

Mandok tu angka ina dang tau ho, Lao marbarita nauli, ninna sibolis i

Ndang mar pansohotan tahi ni sibolis na naeng manegai ulaon mi,....(Lirik : Las roham angka Ina)

Perayaan Paskah dan Hari Kartini yang berdekatan dalam satu minggu ini menjadi momentum baik untuk melaksanakannya secara bersamaan bagi kaum Ina / Ibu Gerejawi, seperti yang diadakan oleh Kumpulan Kaum Ina se Ressort HKBP Pekanbaru di Tahun Kesehatian ini, yang dilaksanakan pada 21 April kemarin di salah satu gereja pagarannya yaitu di HKBP Jalan Segar. HKBP Pekanbaru ini mempunyai delapan gereja yang tergabung di dalamnya. Saya turut dalam rombongan Ina (dalam Bahasa Indonesia, Ibu) dari Gereja kami yaitu HKBP Pebatuan. Selama dua tahun belakangan, perayaan ini tidak dapat dilaksanakan akibat pandemi CoVID 19, sehingga kemarin dalam perayaannya kembali terlihat antusiasnya. Dimulai dengan Ibadah, Mandok Hata (Pidato dari beberapa Panitia dan Kepengurusan Ina resort), beberapa perlombaan menarik dan makan bersama.

Ini adalah perdana saya terlibat dalam perayaan Ina se Ressort ini. Saya bersyukur bisa menjadi bagian di dalamnya. Khotbah yang disampaikan oleh Pendeta, perihal peran wanita yang identik dengan Macak, Masak dan Nanak mengingatkan saya tentang sebuah artikel yang pernah saya baca; 'bahwa sekarang bukanlah abad ke 19 dimana Kaisar Wilhelm II mendefinisikan peran perempuan sebagai Kirche, Kuche dan Kinder (artinya : Gereja, Dapur dan Anak-anak). Stereotip terbatas semacam ini memang menjadi kurang relevan lagi pada masa kini.

Sebagaimana Kartini yang telah memperjuangkan emansipasi wanita di masanya untuk dapat bersekolah atau menerima pendidikan setara dengan kaum pria. Alkitab pun mencatatkan tokoh-tokoh wanita hebat di masanya, misalnya di Perjanjian Lama, ada Debora sebagai seorang nabiah dan hakim perempuan Israel, Ester yang menjadi ratu sehingga berkat posisinya ini, bangsa Israel dapat terhindar dari pembantaian massal yang direncanakan Haman (Kitab Ester), selanjutnya ada Rut sebagai seorang perempuan yang setia dan takut akan Tuhan. Setelah suaminya meninggal, dia tetap memilih mengikuti ibu mertuanya ke asalnya. Di Perjanjian Baru, dalam Kitab Injil ada Maria Ibu Yesus yang taat pada Allah untuk mengandung Yesus, Sang Juru Selamat. Jadi, jika di Perjanjian Lama yang ditaksir terjadi Sebelum Masehi saja, sudah ada beberapa tokoh wanita hebat, kenapa kita kaum perempuan di masa ini masih terpatri dengan Macak, Masak dan Nanak.

Macak (Berdandan/Merias Diri)

Wajar saja jika semua perempuan ingin tampil cantik, mempesona dan awet muda. Saya pun begitu, bahkan ketika suami saya sedikit protes dengan banyaknya peralatan make up, skincare yang saya beli dan berbelanja baju, saya menimpalinya dengan: 'sabarlah, daripada papa bakar duit beli rokok'. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun