Mohon tunggu...
Nanang E S
Nanang E S Mohon Tunggu... Guru - Orang yang tidak pernah puas untuk belajar

Penggiat literasi yang mempunyai mimpi besar untuk menemukan makna dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SLG Datangkan Sejoli dari Madura

8 November 2016   12:39 Diperbarui: 8 November 2016   12:44 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Ponorogo (O6/11/16). Sastrawan Madura Syaf Anton Wr, berkolaborasi dengan Istrinya dalam memberikan materi di Sekolah Literasi Gratis (SLG) di Graha Saraswati STKIP PGRI Ponorogo kemarin (22/16). Syaf Anton yang baru saja mendapat penghargaan besar dari Badan Balai Bahasa Jatim, juga Gubernur Jawa Timur atas dedikasinya mengembangkan dunia sastra.

Dalam pertemuannya di SLG Angkatan ke tiga di pertemuan pertama tersebut, Syaf Anton berbicara mengenai banyak hal. Pengalaman pergulatannya dengan sastra, gerakan-gerakan sosialnya untuk perkembangan sastra, juga mengenai cara-cara menulis, sekaligus permasalahan-permasalah menjadi penulis awal.

Syaf Anton sangat mengapresasi SLG, karena salah satu gerakan yang memiliki tujuan yang baik. Apalagi bisa menggandeng puluhan para penulis, sastrawan, penyair nasional.

“Saya sangat senang sekali bisa hadir di sini, tepatnya diundang di tempat ini. Karena ini bagian dari kegiatan saya untuk berbagi pengalaman juga membagikan ilmu-ilmu yang mungkin masih sedikit saya dapat kepada teman-teman semuannya” Tutur Syaf Anton mengali.

Acara yang dihadiri kurang lebih 120 peserta dari berbagai kalangan berlangsung tersebut berlangsung sangat meriah. Ada salah satu peserta yang berusia 65 tahun, ikut berpatisipasi dalam gelaran rutin tiap minggu tersebut. Hal tersebut dapat memberikan nilai tersendiri. Karena dapat memotivasi para pelajar-pelajar muda untuk tetap semangat mencari ilmu.

Dalam penyampaiannya penulis buku puisi Langit Suasa Langit Pujanggamewanti-wanti atau memberi penguatan kepada para hadirin.

“Ketika kita menulis, dan masih menulis dua, tiga, atau hanya empat yang dimuat di media kemudian kita mandeg. Kemudian kita menamakan sebagai penyair, penulis, ataupun sastrawa. Jangan sampai hal itu terjadi. Itu membuktikan kemunduran kita”

Penulis, penyair, juga esais berambut gonrong tersebut, sangat mewanti-wanti pesan itu kepada para peserta. Karena hal itu hanya akan merusak mental mereka saja. Karena bagaimanapun nama itu akan muncul sendiri dari orang lain ketika ia sudah menilai tulisan yang kita buat. Hal itu muncul dari pengalamannya sebagai penyair sekaligus Forum Bias sejak tahun 80-an dan telah banyak melahirkan sastrawan-sastrawan besar.

Selain itu istri Syaf Anton juga membagi pengalamannya di hadapan peserta literasi sebagai penyair perempuan. Ia telah lama menggeluti profesinnya disamping  menjadi seorang guru Sekolah Dasar di Madura.

“Perempuan sangat penting untuk bisa menulis, karena dengan menulis dapat menuangkan segala permasalahan yang ada. Mungkin masalah memasak, masalah anak, masalah rumah. Bagi seorang peremuan khususya ibu rumah tangga, ide-ide itu sangat banyak bermunculan” Tururnya.  Pengalaman menulisan, telah mengantarkan sepasang penyair tersebut untuk memahami satu sama lain dengan tulisan-tulisan yang indah.

Di akhir, para peserta banyak mengambil pesan-pesan inspiratif dari sejoli penyair itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun