Mohon tunggu...
Nanang Bin Widji
Nanang Bin Widji Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah punya Gelar MA (Mahasiswa Abadi) selama 11 Tahun

Saya adalah Produsen Mukena yang menyukai hal - hal tentang Pendidikan, Agama dan Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengukur Daya Beli Masyarakat di Tengah Kenaikan Harga BBM, Studi Kasus Tukang Bangunan

19 September 2022   09:58 Diperbarui: 19 September 2022   10:17 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya tinggal di pedesaan di kota kecil wilayah propinsi Jawa timur. Sebagian besar matapencaharian penduduk di sekitar rumah saya adalah petani dan pekerja di sektor informal. Salah satunya adalah tukang bangunan.

Hampir 80 persen pria usia produktif di lingkungan saya bekerja di sektor ini. Ada yang menjadi tukang bangunan dan juga menjadi kuli. Mereka biasanya mengerjakan bangunan rumah pribadi warga sekitar atau siapa pun yang ingin memakai jasa mereka. Jika dari bangunan pribadi tidak ada pekerjaan maka mereka baru beralih ikut ke proyek baik itu proyek pemerintah maupun proyek pengembang perumahan.

Jika disuruh memilih mereka tentu lebih suka mengerjakan rumah pribadi dari pada ikut proyek. Hal ini karena pertimbangan jarak tempuh dan juga upah yang lebih baik jika mengerjakan bangunan pribadi.

Saat ini upah mereka jika bekerja di bangunan pribadi ada di kisaran 90 ribu sampai dengan 100 ribu per hari. Kerja mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore, istirahat 1 jam, antara jam 12 siang sa.pai jam 1 siang.

Itu adalah sekilas dari pekerjaan dan upah yang mereka terima, untuk mempermudah hitungan kita ambil batas atas dari upah mereka yaitu 100 Ribu rupiah per hari.

Maka selanjutnya mari kita hitung berapa uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Kita ambil contoh keluarga yang berjumlah 4 orang, istri sebagai ibu rumah tangga dan 2 anak yang 1 di usia sekolah dasar dan yang 1 di usia sekolah menengah. 

untuk kebutuhaan sehari hari seperti kebanyakan orang di lingkungan saya untuk makan selama satu hari biasanya membutuhkan beras 1,5 kg dengan harga sekarang 15 ribu, untuk lauk pauk 30 ribu, untuk uang saku anak 20 ribu, untuk beli bbm 20 ribu, (bapak 1 liter buat kerja dan ibu 1 liter untuk antar anak sekolah serta mobilitas yang lain), ditambah lagi rokok 8 ribu, karena kebanyakan tukang bangunan adalah perokok aktif. 

Total pengeluaran sudah 93 ribu rupiah, sedangkan upah mereka 100 ribu rupiah per hari.

tentu mereka berharap dengan adanya kenaikan BBM upah juga bisa ikut naik, namun itu tidak akan dapat segera terealisasi karena pembentukan nilai upah ini terjadi secara alami dan dibentuk oleh masyarakat pengguna jasa mereka. dan dengan kondisi seperti sekarang ini bagi pengguna jasa tentu menaikkan upah merupakan hal yang berat mengingat bahan bangunan juga ikut naik harganya seiring dengan kenaikan harga BBM. 

Suatu kenyataan yang sulit dimana harga - harga kebutuhan naik namun upah tidak naik.

semoga kita semua selalu diberikan kesabaran dan kecukupkan dalam segala hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun