Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Dari "The Sky is Falling", Saya Belajar untuk Tidak Terlalu Menyensor Bacaan Anak

20 Mei 2021   23:16 Diperbarui: 23 Mei 2021   16:00 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membaca buku dengan anak. (sumber: shutterstock via kompas.com)

The Sky is Falling memang bukanlah buku anak-anak, tapi saya membacanya waktu duduk di kelas VI SD. Bisa dibilang bacaan saya dewasa sebelum waktunya. 

Ibu saya memperbolehkan membacanya karena saya terpergok membaca novel Malaikat Keadilan yang juga ditulis oleh Sidney Sheldon secara diam-diam. 

Buku anak-anak yang dibelikan oleh Ibu, hampir-hampir tidak pernah saya sentuh, sementara novel Sidney Sheldon membuat saya begitu manteng membacanya.

Untuk menggali minat membaca saya, akhirnya ibu mengizinkannya, dengan syarat novel-novel yang saya baca harus sudah dibaca oleh ibu terlebih dahulu. Dan selesai saya membacanya, saya mesti menceritakan ulang pada ibu. 

Kalau ada yang tidak dimengerti, harus ditanyakan pada ibu. Saya terima syaratnya asalkan bisa membaca novelnya, karena menurut saya, novel karya Sidney Sheldon lebih seru dibaca ketimbang buku anak-anak yang sudah dibelikan. 

Novel The Sky is Falling mengisahkan tentang intrik politik dan dunia jurnalistik. Saya sangat terpukau dengan Dana Evans, tokoh utama dalam novel ini. Cantik, cerdas, gigih dalam mendapatkan karier yang diinginkannya, dan seorang reporter yang mampu memikat pembaca melalui liputan berita dan artikel yang ditulisnya. 

Saat itu saya ingin sekali menjadi Dana Evans dalam dunia nyata. Meliput berita peperangan, sekaligus menulis berita yang bisa menggugah pikiran dan perasaan pembaca dalam bidang kemanusiaan. 

Dunia Dalam Berita yang merupakan program berita di TVRI yang tayang pada pukul 19.00 WIB dan 21.00 WIB, menjadi tontonan yang tadinya hanya sekedar kewajiban. 

Yap, saya dan adik harus menonton berita sedari kecil. Mengerti ataupun tidak mengerti bahasa yang disampaikan oleh pembawa acara berita, kami tetap harus menyimaknya. 

Semenjak membaca novel tersebut, seluruh berita saya simak, nama negara dan kepala negara yang diliput oleh Dunia Dalam Berita, semuanya bisa saya hafalkan. 

Ketika Dunia Dalam Berita sudah tidak lagi menjadi tayangan wajib, saya pun jadi rajin membaca koran Suara Pembaruan dan Kompas. Program TV seperti Seputar Indonesia dan Liputan 6 juga seringkali saya tonton, hingga ingat semua nama pembawa acara beritanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun