Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Membeli Smartphone yang Sedang Tren? Tidak Masalah, Asal...

19 Oktober 2020   12:11 Diperbarui: 9 Mei 2021   14:28 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ponsel Android dan iPhone| Sumber: Kompas Tekno

Android versus iPhone memang selalu tidak habis diperbincangkan, apalagi masing-masing sudah ada pengagumnya sendiri. Saya bisa dibilang tipe amfibi, pecinta Android (untuk salah satu merk) sekaligus pecinta iPhone.

Saya sempat menjadi konsumen setia salah satu merk Android, yakni Sony. Wah, walaupun merknya tidak terlalu banyak dipakai oleh masyarakat, tapi kualitas dan fungsinya sangat menjawab kebutuhan saya saat itu. 

Seperti kualitas suara musiknya, kemudian foto yang dihasilkan, kekuatan signalnya, dan yang paling utama tidak terlalu mencolok ketika berada ditempat keramaian, maklum saya sering bolak balik tempat yang agak rawan pencopetan.

Setelah smartphone merk Sony tidak lagi produksi, akhirnya saya pun bingung harus membeli smartphone yang mana. Rekomendasi smartphone pun terbelah menjadi dua, kedua sahabat saya pengguna iPhone dan mereka mengatakan iPhone tersebut bukan sekadar untuk gengsi, tapi iPhone sangat user friendly dan menjawab kebutuhan pekerjaan mereka. 

Sedangkan, adik dan beberapa teman lainnya mengatakan Android lah yang terbaik, seperti Samsung, Oppo, dan Xiaomi, karena harganya tidak terlalu tinggi dan spesifikasinya pun sangat bisa menjawab kebutuhan pekerjaan.

Karena saya sudah pernah melihat kualitas Samsung dan rasanya kurang cocok dengan saya, seperti kualitas suara musik yang kurang jernih, foto yang dihasilkan juga agak berbeda dengan produk secara nyata, dan penangkapan signal agak susah (menurut saya), maka saya pun mencoba membeli iPhone yang seriannya lumayan tua saat itu, sehingga harganya tidak terlalu mahal.

Ilustrasi Android versus Iphone | Foto Jeda.id
Ilustrasi Android versus Iphone | Foto Jeda.id

Awalnya saya menyesal sekali memakai iPhone, karena saya harus memasukkan data kartu kredit, kemudian beberapa aplikasi yang mau diunduh harus membayar. 

Belum lagi kualitas suara musiknya yang menurut saya, yaahh, masih kurang lah dibandingkan Sony. Tapi saya tetap memakainya, lantaran foto yang dihasilkan iPhone sangat bagus, dan pembeli saya pun sepertinya puas ketika membeli produk hanya dengan melihat foto saja, karena warnanya hampir sesuai dengan produk konkretnya.

Suatu hari saya memulai online shop sendiri, saya pun membeli Xiaomi untuk kepentingan jualan. Karena saya agak pusing kalau dua pekerjaan dijadikan dalam satu smartphone. Tapi ternyata saya pun kurang cocok dengan merk tersebut, kameranya kurang jernih, suara musik yang dihasilkan juga kurang bagus, dan agak rewel karena kabel charge, colokan, dan power bank-nya hanya bisa connect dengan produk Xiaomi saja. 

Mungkin karena ekspetasi saya kalau pakai Android, biasanya lebih mudah, colok dengan kabel dan colokan merk apa saja biasanya bisa langsung connect. Suatu hari kebetulan pasangan saya mau membeli smartphone baru, jadilah Xiaomi saya berikan padanya, saya pun meminta ia membeli Oppo saja untuk kepentingan online shop.

Saya memilih Oppo karena melihat kualitasnya dari Ibu saya. Hasil fotonya lumayan bagus, dan pemakaiannya pun lumayan mudah, serta yang pasti tidak banyak mengeluarkan kocek. Hehe.

Lama memakai Oppo dan iPhone secara bersamaan, saya baru memahami masing-masing jenis smartphone memiliki kelebihan dan kekurangannya. Tapi yang benar-benar menjawab kebutuhan saya untuk kehidupan sehari-hari dan pekerjaan, adalah iPhone. Walaupun aplikasinya banyak yang berbayar, tapi hasil yang diberikan dan kualitasnya sangat sesuai dengan ekspetasi. 

Namun karena harganya yang mahal, saya hampir-hampir tidak pernah menggunakan iPhone untuk bermain game karena cepat panas. Pasti menangis rasanya kalau rusak karena sering-sering kepanasan. Jadi saya memakainya murni untuk urusan pekerjaan saja. 

Saya mengikuti saran dari motivator dan konsultan finansial Indonesia, Tung Deng Sem, bahwa tidak mengapa kita membeli suatu produk dengan harga mahal dan membelinya secara kredit, asalkan produk yang kita beli tersebut akan bisa menghasilkan lagi untuk kita. Jadi iPhone pun saya anggap sebagai investasi yang dapat meningkatkan produktivitas saya sehari-hari.

Sedangkan Oppo pada akhirnya hanya saya gunakan untuk bermain game dan mendengarkan musik, karena saya lebih nyaman menggunakan segala sesuatunya dengan iPhone. Ber-selfie ria pun saya lebih banyak menggunakan Oppo, karena hasil fotonya lebih cantik. HEHE.

Berbeda dengan adik dan pasangan saya, mereka lebih suka Android, karena hampir seluruh kebutuhan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari mereka sudah terjawab dengan semua perangkat software dan aplikasi yang diberikan Android. Mereka menganggap iPhone terlalu mahal untuk spesifikasi yang ditawarkan.

Jadi ketika kita membeli smartphone tidak apa mengikuti tren ataupun menyukai merk tertentu, tapi pilihlah dengan teknologi yang menjawab kebutuhan kita. Karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, diluar dari kebutuhan untuk terlihat bergengsi. 

Menurut pengalaman saya, walau kita membeli suatu produk untuk gengsi semata, tapi ujung-ujungnya kita akan memilih produk yang nyaman digunakan dan bisa menjawab seluruh kebutuhan hidup kita.

Prinsip hidup minimalis yang selalu saya pegang adalah jadikanlah barang sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, bukan untuk menaikkan gengsi ataupun kepercayaan diri kita. Karena kalau kepercayaan diri dan gengsi kita mengandalkan suatu produk, pada akhirnya kita hanya akan menjadi "budak" suatu barang mati.

(Maaf menyebut merk, tulisan ini hanya bermaksud untuk berbagi pengalaman saja tentang penggunaan masing-masing merk smartphone)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun