Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ribut Soal Pancasila, Memang Kita Pernah Mengamalkan Pancasila?

4 Juli 2020   14:40 Diperbarui: 4 Juli 2020   14:37 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila | Foto Radio Idola Semarang

Main hakim sendiri, membedakan orang kaya dan miskin, membedakan orang berdasarkan SARA, belum lagi aksi pembunuhan dan kekerasan masihlah banyak terjadi. 

Penghakiman didunia maya pun masih banyak terjadi, misal "Duh, jelek banget tuh muka!", "Dasar pelakor", "Ah, cantikan A daripada B, mendingan balikan sama A saja, Pak". Padahal kalimat seperti itu bisa dibilang menyakitkan hati, apakah itu sudah menunjukkan kemanusiaan?

Lantas sudahkah kita melaksanakan kemanusiaan yang adil dan beradab?

Persatuan Indonesia

Ada hal lucu sebenarnya yang pernah saya baca di sosial media.

Ketika sedang tren masalah perlakuan polisi yang rasis terhadap orang kulit hitam hingga berujung pada kematian. Sontak, hal tersebut menjadi sorotan media berita didunia, Indonesia termasuk didalamnya.

Ada seorang warganet yang menegur seorang selebgram karena tidak menggunakan ketenarannya untuk membahas rasisme kulit putih dengan kulit hitam. Dan komentarnya mendapat tanggapan dari warganet lainnya.

Saya pribadi merasa lucu, karena untuk apa ngurusin negara lain, kalau negara sendiri masih ada rasisme. Contoh mohon maaf sebelumnya,  "Jangan nikah sama orang Betawi, males-males.", "Batak tuh gak bisa nikah sama Jawa, pasti ribut!", "Jangan banyak temenan sama orang Cina, haram!". 

Doktrin-doktrin di negeri sendiri lah yang mestinya menjadi sorotan bagi kita, karena doktrin tersebut bisa menjadi kesenjangan yang berujung pada perpecahan bangsa. Ketika negeri kita sudah benar bersatu dan terlepas dari doktrin yang mengkotak-kotakkan orang, barulah kita mengurusi rasismenya negara luar.

Nah, doktrin seperti ini apakah sudah melambangkan Persatuan Indonesia? Saya sih merasa belum.

Tidak itu saja, perbedaan pandangan politik saja sekarang bisa menjadi pemicu kerusuhan di negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun