Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pentingnya Kolaborasi antara Work Hard dan Work Smart dalam Dunia Kerja

19 Juni 2019   13:30 Diperbarui: 26 Juni 2019   17:55 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan.(ist)

2

Work Hard selalu menjadi pedoman bagi kita yang bekerja, dengan anggapan akan meraih masa depan yang gemilang.

Ada yang bekerja dari pagi sampai tengah malam, bahkan ada yang bersedia mendapatkan jam lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan begitu, kita agak berharap kinerja kita bisa dilihat oleh atasan dan dihargai karena kita mencurahkan semua waktu dan tenaga untuk bekerja.

Tapi apakah kita bekerja dengan cara seperti itu benar berguna bagi kita? Atau hanya membuat kita menjadi lelah, cepat hilang konsentrasi dan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri dan keluarga?

Kita bisa jadi hanya menyia-nyiakan banyak waktu dan tenaga untuk bekerja, tapi rasa-rasanya tidak menghasilkan apapun. Atasan pun bisa jadi malah memberikan lebih banyak pekerjaan sebagai penghargaan atas kerja keras kita.

Ketika saya bekerja sebagai guru Kindergarten, saya benar-benar berusaha bekerja keras agar mendapatkan predikat hard worker oleh atasan. Di saat orang lain istirahat, saya bekerja. Di saat orang lain akan pulang, saya pun masih bekerja. Tapi saya bingung juga, saya sebenarnya mengerjakan apa, karena rasanya tidak selesai-selesai.

Saat hari evaluasi guru, saya pikir saya akan mendapatkan pujian dari atasan. Ternyata oh ternyata, bukan pujian yang saya dapatkan, melainkan teguran keras. Karena saya terlalu menghabiskan waktu untuk bekerja, tapi tidak memperhatikan kesehatan dan stamina saya. 

Sebagai guru Kindergarten, tentu kesehatan dan stamina yang prima dibutuhkan untuk mengimbangi kelincahan murid-murid yang sedang dalam masa aktif dan lincah, serta banyak bertanya.

Saya diminta untuk work smart, jangan hanya work hard.

Saya bingung dengan apa yang beliau katakan. Namun saya tidak meminta penjelasan lebih, karena saya merasa kecewa hasil kinerja saya tidak dihargai sama sekali.

Malam harinya, saya penasaran dengan maksud omongan atasan saya itu apa. Akhirnya saya searching pengertian work smart dan cara-caranya. Banyak artikel yang memuat tentang work smart, dan ada juga artikel yang membahas tentang perbedaan work smart dan work hard.

Dilansir dari IDN Times, dengan kita work smart, maka kita bisa mengatur waktu lebih baik dan lebih teratur. Kita bisa memilah terlebih dahulu pekerjaan mana yang diprioritaskan, kemudian baru melakukan pekerjaan selanjutnya yang bisa dikerjakan untuk jangka waktu berikutnya. Dengan begitu kita juga juga bisa menyimpan energi untuk kegiatan lain diluar dari pekerjaan, kita bisa berolahraga, pergi berlibur, jalan dengan teman-teman atau makan malam dengan keluarga.

Dalam work smart, saat kita memiliki pekerjaan yang berjibun, kita harus membuat sistem dan strategi terlebih dahulu, agar kita bisa mengerjakan dan menyelesaikan tugas tanpa harus menguras banyak tenaga dan pikiran. Karena terbiasa dengan sistem bekerja yang terorganisir dan memiliki daftar prioritas, maka kita akan dengan mudah melihat tujuan yang ingin kita capai, sehingga menjadi lebih fokus untuk meraihnya.

Selain itu, ketika kita menjadi smart worker, kita tidak mengandalkan diri sendiri saja, tapi akan melibatkan orang lain yang tentu memiliki kinerja dan daya kreativitas yang bagus, yang dapat mendukung hasil kerja kita menjadi baik, bahkan sangat baik.

Menurut Forbes.com, dengan work smart, kita akan menemukan kekuatan kita dan bisa membangun relasi disekitar kita untuk meraih tujuan kita lebih cepat dan efisien.

Dengan banyak kelebihan work smart ini, saya pikir akan lebih baik kalau itu diaplikasikan dalam pekerjaan saya, sehingga saya memiliki waktu untuk bersantai dengan pasangan, diri saya sendiri, teman dan keluarga lebih banyak.

Namun seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa work smart ini harus dikombinasikan dengan work hard. Work smart membantu saya mencapai tujuan lebih cepat, dan work hard membantu saya agar memiliki dedikasi dalam pekerjaan saya. 

Kreatif, tetapi tidak berdedikasi tentu tidak bisa mencapai hasil kerja yang maksimal. Karena dengan mengkombinasikan work smart dan work hard, kita akan terus mengasah kemampuan dan kinerja kita menjadi jauh lebih terampil dengan cara yang lebih efektif dan efisien, serta kreatif. Sehingga hasil kita akan jauh lebih dihargai oleh atasan dan rekan kerja kita.

Contoh konkretnya adalah Steve Jobs.

Kita bisa lihat bagaimana beberapa tahun ini produk Apple menguasai dunia teknologi, produknya digemari oleh masyarakat dunia, bahkan sampai sudah memiliki penggemarnya sendiri.

Apakah Steve Jobs bekerja sendiri saat membuat produk Apple? Tidak. Ia merekrut teman-temannya yang benar ahli di bidang masing-masing untuk menyempurnakan ide-idenya.

Menurut timnya, ia bekerja seperti besok akan kiamat, harus cepat dan tidak mengenal waktu istirahat. Ia ingin produknya itu benar-benar sempurna dalam tempo yang cepat. Tim produksinya sampai dibuat kewalahan dan kesal karena prinsip kerjanya itu.

Tapi hasilnya kita bisa lihat sendiri, dengan Steve Jobs menggabungkan work smart dan work hard, produk Apple sekarang di mata dunia dipandang seperti apa. Bahkan tidak segan, ada saja orang yang rela hutang sana sini, yang penting memiliki Iphone ataupun MacBook, atau produk Apple lainnya, karena gengsi, kualitas dan kegunaannya.

Itulah hasil kombinasi work smart dan work hard. Kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.

Apabila kita berpikir "Ah, percumalah kerja cape-cape, gajinya segitu-gitu aja". Maka coba praktekkan dulu kombinasi dari cara kerja work smart dan work hard, siapa tahu itu bisa mengesankan atasan kita, dan bisa meningkatkan omset perusahaan, sehingga hasil kerja kita benar dihargai dan ada peningkatan gaji ataupun jabatan.

Apabila tetap tidak dihargai, padahal hasilnya sudah bagus dan membuat omset perusahaan meningkat, jangan turunkan kualitas kita, lebih baik cari pekerjaan lain atau membangun usaha sendiri yang akan lebih menghargai kualitas kerja kita.

Perusahaan lain tentu akan berani membayar kita lebih baik dan sesuai kemampuan kita bila kita memang memiliki kualitas kinerja yang baik. Jadi kenaikan pendapatan kita tidak stuck ataupun hanya naik sekitar Rp 100.000,00 atau Rp 200.000,00 saja.

 Ada banyak cara untuk menjadi smart worker, beberapa diantaranya adalah mengatur waktu dalam mengerjakan pekerjaan kita. Buatlah list terlebih dahulu pekerjaan mana yang menjadi prioritas atau dibutuhkan segera dan pekerjaan mana yang bisa dikerjakan untuk waktu berikutnya

Tentukan tujuan tugas dan strategi pengerjannya terlebih dahulu, sebelum mengerjakannya, bisa itu berupa deadline, format hasil akhir pekerjaan seperti apa, berapa anggaran yang mau dikeluarkan ataupun sumber daya yang tersedia untuk membawa kita mencapai tujuan itu apa saja, bisa berupa orang ataupun informasi.

Jangka waktu ataupun durasi dalam mengerjakan tugas juga membantu kita untuk bekerja lebih efisien dan efektif, sehingga waktu kita tidak habis untuk bekerja saja, tetapi bisa dibagi untuk diri sendiri, keluarga, ataupun berlibur.

Semua pekerjaan kita, jangan lupa dicatat dengan rinci, agar menjadi reminder kita, agar tidak kebablasan ataupun menjadikan pekerjaan kita tidak efektif dan efisien yang mengakibatkan keluar jalur dari tujuan kita.

Walaupun sudah memiliki kualitas diri sebagai smart worker, tapi tetaplah juga menjadi hard worker, agar kita bisa terus mengasah dan melatih kemampuan dan ketrampilan, yang nantinya akan berguna bagi diri kita sendiri. Ketika kemampuan dan ketrampilan kita terus diasah, kita bisa saja menjadi seorang yang expert. Tentu anda sudah tahu banyak keuntungan ketika seseorang sudah mencapai tahap expert. Nantinya bukan lagi kita yang mencari pekerjaan ataupun pengakuan, tapi klien yang mencari diri kita.

Jadi, mari kita bekerja dengan mengkombinasikan work smart dan work hard untuk mencapai kesuksesan karier kita.

Salam Sukses

Referensi

  • IDN Times (2016, 01 September). Ini Lho Perbedaaan Work Hard dan Work Smart yang Harus Kamu Ketahui. Diakses tanggal 19 Juni 2019 dari IDNTimes.com
  • Dresdale, Rachel (2016, 28 Desember). 6 Tips On Working Smarter, Not Harder This Year. Diakses tanggal 19 Juni 2019 dari Forbes.com
  • Murph (2018, 19 Maret. Hard Work vs Smart Work -- A Debate. Diakses tanggal 19 Juni 2019 dari Teacherhabits.com
  • Nubika, Ibrahim. 2018. Negosiasi Bisnis Ala Steve Jobs. Yogyakarta : Biography

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun