Mohon tunggu...
Namira Aminatuzahra
Namira Aminatuzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030040)

Beginner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kupas Sejarah Serabi Kalibeluk, Kudapan Khas Batang

2 Maret 2021   17:54 Diperbarui: 2 Maret 2021   18:29 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Repost from @discover.pekalongan

Serabi Kalibeluk, Apa yang Bikin Unik?

Ketika mendengar kata kue serabi, hal yang terlintas pertama kali adalah olahan jajanan tradisional yang berasal dari Kota Solo atau Kota Bandung. Namun, di wilayah Kabupaten Batang, tepatnya di Desa Kalibeluk, Kecamatan Warungasem terdapat salah satu olahan kue serabi yang khas dan sedikit berbeda dengan olahan kue serabi yang sering kita jumpai. Oleh karena itu, pada artikel kali ini penulis ingin mengajak pembaca untuk menelisik lebih jauh olahan kue serabi yang dibuat secara turun-temurun ini.

Kue serabi adalah olahan kudapan yang menggunakan tepung beras sebagai bahan utamanya. Di berbagai daerah adonan kue basah bercita rasa gurih atau manis ini sering kali menggunakan campuran santan kelapa sebagai pelarut serta pelembut adonannya, tetapi keunikan kue serabi di Desa Kalibeluk ini tidak menggunakan santan kelapa melainkan menggunakan kelapa mengkal yang merupakan bahan santan diolah bersama dan dijadikan sebagai bahan adonan.

Dalam proses pembuatan kue serabi, beras yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dijadikan tepung beras yang nantinya diolah menjadi adonan. Keunikan adonan dari kue serabi kalibeluk terletak pada pembuatan adonannya. Selain tidak menggunakan santan kelapa, adonan tepung beras ditumbuk langsung bersama dengan buah kelapa hingga hancur. 

Proses penyatuan antara tepung beras dan kelapa menjadi adonan kue serabi ini jarang kita jumpai di daerah lain. Setelah kedua bahan tersebut hancur dan berbentuk tepung, selanjutnya tepung diayak agar didapatkan butiran tepung yang halus. Proses pembuatan kue serabi ini masih menggunakan cara tradisional, justru dengan cara inilah kue serabi dapat mempertahankan kualitas dan cita rasanya sejak zaman Mataram dahulu hingga saat ini. 

Dalam proses pembuatan kue serabi, di samping adonan sebagai kunci utama pembuatannya juga terletak pada pemanggangan adonan tersebut. Keunikan lain dari kue serabi kalibeluk adalah kudapan ini disajikan kering tanpa menggunakan kuah, tidak seperti olahan kue serabi di daerah lain. 

Kue serabi ini memiliki dua macam rasa, yaitu manis berwarna kecokelatan yang pembuatannya dari gula jawa dan gurih berwarna putih yang pembuatannya dari santan. Meski sekilas hampir sama dengan proses pembuatan adonan serabi di daerah lain, tetapi bentuk adonan kue serabi kalibeluk ini memiliki ukuran yang cenderung lebih besar dan mengembang ketika sudah matang. Inilah yang menjadi kue serabi kalibeluk  memiliki daya tarik tersendiri.

Kisah Di Balik Legit dan Gurihnya Kue Serabi Kalibeluk

Dibalik legit dan gurihnya kudapan tradisional yang berasal dari Kota Batang, kue serabi kalibeluk ini memiliki sisi sejarah dan cerita unik yang melekat di dalamnya. Dari cerita yang beredar, pembuatan kue serabi ini sudah bermula sejak zaman Mataram.

Dikisahkan, pada zaman dahulu di sebuah desa bernama Desa Kalisalak terdapat seorang gadis yang cantik jelita bernama Dewi Rantansari. Dari mitos yang beredar di masyarakat, dikatakan bahwa Dewi Rantansari merupakan jelmaan bidadari dari kayangan. Gadis tersebut hendak dipersunting oleh Sultan Mataram yang kala itu dijabat oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Maka diutuslah orang kepercayaan Sultan Mataram yang bernama Raden Bahureksa. 

Pada saat itu, Raden Bahureksa juga bertugas membabat alas di Batang. Atas suruhan Sultan, Raden Bahureksa menemui Dewi Rantansari. Sesampainya di Desa Kalisalak, Raden Bahureksa menyampaikan maksud dan tujuan ia datang kemari. 

Akan tetapi, setelah Bahureksa bertemu dengan Dewi Rantansari, dirinya justru jatuh hati pada gadis tersebut dan berniat ingin mempersunting Dewi Rantansari untuk dirinya. Begitu pun sebaliknya, Dewi Rantansari juga menaruh perasaan kepada Bahureksa. Keduanya pun menjalin cinta, tetapi Raden Bahureksa tidak bisa leluasa bersama dengan Dewi Rantansari karena terpikirkan dengan tugas dan kewajiban yang masih diembannya. Atas saran dari Dewi Rantansari, mereka berniat untuk mengelabuhi sang sultan. 

Bahureksa pun menjalankan rencana itu dengan menyuruh gadis lain yang memiliki kecantikan setara dengan Dewi Rantansari. Gadis tersebut bernama Endang Wiranti, seorang anak dari penjual serabi di Desa Kalibeluk. Diutuslah Endang Wiranti untuk menemui Sultan Mataram dengan berpura-pura menjadi Dewi Rantansari. Sesampainya ia di kesultanan, Endang Wiranti disambut dengan baik oleh sang sultan. 

Atas sikap Sultan Mataram yang memperlakukan dirinya dengan baik itu menjadikan Endang Wiranti tidak enak hati kepada sang sultan. Sampai-sampai ia pingsan karena tidak kuasa menahan pikiran yang berkecamuk dalam dirinya. Setelah mengalami pergolakan batin tersebut, Endang Wiranti memutuskan untuk menceritakan semuanya dan berniat mengungkap jati dirinya kepada Sultan. 

Karena kejujurannya, Sultan Mataram menyuruh Endang Wiranti untuk pulang ke rumahnya, tidak hanya itu Sultan juga menghadiahi Endang Wiranti sejumlah uang agar bisa ia manfaatkan untuk meneruskan usaha jualan kue serabi milik orang tuanya.

Atas kejadian tersebut, sang sultan beranggapan bahwa kesalahan ini akibat dari perbuatan Raden Bahureksa. Sebagai raja, Sultan pun memberikan hukuman kepada Raden Bahureksa, yaitu dengan memberinya titah untuk membuka hutan Gambiran menjadi sebuah perkampungan dan persawahan yang siap dihuni. Daerah itu yang sekarang dikenal sebagai salah satu kampung di Kota Pekalongan.

Kisah legenda tersebut sudah tertanam dan terpatri kuat di dalam ingatan masyarakat di Kabupaten Batang. Tokoh Endang Wiranti diyakini benar-benar ada dan merupakan representasi pedagang serabi di Desa Kalibeluk. Pesan moral yang dapat kita ambil dari kisah legenda ini adalah bahwa kejujuran pada akhirnya akan memiliki timbal balik terhadap diri kita.

Terlepas dari kisah legenda tersebut, bagi kalian para pemburu kuliner sudah bisa menikmati kue serabi kalibeluk ini dengan merogoh kocek mulai Rp 12.000 per tangkapnya. Yuk, tunggu apalagi mari nikmati legit dan empuknya serabi kalibeluk agar aset jajanan tradisional khas Kota Batang tetap berkembang dan mampu menyejahterakan masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun