Mohon tunggu...
Nakita Sahallisa Noor Sabila
Nakita Sahallisa Noor Sabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030118

jangan baca chat mantan, baca artikelku saja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terdampak Covid-19, Begini Nasib Terkini para Kusir Andong di Malioboro, Yogyakarta

22 April 2021   18:23 Diperbarui: 22 April 2021   18:25 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kendaraan andong-dokpri

Mengintip salah satu titik paling terkenal di Kota Istimewa Yogyakarta yang semakin hari semakin berbeda. Ya, satu titik yang dimaksud adalah Kawasan Malioboro. Malioboro yang selama ini terkenal dengan pusatnya kota jogja, kini semakin menyepi. Suasana jalanan malioboro akhir-akhir ini tampak sepi dari hingar bingar kebisingan para wisatawan. 

Pada tahun-tahun sebelumnya, ditempat ini tak pernah sepi dari membludaknya pelancong yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Suasananya pun kali ini sangat berbeda, jalanan yang lenggang, trotoar yang nampak sepi, dan para pedagang yang semakin hari semakin berkurang. Dulu kawasan ini menjadi kawasan yang paling ramai, sampai-sampai jalan kaki pun bisa dibilang harus rela mengantre untuk bisa berkeliling menikmati malioboro. Kini, kendaraan pun dapat melaju bebas tanpa hambatan dan tanpa bersaut-sautan bunyi klakson. 

Saat kita mulai menyusuri tepi jalanan malioboro, tentu kita akan banyak menjumpai pedagang asongan yang gemar menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung. tetapi tidak dengan sekarang, para pedagang pun sepertinya sudah pasrah dengan keadaan saat ini. Keadaan dimana pengunjung semakin berkurang dan pembeli semakin menurun. Sampai-sampai yang tadinya para pedagang sangat asyik mengobrol dengan turis, sekarang mereka hanya asik mengobrol dengan sesama penjual. tetapi dari sekian banyaknya pedagang yang ada di jalanan Malioboro, ada salah satu profesi yang juga sangat banyak ditekuni di kawasan tersebut, yang membuat aku ingin bertanya tentang keadaan yang mereka alami saat ini. Dan profesi tersebut adalah seorang pengemudi andong. 

Pasti kalian semua sudah tidak asing lagi dengan andong bukan? Ya, andong adalah sebuah kendaraan tradisional masyarakat yogyakarta yang berupa sebuah bangku yang menyerupai gerobak beroda empat yang ditarik dengan seekor kuda. Disana banyak sekali andong terparkir berjajar dipinggir jalanan Malioboro. Para kusir pun nampaknya sedang gelisah menunggu para pengunjung dengan harapan mereka tertarik untuk berkeliling Kota Jogja dengan kendaraannya tersebut. Nampak dari berbagai ekspresi wajah yang ditunjukkan para kusir yang harap-harap cemas bisa mendapatkan pundi-pundi uang dengan profesinya tersebut. Sampai akhirnya aku mendatangi salah seorang pemilik andong yang sedang duduk termenung sembari menunggu pelanggan yang datang. 

Beliau adalah Bapak  Agung, salah satu orang yang menekuni profesi sebagai kusir andong di kawasan Malioboro berusia 32 tahun dan sudah mulai bekerja sebagai profesi ini sejak 15 tahun lamanya. Pekerjaan ini menjadi pekerjaan satu-satunya yang ia harapkan untuk terus menyambung hidup serta menyekolahkan kedua anaknya. Setiap harinya ia harus bekerja mulai dari pagi hingga siang hari, berharap saat pulang nanti, beliau bisa memberikan segenggam uang untuk anak istri. 

Saat saya bertanya tentang apakah ada kerugian pendapatan di masa pandemi seperti sekarang ini,  beliau menjawab, "sejak adanya covid-19 ini, penumpang andong semakin hari semakin turun drastis, yang awalnya setiap hari saya rajin untuk narik andong, sekarang harus beberapa kali libur karena memang tidak ada penumpang". 

Dengan raut wajah yang sedikit menampakkan perasaan kecewa, ia kembali mengungkapkan bahwa, "saat masa pandemi ini pendapatan saya sangat berkurang, sekarang saya hanya bisa membawa pulang uang kurang lebih seratus ribu rupiah per hari". kemudian saya kembali mengajukan pertanyaan kepada beliau, "jika profesi ini adalah pekerjaan satu-satunya, lalu apa yang bapak lakukan saat bapak memilih untuk tidak narik andong?", "biasanya jika dirumah, saya hanya memanfatkan waktu untuk membersihkan andong dan membersihkan kuda saja, ya itung itung agar saya ada kegiatan saat saya tidak bekerja", begitu jawabnya. 

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Jujur saja, dari sekian banyak andong yang terparkir di Kawasan Malioboro ini, tentu akan menjadi kecemasan tersendiri bagi para kusir yang ada disana. Mengapa tidak? mereka semua mungkin menghabiskan seharian waktunya hanya untuk menunggu para pelancong yang mau menaiki kendaraannya. Belum lagi saking banyaknya andong yang lain, mereka harus rela menunggu penumpang lain jika andong yang ia miliki tidak dipilih oleh para pelancong. Seperti tidak peduli dan tidak ada kesepakatan andong mana yang duluan datang itulah yang dipilih oleh penumpang, tetapi mereka harus rela bersabar dan selalu menawarkan tumpangannya kepada setiap pengunjung yang datang, sangat memprihatinkan bukan?

Menunggu pengunjung dengan duduk dikursi depan sambil memainkan benda yang ada disekitarnya, duduk sambil membaca koran, atau bahkan hanya bersenda gurau dengan sesama kusir andong lainnya. Sungguh, senyuman yang mereka perlihatkan sangat menyentuh hati siapapun yang melihatnya. Sebuah senyuman tulus yang memperlihatkan bahwa memang tidak mengapa jika hari ini bukan rejekinya, tidak mengapa jika memang hari ini tidak mendapatkan uang lebih, seperti memperlihatkan bahwa semua rejeki sudah diatur oleh Tuhan. 

Keadaan seperti itulah yang aku lihat disana, seorang kepala keluarga yang tanpa lelah menyeka keringatnya hanya untuk tetap bersemangat mencari nafkah untuk ia bawa pulang kerumah. Bapak Agung yang aku temui adalah salah satu orang yang tanpa kenal lelah terus bekerja pagi, siang, dan sore hanya untuk keluarga kecilnya dirumah. Apalagi untuk urusan menyekolahkan kedua anaknya, alasan itulah yang menjadi motivasi Pak Agung untuk tidak menyerah mencari nafkah, dengan harapan suatu saat nanti anak-anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya agar bisa mengangkat derajat kedua orangtua. Dan beliau hanya bisa berdoa agar pandemi ini segera berakhir, supaya keadaan Malioboro dapat kembali normal seperti biasanya, dan agar pengunjung juga bisa semakin ramai seperti semula.

Nah, melihat dari keadaan hidup yang dijalani Bapak Agung ini, kita sebagai orang yang mungkin masih bisa dibilang mampu yang seharusnya mempunyai semangat yang tinggi untuk terus berjuang tanpa kenal lelah. meniru sikap tegar Bapak Agung saat dilanda kesulitan tanpa mengeluh atau menyerah dengan keadaan. Dan jika kalian mempunyai waktu luang, cobalah untuk datang kesana hanya untuk sekedar membantu para kusir andong mendapatkan penumpang dengan cara kalian menaiki kendaraannya. Agar kalian bisa melihat betapa bahagia dan bersyukurnya para kusir andong di Malioboro saat mendapatkan penumpang. So, keep kind and spirit everyone! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun