5. Pandangan tentang Al-Qur'an
  Dalam persoalan apakah Al-Qur'an makhluk atau tidak, sebagian Khawarij terutama yang terpengaruh rasionalisme cenderung dekat dengan pandangan Mutazilah.
 Khawarij tidak bersifat tunggal. Cabang-cabangnya antara lain yaitu Azriqah, Sufriyah, dan Ibiyah, dengan perbedaan tingkat ekstremitas dan tafsir terhadap doktrin dasar tersebut.
3. Perkembangan Pemikiran Khawarij dalam Sejarah
 Setelah masa klasik, pengaruh Khawarij makin menurun dalam arus utama Islam, meski beberapa elemen pemikirannya tetap hidup di kalangan tertentu.
 Pada periode awal dan pertengahan, sebagian besar sekte Khawarij lenyap. Hanya Ibiyah yang bertahan dan berkembang menjadi komunitas moderat, jauh dari ekstremisme awal.
 Dalam perkembangan teologi Islam, ajaran Khawarij menjadi bahan kritik bagi para pemikir Mutazilah, Asyar, dan Maturd. Mereka menolak pandangan keras Khawarij dan memperkenalkan konsep iman yang lebih moderat, memisahkan dosa besar dari kekafiran mutlak.
 Di era modern, prinsip-prinsip radikal Khawarij kembali muncul dalam kelompok ekstrem yang menggunakan doktrin takfr untuk membenarkan kekerasan terhadap sesama Muslim. Pemikiran "Khawarij modern" ini sering tidak menamakan dirinya demikian, namun mewarisi ciri khasnya seperti pengkafiran, anti-kompromi, dan legitimasi kekerasan.
Sebagai tanggapan, banyak sarjana Muslim kontemporer menegaskan pentingnya Islam moderat, dialog lintas mazhab, dan penolakan terhadap kekerasan atas nama agama. Gagasan moderasi ini menjadi antitesis terhadap warisan radikal Khawarij.
Kesimpulan
 Khawarij lahir dari konflik politik dan teologis di masa awal Islam, terutama terkait masalah arbitrase dan penetapan hukum Allah. Doktrin mereka seperti hakimiyyah, takfr, dan keterkaitan mutlak antara iman dan amal menjadikannya aliran yang keras dan eksklusif.