Mohon tunggu...
Najma NabilaA
Najma NabilaA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Dibuat untuk keperluan tugas akhir semester

Selanjutnya

Tutup

Politik

Frenemy between Turkey and Arab Relations

21 Juni 2021   18:58 Diperbarui: 21 Juni 2021   19:15 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak berdirinya Kerajaan Arab Saudi dan Republik Turki hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut telah dibangun dan dinilai sangat responsif terhadap hasil-hasil dari kerjasama regional yang berada di Timur Tengah. Turki dan Arab Saudi juga dianggap sebagai kekuatan penting dari kawasan Timur Tengah. Dapat dikatakan seperti itu karena Arab Saudi merupakan produsen minyak mentah global terbesar kedua setelah Rusia, memiliki cadangan dari devisa yang paling besar serta Arab Saudi dinilai sebagai aktor yang berpengaruh dalam politik Arab dan politik dunia Muslim karena kemampuan keuangannya, posisi kepemimpinannya di Semenanjung dan juga the Organization of Islamic Council (Ellithy, 2015). Sedangkan, Republik Turki memiliki ekonomi yang beragam dengan Produk Domestik Bruto diperkirakan sebesar USD 800 miliar serta Turki telah menjadi pemain aktif dalam politik Timur Tengah selama perang dingin dan setelahnya karena letaknya yang strategis dan juga Turki adalah anggota di North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan calon anggota dari European Union (Ellithy, 2015).

Akan tetapi, meskipun memiliki hubungan yang dinilai cukup responsif tersebut nyatanya hubungan yang terjadi antara Turki dan Arab Saudi tidak selalu baik-baik saja dan sering mengalami hubungan yang sering naik-turun atau berfluktuasi, dari yang awalnya bekerja sama dengan baik hingga terjadinya permusuhan dan hingga kembali beraliansi lagi dan hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai frenemy dan juga love-hate relationship. Berikut beberapa contoh dan penjelasan yang dapat menggambarkan mengenai hubungan frenemy atau love-hate relationship yang telah terjadi di antara kedua negara tersebut, antara lain:

Turki bergabung dan menjadi Anggota NATO dan Hubungan Turki-Israel

Pada tahun 1951, Turki memutuskan untuk bergabung dengan NATO karena Turki lebih tertarik untuk melakukan hubungan atau kerja sama dalam bidang ekonomi dengan Barat daripada dengan negara-negara yang berada di kawasan Timur Tengah atau dapat dikatakan dengan negara-negara Arab. Bukan hanya itu, Turki juga masih mempertahankan hubungan baik dengan Israel meskipun negara Arab lainnya tidak menyukainya. Hal tersebut nyatanya membuat negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi tidak menyukainya dan kecewa dengan keputusan Turki dan hal ini yang menyebabkan adanya hubungan yang tidak baik diantara negara Turki dan Arab Saudi.

Berpartisipasinya Turki terhadap Organization of Islamic Council dan Palestine Liberation Organization 

Pada tahun 1969, Turki bergabung dengan Organization of Islamic Council yang baru lahir dan berada di Arab Saudi. Hal tersebut dilakukan untuk menjadi "collective voice of the Muslim world". Setelah itu, pada tahun 1975, Turki memulai hubungan diplomatik dengan Palestine Liberation Organization, yang berusaha untuk mengakhiri pendudukan wilayah Palestina di Israel (Habibi, 2018). Hal-hal yang telah dilakukan Turki tersebut menjadikan hubungan antara Turki dan Arab Saudi yang sempat tidak baik menjadi lebih baik dan kuat.

Terjadinya ketegangan antara Turki dan Arab dalam kasus Suriah-Turki

Hubungan yang telah membaik antara Turki dan Arab Saudi ini nyatanya hanya bertahan dari tahun 1960an-1980an saja. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 1990-an, adanya beberapa perselisihan antara Suriah dengan negara tetangganya yaitu Turki. Akan tetapi, pada saat itu Kerajaan Arab Saudi lebih memihak terhadap Suriah dibandingkan dengan Turki dan hal tersebut menyebabkan adanya ketegangan hubungan antara Turki dan Arab.

Dukungan dan kecaman terhadap Ikhwanul Muslimin 

Perbedaan pandangan dari Arab dan Turki terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin nyatanya dapat mempengaruhi hubungan antara Turki dan Arab Saudi. Arab Saudi menganggap bahwa kelompok ini sebagai ancaman terhadap kelanggengan sistem kerajaan di Arab Saudi (CNBC, 2020). Setelah itu, adanya kudeta dan adanya peristiwa menggulingkan Mohammed Morsi pada tahun 2013 serta adanya tindakan brutal terhadap pimpinan Ikhwanul Muslimin yang dilakukan oleh militer Mesir ini mendapat dukungan dari Arab Saudi yaitu memberikan bantuan keuangan yang murah hati ke Mesir. Akan tetapi, Turki dan Qatar secara terang-terangan mengkritik keras kudeta dan tindakan brutal yang telah dilakukan tersebut. Kritik terus-menerus Turki bahkan menyebabkan kehancuran total dalam hubungan Turki dengan Mesir (Bakan, 2019). Dari kejadian-kejadian tersebutlah hubungan Turki dan Arab Saudi kembali memanas.

Pengaruh dari Krisis Qatar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun