Mohon tunggu...
nailafaizahsalsabilaa
nailafaizahsalsabilaa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa Semester 4 UIN Maulana Malik Ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Digitalisasi Pesantren, Menerapkan Program Pegon Virtual Keyboard dan Rumah Kitab tanpa Meninggalkan Budaya Tradisional Pesantren

12 Mei 2024   15:30 Diperbarui: 12 Mei 2024   16:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


  • Pendahuluan 

Inovasi pendidikan bersifat digitalisasi sangatlah marak saat ini, semua lembaga akan mengusahakan lembaga pendidikannya untuk melakukan tranformasi pendidikan sesuai dengan era digitalisasi karena teknologi sangat berpengaruh akan penentuan masa depan lembaga pendidikan. Namun, disisi lain perkembangan teknologi dapat mempengaruhi karakter dan sifat anak bangsa yang cenderung lemah daripada generasi sebelumnya.

Saat ini, pendidikan islam merupakan hal penting untuk dikuatkan dan dilestarikan dengan tujuan membangun karakter yang kuat. Salah satu pendidikan islam yang sangat berpengauh dalam menanggulangi penguatan karakter dan sifat anak adalah pesantren. 

Pesantren dinilai sebagai basis religiositas dan moral dalam pendidikan Islam. Pergerakan informasi yang cepat dan kompetisi yang ketat ini menjadi tantangan tersendiri bagi pesantren. 

Pesantren sebagai institusi pencetak pemimpin masa depan dan pusat pemberdaya masyarakat harus mampu mencetak generasi yang memiliki sumber daya yang mapan yang dapat bersaing ketat dalam pentas global. 

Oleh karena itu, pesantren harus dapat menghadapi era globalisasi yang pada awalnya merupakan tantangan dan rintangan menjadi peluang emas bagi pembangunan masyarakat Indonesia. Tentunya, pesantren harus berproses dan berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat global dengan tidak meninggalkan tradisi lama yang masih dianggap baik. 

 

  • Pembahasan 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pesantren kurang baik dalam menggunakan berbagai metode untuk menarik minat santri dari berbagai kalangan. Sebuah studi menunjukkan bahwa guru di pesantren sering menggunakan metode ceramah satu arah. Metode ini menjadi pilihan guru pesantren karena lebih mudah, tidak memakan biaya, dan merupakan pengalaman mereka selama masa pendidikan sendiri. 

Sementara itu, teknik belajar mengajar berbasis TIK terbukti meningkatkan tingkat pemahaman santri/peserta didik. Metode ini membantu seorang guru dalam mengajar dan menarik minat santri untuk memahami mata pelajaran yang diajarkan. Sayangnya, bagaimanapun studi menunjukkan bahwa penggunaan TIK dalam pendidikan pesantren masih buruk dan pada tingkat yang tidak memuaskan.

Di beberapa pesantren, sistem pendidikan dan pelaksanaan pengajaran mengalami transformasi karena pengaruh ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan di Indonesia, dan tuntutan masyarakat di lingkungan pesantren itu sendiri. Kemudian, beberapa pesantren masih mempertahankan sistem lama mereka sendiri. Dalam hal ini, metode pengajaran di pondok pesantren terdiri dari dua sistem, yaitu:

 

Sistem Adat: Sorongan, adalah sistem pendidikan dimana setiap santri mengaji di hadapan Ustadz dan Kiyai;

Wetonan (Jawa), adalah sistem pendidikan dimana Kyai membacakan Al-Qur’an kepada santri, kemudian diikuti dan dilihat oleh para santri; dan

Bandongan, merupakan kombinasi dari dua metode di atas: Sistem Modern, Sistem Klasik; Sistem kursus dan sistem Pelatihan

 

Hadirnya program Program Pegon Virtual Keyboard Dan Rumah Kitab akan membantu pesantren dalam memberikan pembelajaran sesuai kurikulum pesantren melalui alat-alat digital tanpa mengurangi budaya tradisional, bukan menjadi pesantren tradisional, semi tradisional, atau bahkan pesantren modern. 


Namun semua ini menjadi pesantran digital tanpa menghilangkan budaya tradisionalnya. Gambaran implementasi dari pembelajaran pesantren menggunakan  digitalisasi yaitu semua kitab yang menjadi kurikulum pesantren akan menjadi kitab digital yang tersedia di dalam Rumah kitab, kemudian santri ketika mengkaji suatu kitab akan memberikan makna dengan pegon virtual keyborard yang telah disediakan lembaga dalam bentuk computer atau laptop yang sudah di program hanya untuk akses pembelajaran. Setelah itu, santri akan diarahkan untuk memberikan tanggapan sesuai dengan kitab yang dikaji tentang kasus atau permasalahan yang sedang terjadi.

 

Alat penunjang santri untuk mengkaji kitab secara virtual hanya dibatasi dengan komputer atau laptop, karena kita harus tetap mengantisipasi kemungkinan buruk ketika semua diakses melalui handphone. 


Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa handphone dapat mempengaruhi kehidupan relasional individu, selain itu penggunaan handphone yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan berkurangnya kapasitas untuk menikmati waktu senggang. Sehingga alat penunjang melakukan digitalisasi pembelajaran pesantren akan dibatasi dengan laptop dan komputer saja untuk peserta didik, demi menjaga kualitas santri di era digitalisasi seperti saat ini.

 

Dengan menggunakan digitalisasi, bukan berarti pesantren tidak membutuhkan kitab berupa lembaran yang biasa dipakai sebelum adanya digitalisasi. Penulis mempunyai gambaran bahwa setelah melaksanakan pembelajaran kitab berbasis digital, santri akan di uji coba kemampuannya dengan mengkaji ulang kitab yang sudah dipelajari menggunakan kitab yang berwujud dengan tanpa makna pegon. Hal ini memungkinkan pembelajaran pesantren berbasis digital maka akan tercipta generasi yang berkarakter, beriman, cerdas, dan siap menghadapi segala tantangan ilmu pengetahuan atau teknologi yang mungkin diberikan dunia di era digital[3], didasari dengan kemampuan pendidikan islamnya melihat tidak sedikit orang-orang yang berdakwah memberikan pengetahuan yang melenceng dari syaria’t islam.


Pembelajaran ini merupakan wujud usaha pesantren dalam beradaptasi dan memberikan kontribusi pembangunan modern. Selain itu, ia harus mempertahankan karakterisasinya sendiri sebagai landasan moral-spiritual dan fungsinya dalam membangun masyarakat yang religius meskipun apresiasi terhadap lembaga pesantren belum tentu baik, pernyataan ini bisa menjadi “refleksi” bahwa pesantren menghadapi masa penting untuk dibangkitkan dalam menjawab tuntutan zaman. 

  • Kesimpulan

Inovasi pendidikan digital saat ini mengalami perkembangan yang pesat, di mana lembaga pendidikan berupaya untuk bertransformasi sesuai dengan era digitalisasi guna mempersiapkan masa depan pendidikan. Meskipun demikian, dampak teknologi juga membawa tantangan terhadap pembentukan karakter anak bangsa. Pendidikan Islam, khususnya melalui pesantren, menjadi kunci dalam membangun karakter yang kuat dan moralitas yang tinggi. Namun, pesantren dihadapkan pada tantangan untuk memodernisasi sistem pembelajarannya agar tetap relevan dalam konteks globalisasi dan teknologi informasi. Meskipun ada upaya untuk memperkenalkan digitalisasi dalam pembelajaran pesantren, masih ditemukan kendala dalam penerapannya, terutama dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang belum optimal. 


Namun demikian, dengan adanya inovasi seperti Program Pegon Virtual Keyboard Dan Rumah Kitab, pesantren dapat mengintegrasikan pembelajaran digital tanpa kehilangan identitas dan tradisi mereka. Pendekatan ini memungkinkan pesantren untuk tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional sambil mengadopsi teknologi untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran berbasis digital di pesantren bukan hanya merupakan langkah menuju modernisasi, tetapi juga upaya untuk memperkuat karakter generasi masa depan yang beriman, cerdas, dan siap menghadapi tantangan zaman.

  • Referensi

Lundeto, A. “Digitalisasi Pesantren: Hilangnya Budaya Tradisionalis Atau Sebuah Kemajuan?” Jurnal Education and Development 9, no. 3 (2021): 452–57. http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/2882.

Oktaria, Auline, Khoirul Khoirul, Srigustia Fitriyenni, Paiman Paiman, and Maulidul Irfan. “Peran Pesantren Dalam Era Digital.” Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme 4, no. 3 (2023): 432–44. https://doi.org/10.37680/scaffolding.v4i3.2108.

Rustantomo, and Fatimatuzzahro. “Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Interaksi Sosial Santri Putri Di Pondok Pesantren Miftahul Huda IV Mojosari Kabupaten Malam.” Jurnal Pendidikan Edutama 9, no. 1 (2022): 183–92.

https://kemenag.go.id/nasional/digitalisasi-pesantren-diluncurkan-untuk-jaga-khasanah-nusantara-dan-keislaman-ZQ0yD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun