Bukan sekadar teori di buku teks, tapi praktik langsung. Ajak siswa membuat konten TikTok tentang cerita rakyat, atau drama pendek berbahasa daerah. Budaya akan hidup kalau diajak bermain, bukan diceramahi.
2. Digitalisasi Tradisi
Banyak komunitas anak muda yang sekarang membuat video YouTube berisi kisah legenda daerah atau tutorial membatik. Ini keren. Pemerintah seharusnya mendukung lebih banyak inisiatif seperti ini. Kalau kita bisa menonton drama Korea dengan subtitle, kenapa tidak menonton cerita rakyat Sulawesi dalam versi animasi?
3. Dukung Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya
Tenun dan batik jangan hanya dipakai saat kondangan. Jadikan itu gaya hidup. Banyak brand lokal yang sudah keren dan kekinian, tinggal didukung supaya bisa bersaing dengan merek global. Beli produk lokal berarti turut melestarikan budaya.
Jangan Jadi Tamu di Negeri Sendiri
Bayangkan, suatu hari nanti turis asing datang ke Indonesia bukan karena pantai atau hotel mewah, tapi karena kekayaan budaya kita. Mereka belajar nari di Aceh, membuat keris di Solo, dan bertutur dalam bahasa lokal. Sementara itu, generasi kita justru sibuk mengejar gaya hidup luar yang belum tentu cocok dengan nilai-nilai kita.
Apakah kita akan jadi tamu di negeri sendiri?
Penutup: Pancasila Harus Dihidupkan, Bukan Dikumandangkan
Peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi momentum refleksi. Kita tak butuh seremoni besar, cukup komitmen kecil: mencintai budaya sendiri, memakai produk lokal, berbicara dengan bangga tentang asal-usul kita.
Pancasila adalah jati diri yang bisa mengakar sekaligus menjulang---asalkan kita tidak malu menjadi Indonesia.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI