Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, Pemerhati Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatasi Siswa Nakal Melalui Kolaborasi Pendidikan Militer dan Pendidikan Karakter sebagai Solusi Alternatif

7 Mei 2025   12:48 Diperbarui: 7 Mei 2025   16:55 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi meninjau pendidikan militer siswa yg bermasalah di barak militer Batalyon artileri, Purwakarta 5/5/2025, Foto Dedi Mulyadi

Beberapa waktu lalu, linimasa media sosial saya ramai membahas kebijakan pengiriman siswa yang dinilai nakal ke barak militer. Pro dan kontra bersahutan. Ada yang mendukung karena dianggap sebagai upaya tegas mendisiplinkan generasi muda, ada pula yang menolak karena pendekatan militer dianggap terlalu keras dan berpotensi menciptakan trauma psikologis. 

Namun di balik kegaduhan itu, saya bertanya-tanya: mungkinkah pendidikan militer dan pendidikan karakter tidak harus saling meniadakan?

Kita tahu, dunia pendidikan Indonesia tengah mencari bentuk. Kurikulum Merdeka telah memberi ruang untuk mengembangkan siswa sebagai individu utuh, tak hanya cerdas secara kognitif, tapi juga kuat secara moral dan sosial. 

Namun pada saat yang sama, kita juga berhadapan dengan realitas: anak-anak yang sulit diatur, tak segan melawan guru, dan bahkan terlibat dalam kekerasan antarsiswa.

Menghadapi situasi semacam ini, pendekatan tunggal jelas tak cukup. Pendidikan karakter, betapapun idealnya, kerap tertatih-tatih ketika tak didukung lingkungan yang kondusif. 

Di sisi lain, pendekatan militer yang menekankan kedisiplinan, ketegasan, dan struktur, bisa menjadi alat bantu---asal tidak digunakan secara tunggal dan membabi buta.

Pendidikan Militer: Lebih dari Sekadar Barak

Saya pernah berbincang dengan seorang teman yang merupakan alumni pendidikan Taruna. Ia bercerita bagaimana pola hidup di lembaga militer membentuk ketepatan waktu, tanggung jawab, dan kerja sama tim. "Tapi bukan dengan teriak-teriak atau hukuman fisik," katanya. "Yang paling membekas itu bukan push-up-nya, tapi nilai bahwa kamu tidak hidup untuk dirimu sendiri."Itulah titik pentingnya. 

Pendidikan militer bukan soal kekerasan, tapi soal sistem, nilai, dan pembiasaan. Jika diadaptasi secara proporsional ke dalam dunia pendidikan umum---misalnya dalam bentuk pelatihan kepemimpinan, latihan dasar kedisiplinan, atau kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansa semi-militer---maka pendekatan ini bisa memperkuat fondasi karakter.

Pendidikan Karakter: Jiwa dari Sistem Pendidikan

Namun pendidikan karakter tetaplah jiwa dari sistem pendidikan kita. Tanpa pemahaman nilai yang internal, disiplin hanya akan menjadi rutinitas kosong. Pendidikan karakter mengajarkan mengapa seseorang harus jujur, disiplin, atau bertanggung jawab, bukan hanya apa yang harus dilakukan.

Menurut Prof. Didi Suherdi dari UPI, pendidikan karakter efektif bila dikembangkan secara kontekstual dan partisipatif. Artinya, siswa harus diajak terlibat dalam proses pembentukan nilai itu sendiri, bukan sekadar diberi tahu apa yang benar dan salah. Ini adalah hal yang tak bisa digantikan oleh barak militer.

Merangkai Kolaborasi: Jalan Tengah yang Mungkin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun