seleksi berbasis tes semata sebaiknya digabung dengan portofolio, prestasi, dan keterlibatan sosial siswa. Ini akan memberi ruang bagi beragam potensi, bukan hanya yang unggul secara akademik.
2. Pendidikan Karakter yang Konsisten dan KontekstualÂ
Nilai kejujuran dan tanggung jawab harus ditanamkan sejak SD dan terus dikontekstualisasikan hingga jenjang SMA atau sederajat. Ini bukan hanya urusan guru PPKn, tapi semua pendidik.
3. Biaya Kuliah yang Transparan dan AdilÂ
Pemerintah harus memastikan bahwa biaya kuliah, khususnya di PTN, tidak menjadi beban yang membuat siswa dari keluarga tidak mampu menjadi frustrasi dan memilih jalan curang.
Teknologi untuk Mengawasi, tapi Jangan Lupa EmpatiÂ
Sistem pengawasan UTBK perlu terus ditingkatkan, termasuk teknologi deteksi kecurangan. Namun, yang jauh lebih penting adalah membangun kesadaran siswa bahwa kejujuran adalah bagian dari martabat diri.
Pendidikan Bukan Sekadar Tiket, Tapi Proses Menjadi Manusia
Di era di mana persaingan begitu ketat, memang mudah untuk memahami mengapa siswa merasa tertekan. Namun kita perlu bertanya: apakah kita ingin menciptakan generasi pemenang instan atau generasi yang tangguh dan jujur?
Saatnya pendidikan Indonesia melakukan introspeksi. Dunia pendidikan bukan sekadar tempat mencetak sarjana, tapi ruang menempa manusia. Dan manusia yang utuh bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga berkarakter.
Penutup
Praktik joki UTBK dan budaya menyontek bukan hanya soal "nakal"-nya siswa. Ia adalah cerminan dari sistem yang perlu dibenahi, nilai yang perlu dikembalikan, dan harapan yang perlu ditanamkan kembali.
Karena jika pendidikan kita gagal menanamkan kejujuran, maka kita sedang membangun bangsa di atas fondasi yang rapuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI