Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Penyuka kopi penikmat literasi // Scribo Ergo Sum // Instagram: @kangnanang.ah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan dan Rendahnya Budaya Literasi Kita

5 April 2023   13:59 Diperbarui: 5 April 2023   14:04 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh (Foto: M.Ifdhal/Antara)

Ramadhan silih berganti, namun  literasi tak kunjung banyak diminati

Apa yang sedang terjadi, bukankah Alquran suci mewanti wanti

Sejak pertama diwahyukan di bulan Ramadhan

Allah perintahkan kita membaca sebagai kewajiban

Tiada lain  agar kita menjadi insan yang berkemajuan

Puisi diatas adalah spontan saya buat untuk mengawali tulisan ini. Tiada lain untuk mengingatkan diri saya khususnya, bahwa sejatinya Ramadhan adalah momentum kita mengintrosfeksi diri sejauhmana mengamalkan wahyu pertama Al-Quran Surat Al-Alaq, wahyu pertama yang memerintahkan kita untuk membaca, yang diturunkan Allah Swt di bulan Ramadhan berkaitan dengan pentingnya literasi 

Sungguh sangat prihatin dengan budaya literasi kita yang sangat rendah.  Berdasarkan data hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, Indonesia saat ini sedang darurat literasi, yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi

Hasil tersebut konsisten dengan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir yang menunjukan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan

Berdasarkan hasil riset tersebut bisa dikatakan bahwa kemampuan literasi peserta didik Negara kita Indonesia tercinta masih berada dibawah rata rata kemampuan literasi peserta didik di Negara Negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)

Untuk keluar dari keterpurukan ini dibutuhkan peran serta semua pihak dalam menumbuhkan kebiasaan berliterasi di Negara kita. Pemerintah dan seluruh komponen rakyat Indonesia harus bahu membahu  menjadikan kesadaran literasi sebagai program yang harus diselesaikan secara berjamaah

Islam dan Literasi di masa awal

Kalau melihat sejarah, umat Islam memiliki perjalanan sejarah terkait literasi yang sangat gemilang, karena budaya literasi dan kecintaan terhadap ilmu. Contohnya pada masa kekhalifahan Abbasiyah dibawah kepemimpinan Harun ar Rasyid

Pada masa kekhalifahan Abbasiyah peradaban Islam berkembang pesat dan maju. Faktor penyebabnya adalah dikarenakan pemerintahannya sangat peduli terhadap ilmu dan pengetahuan.

 Dengan beberapa kebijakan pemerintah pada waktu itu mampu menumbuhkan dan menyadarkan masyarakatnya untuk sadar tentang pentingnya ilmu dan mencintai dunia literasi. 

Selain itu Pemerintah memberikan fasilitas yang terbaik dan penghargaan yang tertinggi kepada para ilmuwan
Sehingga tidak heran pada masa bani Abasyiah ini lahir beberapa ilmuwan hebat yang diakui dunia. 

Para ilmuwan itu diantaranya seperti Al Khawarizmi, ilmuwan muslim yang terkenal sebagai bapak ilmu Matematika.

Berikutnya ada Al Farabi atau Abu Nashr, Seorang filosof Muslim yang mendapat julukan sebagai guru kedua (al-mu'alim at thani) setelah filosof Aristoteles. Hasil pemikirannya yang paling fenomenal adalah ketika ia mampu menyelaraskan Islam dengan filsafat Yunani

Berikutnya Ibnu Sina yang terkenal sebagai Bapak Farnakologi dan Al-Syekh al-Rais al-Thibb (Mahaguru Kedokteran). Dimana salahsatu karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun fi al-Thibb (The Canon of Medicine) menjadi rujukan utama dalam ilmu kedokteran

Apa yang terjadi dengan dunia literasi kita

Seperti telah disinggung di awal bahwa perlu ada upaya dari semua pihak untuk membumikan literasi dibumi pertiwi ini.

 Keterlibatan pemerintah dalam menghasilkan kebijakan kebijakan untuk memajukan literasi perlu didukung oleh kita semua. 

Salahsatunya melalui program Merdeka belajar dan kebijakan lainnya.
Namun perlu juga diperhatikan bahwa factor lemahnya literasi masyarakat kita sangat komplek. 

Beberapa diantaranya factor kemiskinan dan kesejahtraan yang belum merata.  Selain itu lemahnya dukungan keluarga dan lingkungan terhadap pentingnya literasi.

Serta factor serbuan teknologi yang merusak tatanan budaya kita yang belum dimanfaatkan dengan lebih bijak, serta belum digunakan untuk kemaslahatan dan kemajuan literasi, baru hanya sebatas mencari hiburan, contohnya kegunaan Gadget

Sebuah Harapan di Ramadhan 

Indonesia merupakan negara yang mayoritas pemeluknya beragama Islam. Tentunya kita berharap kenangan kejayaan Islam dimasa lalu dengan majunya litersi dan perkembangan ilmu pengetahuan akan terulang kembali dengan meningkatnya kemajuan kemajuan ilmu pengetahuan yang signifikan. 

Dan Indonesia kedepan berharap banyak melahirkan ilmuwan ilmuwan yang berdedikasi demi kemajuan bangsa

Semoga Ramadhan sebagai sarana introsfeksi kita terhadap masih adanya yang gagal paham dalam memaknai perintah Iqra (baca) dan masih lemah dalam mengimplementasikan di kehidupan sehari sehari.

Karena sejatinya makna secara luas dari Iqra adalah belajar, membaca, meneliti, mengkaji, dan mendalami terhadap fenomena yang ada

Terakhir saya mengingatkan tentang firman Allah SWT surat Al-Mujadalah ayat 11 yang menerangkan kelebihan orang orang yang berperan dalam membumikan literasi (berilmu) yang artinya:

"Niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat".

Dan semoga kita masuk didalamnya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun