Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Penyuka kopi penikmat literasi // Scribo Ergo Sum // Instagram: @kangnanang.ah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda dan Radikalisme

14 September 2020   11:36 Diperbarui: 14 September 2020   13:10 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita duka kini dialami seorang Ulama seperti diberitakan di media, Syekh Ali Jabir ditusuk oleh seorang pemuda berinisial AA di Masjid Afaludin Jalan Tamin Sukajawa, Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung Minggu (13/9/2020).

Saat itu Syekh Jaber sedang mengisi sebuah pengajian. Akibat kejadian itu Syekh Ali Jaber mengalami tusukan dibagian bahu kanan. Dan pelaku penusukan sudah ditangkap kepolisian. (Kompas.com 14/9/2020)

Lagi lagi peristiwa radikalisme terulang kembali di negara kita. Kali ini menimpa seorang ulama. Entah kapan rentetan peristiwa radikalisme ini akan berakhir. Sungguh memilukan.

Dari kejadian ini yang perlu dicermati adalah pelakunya adalah seorang pemuda berinisial AA.

Kenapa pemuda sangat rentan dirasuki paham radikal?. Kali ini saya akan coba ulas sehingga menjadi bahan pelajaran untuk kita semua.

Menurut Abdul Malik seorang peneliti di Center for Religious and Cros-Cultural Studies Universitas Gajah Mada Yogyakarta mengatakan, Dalam banyak kejadian, anak muda merupakan sasaran empuk kelompok kekerasan, bahkan sudah banyak menjadi pelaku terorisme. Pertanyaannya adalah mengapa yang muda rentan menjadi radikal?.

Beberapa riset empiris terhadap beberapa kelompok radikal terorisme menyebutkan faktor sosial ekonomi menjadi penyebab utama anak muda bergabung dalam jaringan kelompok kekerasan.

Faktor sosial ekonomi itu berupa anak muda yang tidak berpendidikan, pengangguran, miskin, dan buta hurup. Setidaknya inilah menurut Abdul Malik salahsatu hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prof. Rommel Banlaoi terhadap anak muda anggota Abu Sayyaf Gruop (ASG), Filipina.

Penemuan ini juga menurut Malik diperkuat oleh Sharon Curcio yang melakukan penelitian terhadap 600 pemuda (18-25 tahun) tahanan Guantanamo yang rata rata pengangguran dan menjadikan terorisme sebagai pekerjaan.

Selain itu motivasi sakral yang berlandaskan "ideologi kebencian" menjadi salahsatu faktor yang menyebabkan seseorang pemuda berani mati untuk melakukan kekerasan atasnama idealisme yang mereka yakini.

Malik juga menggarisbawahi pernyataan seperti ditegaskan Prof. Kumar Ramakhrisna terkait tiga faktor anak rentan menjadi radikal. 

Pertama, kelompok teroris mengincar pemuda yang selalu tidak puas dengan keadaan. Mereka yang frustasi dan marah dengan kondisi sekitar yang dianggap tidak benar dan harus dirubah.

Kedua, Kelompok teroris menyediakan alat legitimasi doktrinal yang dapat meyakinkan mereka atas jalan dan solusi perubahan.

Ketiga, kelompok teroris menyediakan tempat dan alat bagi para pemuda untuk merealisasikan idealismenya.

Sementara menurut Sholikul Hadi ada lima cara yang bisa dilakukan untuk mencegah radikalisasi. 

Pertama, menetralisasi orang orang yang berpotensi menjadi sender atau orang yang melakukan perekrutan. 

Kedua, melemahkan ideologi radikal dengan membuat ideologi tandingan yang bersifat moderat. 

Ketiga, menyebarkan ideologi tandingan tersebut kepada kelompok masyarakat yang rentan menjadi sasaran radikalisasi. 

Keempat, mengawasi media yang menjadi sarana penyebaran paham radikalisme. 

Kelima, memahami konteks sosial dan budaya yang ada di setiap lapisan masyarakat.

Faktor lain yang tak kalah penting dalam menangkal radikalisasi adalah dengan menumbuhkan literasi dikalangan pemuda. Sehingga dengan pembekalan ilmu melalui literasi dapat merubah wawasan dan paham secara utuh. tidak sepotong sepotong.

Referensi:

1.https://jalandamai.net/kenapa-pemuda-rentan-radikal.html

2.https://jalandamai.net/pemuda-harus-cinta-ilmu-untuk-melawan-radikalisme.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun