Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rengekan Mesin Penebang Kayu Membangunkan Tidur Siangku

27 Juni 2023   20:40 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:46 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Wayayaya, semangat sore, kampung ku gerimis syahdu sore ini. Selasa 27 Juni 2023 pukul 16:10 WIB, aku baru saja sampai rumahnya Simbok ku, Perempuan paling anggun yang aku miliki sepanjang sejarah kehidupan ku. Hahaha.

Pagi tadi masih seperti biasanya usai ritual sholat subuh, dari mushola pulang ke rumah Simbok ku langsung ke kakus kali ini pup jadi agak lama, hahaha. Usai seluruhnya bersih langsung aku nyangking buku dan jalan ke rumah Simbah, sudah agak siang jam setengah enam lebih aku sampai rumah Simbah, didepan ada kerumunan ramai, beberapa sedang masuk ke mobil tetangga depan rumah Simbah, entah apakah ada yang sakit terus mau dibawa ke dokter atau bagaimana, aku tidak begitu memperhatikan, tapi banyak orang tetangga sekitar yang turut mengerumuni berdiri dengan penuh khidmat, hahaha.

Aku tidak berhenti dikerumunan tersebut, aku langsung masuk rumah dan Simbah sedang duduk di singgasananya, kursi tamu yang tadinya di ruang tengah tadi pagi sudah pindah lebih ke belakang, paklik Khodirin yang memindahnya agar ruang tengah luas untuk acara tahlil. Aku tawarkan ke Simbah mau nonton tipi atau tidak, beliau bilang iya dan aku langsung tancapkan settopbox dan nyalakan tipi, kemudian aku naik ke loteng rumah paklik ku buat bil video nuansa pagi dikampung, take video tidak sampai dua menit hape mati, aku turun dan hape aku cas kemudian aku tarik kursi plastik dan duduk disebelah Simbah ku, sembari kami nonton TVRI Serambi Islami sudah di sekmen akhir, membahas persoalan keluarga dan bagaimana menyelesaikannya agar terwujudnya keluarga yang harmonis, agar selaras dengan slogan "rumah ku surga ku" dengan penceramah ustadzah Yati Priyati, setiap rumah tangga pasti ada letupan-letupan kecil masalah, jadikan masalah-masalah kecil yang muncul itu penghangat kemesraan rumah tangga, uraikan dan temukan solusinya dengan cara yang baik dan bijak. Kemudian masuk do'a, pertanda selesainya acara. 

Sampai dengan jam enam, masuk acara selanjutnya yakni Klik Indonesia Pagi, sajian berita pertama yakni terkait pesawat SAM AIR yang jatuh, dipandu oleh mbak Andin Wijaya dan mbak Natasya Paruntu, mereka sangat anggun nan piawai dalam membawa kan beritanya. Beberapa menit kemudian aku pamit kepada Simbah dan mboklik Rubiati untuk ke gubuk, cium tangan Simbah dan jalan keluar rumah, sembari basa-basi dengan mboklik Ru, sembari jalan diteras rumah.

Lanjut aku jalan melewati lapangan voli, liat matahari segede tampah dengan warna kuning telur yang menggoda, langsung aku nylakan kamera dan ku ambil video, dapat rekaman video beberapa menit (sort video), lumayan untuk ku unggah di YouTube channel Nagari Amerta, dokumentasi untuk ku tontonkan ke anak cucu kelak. Hahaha. Nuansanya sexy banget pagi tadi, matahari terbit dipadu persawahan yang sedang digarap dan dihiasi bunga dengan warna peach yang sedang bermekaran, menambah apik pesona kampung halaman ku. Jalan setapak yang aku jajaki seraya menjadi karpet merah yang exclusive menuju ridho-Nya. Rumput menyambut dengan gemerlip embun disetiap ujung tangkainya. Kabut yang terbawa angin, dingin menyentuh tubuh ku. Jalan tidak sampai dengan gili wangan alias tanggul aliran irigasi sawah, hapepun ngedrop dan take video selesai. 

Aku terus berjalan dijalan setapak yang itu-itu saja, namun jika aku amati dengan mendetail dan teliti bahwasannya meskipun setiap hari yang aku lakukan sepertinya seperti itu-itu saja namun pada setiap detiknya selalu ada yang berbeda, entah rumput yang mulai tumbuh, bunga yang mulai mekar, katak yang sedang melakukan paduan suara, jangkrik, burung, awan dan langit seluruhnya berubah-ubah. Maha besar Alloh SWT atas kuasa-Nya. Subhanalloh. Sembari berjalan pelan sembari mendengarkan kuliah subuh di masjid yang sudah masuk do'a, lumayan masih bisa meng-aamininya, penceramahnya mbah Kyai Tamyiz Abdullah pagi tadi. Terus jalan, lima menitan kemudian ada siaran kumpulan untuk membahas Haul mbah Waliyulloh Muhammad Ulwan yang diselenggarakan setiap bulan suro/muharam, makam mbah Wali Muhammad Ulwan ada di mushola Punden mushola samping rumah Simbah ku, biasanya Haul disini diisi dengan acara pengajian dengan mengundang Kyai dari berbagai daerah dan tahlil bersama.

Tak lama jalan setapak sudah sampai turunan, suara gemericik air sungai sudah terdengar seraya berbisik dzikir memuja penciptanya. Sembari jalan sembari menahan pipis dan langsung masuk gubuk tercinta, buka pintu dan salam pun bacaan ritual ku yang sudah menjadi tradisi untuk diri sendiri dalam memasuki rumah. Hahahahaha. Langsung cas hape, menyalakan radio RRI Pro1 Semarang, ganti baju petelesan alias baju kedinasan ku disawah, hahaha. Langsung lari ke sungai untuk pipis, betapa leganya hahaha. Liat air sungai yang lagi jernih batin ku "mandi enak ini seger" kemudian aku ambil handuk dan sekalian nyemplung kali, mandi, wudhu dan ambil buku taurus diteras, kemudian aku among geni alias menyalakan tungku, ambil kayu bakar dan merebus air, dan aku tinggal membaca buku sejenak, duduk diteras samping, siaran radio sudah berganti RRI Pro3 Nasional, bertanda waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Sembari terus mendengarkan dan terus membaca buku, tak terasa sorot matahari jatuh tepat di muka ku, ku lihat halaman sudah terang, pagi tadi sangat cerah. Aku tutup buku sejenak dan bergegas mengambil ember untuk menyiram tanaman, dengan urut sejengkal demi sejengkal aku siram sampai seluruhnya tersiram sempurna, cukup melelahkan, bolak-balik mengambil air dengan ember dan membuang air untuk menyiram tanaman. Air sudah aku ambil dan aku buang, ambil lagi, buang lagi, hahaha.

Pelajaran yang aku petik dari ambil air dan aku buang lagi seperti itulah sayogyanya hidup, jadilah seperti ember ini atau siwur mengambil air dari satu tempat untuk disalurkan ketempat lain yang membutuhkan akan manfaat air. Aku berfikir aku akan keren jika aku seperti siwur/ember ini, aku menimba ilmu dari jogja dan dari manapun dan aku sebar dikampung, pun sebaliknya, aku timba ilmu dikampung dan aku kucurkan di Bejana Digital kompasiana (bentuk tulisan yang masih latihan ini), instagram, YouTube. Aku tidak mau hanya menjadi bak penampungan air, aku lebih asyik menjadi siwur alias gayungnya. 

Selesai menyiram, sembari rehat mengeringkan keringat aku buka buku lagi, tak terasa jam sembilan lebih, aku sholat dzuha sejenak, kemudian aku lanjut ke sawah balong, melihat bijih cabai yang aku semai, sekalian meberinya abu bakaran rumput sebagai pupuk organik dan menyiramnya, ketemu pak tani lik Muhammad yang kemarin dia bawa rabuk kandang lagi buat merabuk pohon kopi diladangnya, kami bercengkrama mesra membahas terkait kopi yang saat ini di kampung ku komoditas rempah kopi ini sedang hype. Aku tawarkan minum, beliau menolak dengan bilang baru saja minum kopi, masih kembung. Ngobrol lumayan lama, dan dia pamit untuk melanjutkan aktifitasnya.

Maghrib, rehat dulu, latihan menulis teruskan nanti. Pukul 17:46 WIB. Sholat maghrib. Alhamdulillah sholat maghrib sudah terlaksana. Tinggal menunggu waktu isya' sembari meneruskan latihan menulis, sembari nonton TVRI Klik Indonesia Petang, dipandu oleh mas Oki Satrial yang gagah dan mbak Happy Goeritman yang anggun dengan nuansa baju kuning yang ceria, mereka sangat piawai dan penuh semangat dalam mandu acara beritanya. TVRI jaya untuk Indonesia emas.

Sampai dengan lik Muhammad pamit, beliau mencari ramban alias daun sengon buat pakan kambing. Kebetulan ada yang sedang menebang kayu terdengar suara senso alias mesin penebang pohon. Beliau langsung pergi ke arah suara senso.

Saat aku ke sawah balong untuk melihat biji cabai yang aku semai, sekitar jarak 100 meter, ketemu lagi dengan lik Muhammad, sedang ngobrol dengan suwo Bukhaer yang baru saja selesai menyiram pohon tembakau tanamannya, mereka sembari gawe udhut alias rokok ngelinting sendiri bahasa kerennya hand rolling tobacco. Hahaha. Aku basa-basi dengan suara teriakan karena jarak kami lumayan jauh dan noise alias bising suara gericik air. Aku sembari metik cabai merah untuk aku semai, lik Muhammad teriak bilang "ho'o sebar kono engko yen wis gedi nyong njaluk bibite tak tandure", aku jawab "iyo tak sebar kono paculan elor", "kidul wae ben nyong weruh yen wis gedi gari mbedol" sahut dia dan aku keta ku jawab "gampang nek wis gedi tak omongi, engko geri mbedol ae" disela obrolan kami yang mbengak-mbengok dengan volume tinggi, suwo Bukhaer ketawa-ketawa saja.

Usai metik beberapa cabai merah dan sambil mbengak-mbengok adu suara dengan lik Muhammad, aku jalan ke utara ke sawah, sepetak kecil tanah yang sudah berbentuk gundukan dengan cangkulan yang tertata dengan barisan rapi. Aku lembutkan tanah cangkulan yang satu gundukan untuk menebar biji cabai yang baru saja aku petik. Seluruhnya sudah aku sebar dan aku ambil awu alias abu bakaran rumput untuk menutupi biji cabai yang aku semai, sekalian menjadi pupuk, terus aku ketemu lik Imbuh, dia sedang besik alias bersihin gulma diladangnya, kami ngobrol sejenak tema kopi dan kapulaga, kebetulan uwuh alias gulma yng sudah dikumoulkan dia bakar dan abunya aku minta untuk menambah yang tadi sebagai rabuk organik. Tak lama lik Imbuh tak suruh meneruskan aktifitasnya, kalo ngobrol mulu keasikan nanti aktifitas dia tidak selesai, kasihan. Hahaha. Aku langsung ambil abu satu ember padat dan langsung aku bawa ke penyemaian biji cabai, aku ratakan abu untuk menutupinya, semua sudah rata dan aku beranjak ke gubuk lewat kebunnya lik Imbuh lagi, sembari meneriaki dia untuk liren alias rehat ngopi, "iyo oke, nyong wis gowo kopi" sahut lik Imbuh.

Aku terus berjalan sampai di gubuk lihat jam sudah pukul setengah dua belasan, rehat sejenak, buka buku, sembarienunggu adzan dzuhur. Tak lama kumandang adzan sayu-sayu mulai terdengar, lik Imbuh sembari memikul kayu datang menuju arah jalan pulang, melewati depan gubuk ku sembari teriak ngajak pulang "ayo balik wis dzuhur" katanya, aku jawab "aku sholat kene ae, sisan meh adus ning kali", terus aku memetik daun cukra-cakri, lumayan untuk lalapan, sama metik buah ciplukan sejenis berry manis enak, baik buat pencernaan, ambil buku diteras dan aku bawa masuk beserta cukra-cakri dan ciplukan kuletakkan amben alias diresban dalam gubuk, kemudian aku bersih-bersih, wudhu, ganti baju dan sarung, membentangkan saja dah kemudian sholat dzuhur. Usai sholat dzuhur sembari mendengarkan radio lirih sembari tiduran sampai merem. Alhamdulillah. 

Rehat lagi, sholat isya' dulu sudah pukul 19:25 WIB, lanjut lagi latihan menulis usai sholat. Barokalloh, Alhamdulillah pukul 19:48 WIB sudah melaksanakan sholat isya', lanjut latihan menulis lagi sembari nonton TVRI Indonesia Bicara, tema pelaksanaan qurban. Pemandu berita mbak Maya Kariem, yang sangat anggun dengan hijabnya. TVRI selalu sajian berita terupdate dan keren. Hahaha. Mung yo isih ono tayangan sing ditayangkan secara berulang-ulang ae. Dasar TVRI. Hahaha.

Tidur siang ku di gubuk cukup pulas. Aku kebangun karena suara mesin penebang pohon yang santer ditelinga. Cukup kaget saking kencengnya suara mesin sudah seperti motor trial, bising polusi suara. Menebang pohon sengon di dekat gubuk. Aku masih tiduran tapi sudah tidak bisa merem, tak lama rombongan bocil datang terial manggil-manggil aku mau minta ceting/besek keranjang plastik mau buat cari ikan disungai sambil renang bebas disungai, kebetulan airnya sedang jernih banget karena musim terang, tapi aliran airnya kecil, cuma ya karena kedung ya jeru alias dalam, lumayan kedalaman satu meter sampai satu setengah, buat renang bocil ya klelep alias tenggelam, kalo tidak jago welah alias renang ya main air yang dangkal. Teriakan gerombolan bocil aku jawab tidak ada, adanya plastik, mereka puneneruskan asyik main air. Aku masih tiduran sembari mendengarkan radio. Suara senso alias mesin penebang pohon semakin kencang, tepat dikebun atas gubuk ku jarak 20 meteran. Aku semakin tidak nyaman dengan rengekan mesin itu dan bergegas bangun lihat jam, kurang lebih sekitar pukul tiga kurang seperempat, mendengar bocil-bocil pada pulang karena gerimis mulai datang, aku beranjak turun tangga dan langsung ke sungai, pipis, wudhu, menunggu ashar, masih sambil mendengarkan radio, tak lama kumandang adzan menggema berurutan dari masjid kampung watuputih, kampung jetis, kampung wonosuko, kampung patoman, kampung nglurug, kampung gondang, dan kampung wadas. Menunggu adzan usai sambil merapikan sarung yang aku buat selimut dan handuk yang aku buat sebagai bantal dan sajadah sebagai alas sandaran. Bentangkan sajadah dan sholat, Usai sholat, sejenak menunggu gerimis reda dan aku jalan ke atas kerumah Simbok tercinta. Sampai di atas tanjakan pertama ketemu rombongan pekerja yang menggotong kayu yang barusan ditebang sekurangnya ada 8 orang, aku sapa mereka yang sedang rehat dan aku sambil terus berjalan. Sampai di jalan besar timur lapangan voli, matahari muncul kembali, bias sinarnya syahdu, sore habis hujan langsung panas, nuansanya romantic banget. Melihat ayam sedang menceker-ceker cari cacing pokokmen nuansa kampung yang syahdu.

Dan terus jalan sampai permukiman, dirumah pertama ada mas Budi sedang duduk diteras dia menawarkan kopi, aku jawab oke, aku sambil jalan ditengah jalan tapi menoleh ke mas Budi sambil basa-basi, dan ketika menoleh kejalan langsung kaget ada mobil lewat, sopirnya ketawa sambil menyapa aku, hahaha. Terus aku jalan, sampai rumah ritual salam hahaha, meletakkan sayur cukra-cakri kedapur, dan menaruh tas, ngecas hape diteras belakang. Kemudian buka kompasiana latihan menulis. Sampai ini baru selesai. Hahaha. 

Alhamdulillah, beginilah cerita hari ini, sangat terasa asik kala aku menikmati dan menerima semua ini, rahmat, karunia dan anugerah illahi yang sangat agung. Alhamdulillah, Barokalloh. Sudah pukul 20:39 WIB, aku akhiri latihan menulis hari ini, lanjut nonton TVRI sambil tiduran sampai tidur beneran. Semoga Alloh SWT masih memberi waktu untuk cerita besok. Matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa untuk selalu bahagia, tersenyumlah kepada semua orang yang kita temui. Indonesia sehat, Indonesia bisa, Indonesia cerdas, Indonesia maju, Indonesia emas. Barokalloh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun