Mohon tunggu...
Nadzifahdurroh Khasanah
Nadzifahdurroh Khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Nadzifahdurroh Khasanah [24107030031]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Back to Earth : Sarangan di Tradisi Rasulan

9 Juni 2025   19:57 Diperbarui: 9 Juni 2025   19:56 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi 

Kegembiraan tak hanya terasa di kalangan orang dewasa. Anak-anak pun terlihat sangat antusias menantikan pembagian sarangan. Sesampainya di rumah, makanan dalam sarangan biasanya langsung dibuka dan dinikmati bersama keluarga dalam suasana hangat dan penuh kebersamaan. Kebiasaan makan bersama atau kembulan ini semakin mempererat hubungan antaranggota keluarga.

Kehadiran sarangan dalam tradisi ini menjadi simbol penting yang mengandung nilai-nilai pelestarian lingkungan sekaligus pelestarian budaya lokal. Di tengah maraknya penggunaan wadah plastik sekali pakai, sarangan menjadi bukti bahwa masyarakat masih bisa mengandalkan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Selain itu, proses pembuatan sarangan juga memperlihatkan kearifan lokal dan keterampilan tangan masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Rasulan

Tradisi Rasulan tidak sekadar perayaan atau rutinitas tahunan. Di balik setiap rangkaian acaranya, tersimpan berbagai nilai yang sangat relevan dengan kehidupan bermasyarakat. Beberapa nilai penting yang bisa diambil antara lain:

  1. Syukur kepada Tuhan - Tradisi ini mengajarkan pentingnya bersyukur atas segala berkah, khususnya hasil panen, sebagai sumber kehidupan masyarakat agraris.
  2. Gotong Royong -- Setiap persiapan dan pelaksanaan acara dilakukan secara bersama-sama. Ini menunjukkan kekuatan kolektif dalam masyarakat yang saling membantu tanpa pamrih.
  3. Pelestarian Budaya -- Kenduri, penggunaan sarangan, hingga sajian makanan tradisional menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan mewariskan budaya leluhur.
  4. Kepedulian terhadap Lingkungan -- Dengan memilih bahan alami seperti pelepah kelapa dan daun jati sebagai wadah makanan, masyarakat turut berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.
  5. Kebersamaan dan Toleransi -- Rasulan menjadi ajang berkumpul yang menyatukan semua kalangan. Perbedaan latar belakang tidak menjadi penghalang untuk saling berbagi dan menghormati.

Rasulan bukan hanya tentang makanan atau ritual. Ia adalah refleksi dari identitas masyarakat, penghormatan terhadap alam, dan pengingat bahwa keberkahan hidup akan lebih terasa ketika dirayakan bersama. Semoga tradisi seperti ini terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai budaya dan lingkungan sekitarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun