Mohon tunggu...
Nadya Namad
Nadya Namad Mohon Tunggu... Buruh - Wira usaha bidang kuliner

Nadya Hoby; Memasak, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Journey of Life Nianti

24 Oktober 2022   15:44 Diperbarui: 24 Oktober 2022   15:57 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Yumia dan Nianti sama-sama perempuan, tapi Nian wanita tangguh, kuat, dia malaikat tak bersayap; untuk keluarganya."

Sepoi angin yang sejuk membuatku betah berjibaku dengan angan-angan. Bahkan aku tak sadar terlelap. Sontak aku terperanjat dan terbangun,oleh suara ponsel yang bergetar dalam saku celana. Rupanya berulang kali panggilan dari Whatsap tak terjawab, bahkan pesan masuk dari Nian. Segera kubalas pesannya, dan mengiyakan untuk bertemu.

Aku dan Nian walau hanya teman diperantauan kami seperti saudara, jika ada masalah saling bercerita. Tak berselang lama setelah aku tiba di kuil Dagao, Nian pun menghampiri. Aku lihat raut wajahnya muram durja seperti langit yang berkabut.

Aku sentuh keningnya, sembari berkata, "Neng, kaya orang putus cinta saja, mukanya lesu?"

"Melebihi putus cinta! Tau?"Sahutnya ketus.

"Yum, aku pingin cerita, kamu mau kan dengerin?"

Serius amat! Cerita apa sih? Sahutku.

Nian menghela napas panjang, sepertinya ada rahasia beban berat yang disembunyikan selama ini, tapi karena merasa  tidak sanggup dia mencari teman yang bisa diajak untuk bercerita dan menjaga privasinya.

Kali ini aku turut hanyut, dibuat berderai air mata, ternyata dibalik wajahnya yang periang dan terlihat kuat, menyimpan masalah yang sangat menyakitkan, mungkin andai peristiwa itu menimpa aku , belum tentu aku sanggup menerima kenyataan.Sungguh aku salut kepadanya.

Dia menjadi tulang punggung untuk ke dua anaknya, juga untuk ibu dan adiknya.Bahkan dengan keadaan anak keduanya yang berkebutuhan kusus, dia harus berjuang, dia sanggup melakukan apa saja asal kehidupan anak-anaknya tercukupi. Sejak suaminya menalak semua biaya kehidupan dia harus tanggung sendiri.
Tuhan maha baik, katanya. Rezeki selalu mengalir usaha jajanan yang dia miliki mulai menghasilkan, sayang harus gulung tikar karena tempat usahanya kebakaran. berawal dari situ kehancuran membuatnya terpuruk.

Terpaksa dia meninggalkan kedua anaknya, untuk merantau ke negeri Formosa (Taiwan) melalui salah satu PT penyalur tenaga kerja di Malang. Dengan bermodal nekat, dan sabar. Lagi-lagi katanya Tuhan Maha baik, dan baik. Tidak berapa lama dia mendapat majikan dan diterbangkan ke negeri tujuan. Belum berhenti di situ rupanya penderitaan itu masih menjadi batu sandungan, dia harus membayar hutang suaminya, rumah yang ditempati sebagai jaminan,tak ada pilihan lain, jika tak dibayar ibu dan adik, serta anak-anaknya harus keluar dari rumah itu. Padahal dia baru bekerja 5 bulan masih harus dipotong gaji, bahkan untuk menebus jaminan surat yang digadai membutuhkan 40 juta. Tuhan selalu menjadi juru selamat, baginya, walau sering pula memberi ujian, setiap kesulitan yang dihadapi. Kebaikan majikan yang welas asih mendengar cerita Nian, membuat iba, dan hutangnya dibantu melunasi dengan cara potong gaji.

Kehidupan keluarganya berangsur semakin baik, setelah setahun. Bahkan tahun ke dua mulai bisa menabung, kehidupan anak dan adik serta ibunya terjamin, hingga sampai akhir finist contrak. Tiga tahun berlalu, walau kerinduan terhadap anak dan keluarganya memuncak, Nian memilih bertahan dan tambah kontrak, walau nenek yang dirawat semakin tua dan mulai pikun. Dia tak peduli dengan segala ocehan. Walau kadang mentalnya down.

Bermula dari  rasa pusing yang menyerang kepalanya, membuat dia panik, walau begitu dia tetap kuat, entah sugesti atau apa namanya, kecemasan itu benar terjadi, ketika dokter memberi tahu. "There is a tumor lodged in your body"ada tumor yang bersarang di tubuhnya. Seolah langit runtuh dunia kiamat. Pikiran dia kacau balau, bayangan-bayangan buruk membuatnya putus asa.Di tambah lagi dengan ocehan neneknya yang terus membuli, membuatnya down, dia merasa kalah dan lebih baik menyerah. Beban seberat itu dia pendam, dia rasakan sendiri, dia tak mau ibu, adik, serta anak-anaknya bersedih. Lagi-lagi Tuhan menjadi juru selamat melalui kebaikan majikan yang tak ternilai oleh apapun, memberi kesempatan berobat sambil bekerja, bahkan diberikan biaya cuma-cuma sampai sembuh total.Perjuangan yang menguras air mata, bahkan tenaga, setahun bukan  waktu yang singkat, dia menjadi survive sebagai penyandang tumor.

Air mataku terkuras, sampai sesegukan tak bisa terhenti, sungguh dia perempuan yang kuat, hebat.

"  Yum " ucapnya sembari tersenyum lepas.

"Sama-sama kamu sudi berbagi, journey of your life denganku, terima kasih sudah mempercayaiku."Sembari kupeluk erat-erat.

Dua jam berlalu, kami pun harus pulang masing-masing, dan hari itulah terakhir aku bertemu Nian.

Selamat jalan Nian,Semoga bahagia di surga. Rencanamu tertata rapi, tapi rencana Tuhan tak bisa kita hindari. Kecelakaan itu mengharuskan kamu pulang memberi kesempatan anak-anakmu memelukmu terakhir kali.

Note:
"  Yum ."( "Terima kasih Yum telah mendengarkan ceritaku yang membosankan.")
("Xie-xie ni Yum yuanyi Ting wo wuliao de ghusi.")


 Taiwan, 24 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun