Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabut Silsilah

8 Desember 2019   06:53 Diperbarui: 8 Desember 2019   10:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( sumber: pexels.com/fotografer: Frenchy Twenty Five)

Tetapi, ketika alkohol menguasaiku, kerap jiwaku tak bisa berdusta. Di momen-momen itu biasanya aku bicara polos jujur yang tak jarang membawaku hancur. Entah lugu entah bebal, seringkali sulit membedakan semua itu.

Catatlah, kejujuran adalah lorong masuk mulut singa, atau terowongan yang akan mengantarkanmu ke mulut buaya. Maka semestinya aku dulu beternak hewan-hewan buas itu, agar apabila seseorang membawaku sakit begini, akan kulepas ternak-ternak buasku itu kepadanya.

Jiwaku yang macet itu juga banyak dihuni roh-roh kegelapan lainnya. Sehingga seringkali kurasakan diriku bukanlah diriku sendiri, tetapi diri yang beramai-ramai.

Dulu aku pernah elektra kompleks, ketika aku mencintai lelaki yang usianya lebih dua kali lipat dari usiaku ketika itu. Lelaki yang semestinya menjadi bapakku. Dan kini, teori Freud itu juga berlaku di sisi yang kebalikannya, oedhipus kompleks bagi lelakiku.

Ya, ketika kamu yang muda dan segar, jatuh cinta pada perempuan yang jauh lebih tua dari usiamu. Seperti kisah raja Oedhipus di Yunani sana, yang mencintai ibu kandungnya. Seperti juga legenda Tangkuban perahu di negeri kita. Bahwa ada kalanya jiwa lelakimu berwarna demikian, 'banyak sekali hal terjadi sepertimu, lelaki yang merindu ibu...

"Kalau aku berpacaran denganmu tidakkah aku seperti wanita terkutuk? Selisih usia kita nyaris 11 tahun. Kamu adalah tamuku yang paling muda juga paling sukses merebut hatiku jadi terpatah-patah" aku lupa sudah berapa kali kita bercinta di sebuah villa yang nampak angker tapi mempesona.

Usiamu 25 tahun, lelaki muda. Sementara aku menjelang 36 tahun, sudah. Pastilah jiwamu matang terlalu cepat dan terpenjara dalam fisikmu yang begitu ranum atas kelelakianmu yang membuncah pada gairah perempuan dewasa.

'Begitu terkutuknya cinta! Sungguh mengerikan asmara!

                                   ***
Kau tidak tahu betapa sulitnya menjadi lelaki. Menjadi pria dengan peran-peran sosialnya.

Cinta menjadi begitu rumit ketika berhadapan dengan harapan sosial. Bagaimanapun aku memilih Sarah demi masa depanku sesuai harapan sosial yang ada. Cantik, muda, mahasiswa, dari keluarga terhormat pula. Bapak dan Ibunya pengusaha di Jakarta. Dia anak satu-satunya. Sebagai lelaki normal yang bukan anak kecil lagi aku mengincarnya.

"Sudah 25 tahun usiamu Putra, sudah lumayan kerjamu, kapan kau ada ancang-ancang menikah?" Ibu beberapa kali bicaranya ke sana. "Ya ampun ibu, baru 25 tahun, buru-buru amat sih" elakku seringkali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun