Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semerah Senja di Musim Gugur

21 November 2019   06:35 Diperbarui: 21 November 2019   19:02 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: Pikbest)

"Kita ke restoran kegemaran Alea. Tetapi, lihatlah ia tertidur, kekenyangan susu" lelaki di depanku ini bicara tanpa melihatku. Tangannya sibuk membelai kepala gadis kecil di hadapan kami.

"Saya rasa kita tidak jadi makan malam di luar Diana. Biar saya yang masak untuk makan malam kita" tatapan matanya begitu dingin diiringi langkahnya ke dapur. Hatiku ngilu.

"Kenichi tolong, maafkan saya?! Sudahi perang dingin diantara kita, please?! Jangan hukum saya seperti ini" kupeluk dari belakang lelaki ini, yang telah enam tahun bersamaku.

"Saya harus masak Diana, saya lapar" elaknya menuju dapur.

 ***

Ulang tahun Alea yang ke empat, ketika badai itu menghempas bahtera perkawinan kami. Seorang teman lama datang ke Jepang untuk sebuah acara yang berkaitan dengan literasi. Ia seorang penulis nasional yang namanya cukup besar oleh karya-karya sastranya yang cemerlang. Aku menjemput dan menemani beberapa aktivitasnya selama di Tokyo, yang tak jauh dari tempat tinggalku dan keluarga kecilku. Kukenalkan pada Kenichi, kami makan malam di sebuah rumah makan Indonesia yang sangat terkenal di kawasan tempat makan di Tokyo.


Kemudian selama seminggu aku menemani Ram lelaki yang sebenarnya adalah masalaluku itu. Puncaknya adalah menemaninya ke museum   John Lennon dan Yoko Ono di  Saitama, Tokyo Utara seharian bersama Alea. Tetapi hari itu rupanya Alea sakit, tubuhnya mendadak demam, mungkin karena masuk angin. Akhirnya kami sepakat beristirahat di hotel tak jauh dari Museum John Lenon . Alea pulas ketika badai itu meruntuhkanku tiba-tiba. Entah bagaimana semua itu terjadi, hal yang seharusnya tak boleh kuperbuat dengan Ram. Dia sudah tak sendiri lagi, terutama telah ada Takasu Kenichi dan Aleana Kenichi dalam hidupku.

Kami pulang terlambat, dan Kenichi sudah makan malam sendirian di rumah. Ketika itu musim semi dan sakura tumpah di mana-mana. Kenichi segera mengambil alih Alea sampai gadis kecilku itu tertidur setelah disuapi bubur jagung dan minum sirup menurun demam. Malam sudah merambat ke pukul sepuluh. Kurendam tubuhku di bath-up. Gugup oleh aroma pengkhianatan yang kupikul dalam diam.

Hampir dua jam aku baru menyudahi mandiku, ketika Kenichi mengetuk pintu ruang mandi sehingga tersadar harus kusudahi mandiku.

"Sekarang bukan musim dingin Diana kenapa anda opuro (mandi berendam di air hangat saat musim dingin) begitu lama? Apa yang anda sembunyikan dari saya Diana?" Lelaki itu menelanjangiku seakan tahu semua hal. Dan mendapati pada leher bagian belakang dekat telinga ada merah hasil pagutan yang tak sengaja ditinggalkan Ram.

Malam itu juga lelakiku mengunci diri berdua Alea di kamar lain. Membiarkanku menangis sepanjang malam dalam sesal yang dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun