Mohon tunggu...
Nadya Agus Salim
Nadya Agus Salim Mohon Tunggu... Guru - Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Nadya. terkenal dengan nama Pena Nadya Agus Salim ,. Ibu dua orang anak ini adalah seorang guru SMK yang memiliki hobby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Nenek Asih Berpulang

4 September 2021   10:19 Diperbarui: 4 September 2021   10:27 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: ordinarymanjournal.wordpress.com

"Nenek!" teriaknya. "Jangan tinggalkan Ifah Nek. Ifah tak punya teman lagi Nek," isak Ifah menggema.

Penduduk desa, sangat menyesal, ternyata cerita tentang nenek jadi-jadian bohong belaka. Ifah anak sekecil ini, malah berani masuk ke dalam hutan dan menemani Nenek Asih. Jenazah Nenek Asih dimakamkan tak jauh dari suaminya. Di samping gubuk mereka. Setelah prosesi pemakaman selesai. Seorang lelaki berjas hitam, dengan kaca mata bertengger di hidungnya mancungnya. Mengeluarkan setumpuk map dari dalam tasnya.

"Siapa diantara bapak-bapak dan ibu-ibu, orang tua dari Ifah?" tanya lelaki tersebut.

Orang tua Ifahpun duduk mendekati lelaki tadi.

"Mohon maaf, perkenalkan, saya Yoga, pengacara dari Nenek Ifah dan Kakek Rahmat."

"Selama ini mereka memang mencari siapa yang berhak menerima warisan mereka. Berpuluh hektar sawah, serta berpuluh hektar kebun buah-buahan. Selama ini, saya yang membantu pengelolaannya. 

Penduduk desa memang tak tahu, bahwa kakek Rahmat dan Nenek Asih adalah orang terkaya di desa ini. Hidup mereka yang sederhana, luput dari perhatian penduduk. Itu sekelumit cerita tentang Kakek Rahmat dan Nenek Asih.

Sebulan terakhir ini, Nenek Asih, sangat bahagia. Hidupnya kembali penuh warna. Ifah menjadi penyemangatnya. Tetapi usia Nenek Asih yang memang telah lanjut. Membuat ia tak mampu bertahan. Seluruh harta warisan Nenek Asih dan Kakek Rahmat telah diwariskan kepada Ifah."

Apa yang diungkapkan pengacara barusan, membuat orang tua Ifah terkejut. Mereka tak menyangka, kasih sayang anaknya kepada Nenek Asih berbuah manis.

Ifah kini menjadi anak terkaya di desanya. Ia akan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Cita-citanya untuk menjadi Dokter, kini di depan mata. Masalah biaya tak lagi jadi permasalahan. Kehidupan merekapun berubah. Tetapi Ifah tetaplah seorang anak yang sederhana, ceria, penyanyang kepada semua orang.

"Jangan mudah menilai seseorang, hanya dari bentuk fisiknya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun